Patogenesis penyakit tuberkulosis paru dibedakan berdasarkan proses terjadinya, sebagai berikut:
a. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi pada seseorang yang terpapar pertama kali dengan bakteri tuberkulosis paru. Droplet yang terhisap sangat kecil ukurannya sehingga
dapat melewati sistem pertahanan mukosiller broncus dan terus berjalan sampai di alveolus terminalis dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat bakteri tuberkulosis
paru berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa bakteri
tuberkulosis paru ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadi infeksi sampai pembentukan kompleks primer
adalah 4-6 minggu Depkes RI, 2006.
b. Tuberkulosis Paru Pasca Primer Post Primary Tuberculosis
Tuberkulosis paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis paru pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura
Depkes RI, 2002.
c. Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis Paru
1 Pneumutoraks spontan terjadi bila udara memasuki rongga pleura sesudah terjadi robekan pada kavitas tuberkulosis paru.
Universitas Sumatera Utara
2 Cor pulmonale adalah gagal jantung kongestif karena tekanan balik akibat kerusakan paru, dapat terjadi bila terdapat destruksi paru yang amat luas.
3 Aspergilomata dimana kavitas tuberkulosis paru yang sudah diobati dengan baik dan sudah sembuh kadang-kadang tinggal terbuka dan dapat terinfeksi
dengan jamur Aspergillus fumigatus. 4 Hemoptis berat perdarahan dari saluran nafas bawah yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
5 Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkhial. 6 Bronkhiektasis pelebaran broncus setempat dan fibrosis pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan pada paru. 7 Insufisiensi Cardio Pulmoner.
8 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya Depkes RI, 2002.
Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif tidak terlihat bakteri, maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB Paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut Depkes RI, 2002.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru