Perkembangan Sosialisasi Remaja Pembahasan

ketat dan otoriter. Selain itu, kepribadian anak juga berperan terhadap digunakannya pola asuh tertentu. Apabila anak memiliki sikap yang terbuka terhadap rangsangan yang datang padanya, maka hal ini akan mempengaruhi pemilihan pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya Hurlock, 1999.

2.2 Perkembangan Sosialisasi Remaja

Perkembangan sosialisasi remaja merupakan perolehan kemampuan berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial Hurlock, 1999. Sosialisasi merupakan proses dimana kepribadian si anak ditentukan melalui interaksi sosial. Sosialisasi tidak hanya berlangsung selama kanak-kanak saja, tetapi setiap siklus individu, yaitu untuk berperilaku sesuai dengan harapan-harapan normatif masyarakat dan lingkungan., sehingga dapat dikatakan bahwa sosialisasi merupakan proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 responden sebanyak 79 responden 87,78 memiliki perkembangan sosialisasi yang baik dan 11 responden 12,22 memiliki perkembangan sosialisasi yang buruk. Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas remaja di SMA Negeri 15 Medan sudah dapat melakukan tugas perkembangan sosialisasi pada masa remaja dengan baik. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengukur perkembangan sosialisasi remaja adalah kuesioner yang mengacu pada teori Hurlock 1999 tentang tugas perkembangan sosialisasi yang dilakukan pada masa remaja. Data demografi pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebanyak 64 responden 71,1 memiliki usia yang sama, yaitu 16 tahun. Hal ini dapat berdampak pada Universitas Sumatera Utara perkembangan sosialisasi remaja karena salah satu aspek penting dalam perkembangan sosialisasi adalah kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya dalam sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku. Pengaruh kelompok teman sebaya pada remaja lebih besar dibandingkan dengan pengaruh keluarga Hurlock, 1999. Pengaruh teman sebaya pada kelompok remaja di SMA Negeri 15 Medan memiliki dampak yang baik. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan sosialisasi yang baik dengan tingkat sosialisasi buruk yang sangat rendah, yaitu hanya 12,22. Tabel 5.1 data demografi, menunjukkan bahwa persentase antara responden laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu responden perempuan sebanyak 47 orang 52,22 dan responden laki-laki sebanyak 43 orang 47,78. Walaupun hal ini dampaknya tidak dapat dilihat langsung berpengaruh pada perkembangan sosialisasi remaja, tetapi salah satu aspek penting bagi perkembangan sosialisasi remaja adalah adanya perubahan dalam perilaku sosial yaitu terjadinya perubahan dibidang hubungan heterososial. Dalam waktu yang singkat remaja mengadakan perubahan radikal, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya daripada teman sejenis. Berbagai kegiatan sosial, baik kegiatan dengan sesama jenis atau lawan jenis biasanya mencapai puncaknya selama tahun-tahun tingkat sekolah menengah atas. Dengan meluasnya kesempatan untuk melibatkankan diri dalam berbagai kegiatan sosial, maka wawasan sosial semakin membaik pada remaja yang lebih besar. Sekarang remaja dapat menilai teman-temannya dengan lebih baik, sehingga penyesuaian diri dalam situasi sosial bertambah baik dan pertengkaran menjadi berkurang Universitas Sumatera Utara Hurlock, 1999. Peneliti berasumsi bahwa inilah yang menjadi faktor penguat terciptanya perkembangan sosialisasi yang baik di kalangan remaja SMA Negeri 15 Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden beragama Islam yaitu 68 orang 75,56, agama Kristen Protestan sebanyak 20 orang 22,2, dan agama Katholik sebanyak 2 orang 2,22. Setiap agama pasti memiliki aturan-aturan yang mengatur kehidupan manusia agar tetap seimbang, mengajarkan hal yang baik dan anjuran menghindari hal-hal yang dianggap buruk, termaksud mengajarkan hal-hal yang harus dilakukan dalam berperilaku. Keluarga juga memiliki fungsi agama, yaitu menanamkan nilai-nilai agama kepada anak agar memiliki pedoman hidup yang benar Marseliana, 2011. Peneliti berasumsi bahwa adanya agama menjadi salah satu hal yang akan mempengaruhi remaja dalam berperilaku, termaksud dalam bersosialisasi dengan sesamanya dalam menjalani masa remaja. Kemungkinan hal inilah yang menjadi salah satu faktor penguat terciptanya sosialisasi yang baik di kalangan remaja di SMA Negeri 15 Medan. Data hasil penelitian mengenai jumlah saudara kandung menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki 3 saudara kandung yaitu sebanyak 36 responden 40 dan 2 saudara kandung sebanyak 21 responden 23,33. Saudara kandung bisa lebih berpengaruh pada remaja dalam bersosialisasi dibandingkan dengan orang tua, terutama ketika remaja berhadapan dengan teman sebaya, menghadapi guru yang sulit, dan mendiskusikan masalahnya. Hubungan saudara sekandung remaja meliputi menolong, berbagi, mengajar, dan bermain. Universitas Sumatera Utara Saudara sekandung remaja bisa bertindak sebagai pendukung emosi, lawan, dan teman berkomunikasi Vandell, 1987 dalam Marseliana, 2011. Adanya saudara kandung dikalangan responden menjadi salah satu faktor yang mendukung terciptanya sosialisasi yang baik dikalangan remaja SMA Negeri 15 Medan karena remaja mempunyai tempat penyaluran emosi yang tepat ketika mereka sedang mengalami masalah. Hasil penelitian mengenai tingkat pendidikan terakhir orang tua menunjukkan bahwa mayoritas orang tua responden adalah berpendidikan menengah yaitu sebanyak 47 responden 52,22. Jika dihubungkan antara tingkat pendidikan orang tua dengan perkembangan sosialisasi remaja, peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua maka akan semakin baik perkembangan sosialisasinya karena salah satu fungsi dari pendidikan adalah untuk membina kepribadian seseorang. Walaupun tingkat pendidikan orang tua memiliki pengaruh terhadap perkembangan sosialisasi remaja, tetapi tingkat pendidikan orang tua tidak menjadi hal utama dalam perkembangan sosialisasi remaja karena orang tua dapat menjadi pendidik yang baik bagi keluarga tanpa harus berpendidikan tinggi. Hal ini tergantung dari seberapa jauh keterbukaan orang tua dan anaknya dalam membicarakan masalah perkembangan sosialnya dan berdiskusi untuk memecahkan masalah yang sedang dialami anak remajanya Tukan, 1994 dalam Marseliana, 2011. Hal ini lah yang membuat peneliti berasumsi bahwa walaupun tingkat pendidikan orang tua responden tergolong dalam kategori berpendidikan menengah, tetapi orang tua memiliki waktu untuk Universitas Sumatera Utara berdiskusi dengan anaknya sehingga mendukung terwujudnya perkembangan sosialisasi remaja yang baik. Tabel 5.1 dapat dilihat mayoritas orang tua responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 41 orang 45,56 dan pegawai negeri sebanyak 29 orang 32,22. Pendapatan orang tua responden setiap bulannya termaksud dalam kategori ekonomi menengah, yaitu berkisar Rp1.000.000,00 – Rp.3.000.000,00 sebanyak 44 orang 48,89. Latar belakang suku responden adalah suku Batak sebanyak 43 orang 47,20 dan suku Jawa sebanyak 30 orang 33,53. Latar belakang ekonomi menjadi salah satu hal yang dinilai remaja dalam pemilihan teman. Remaja, sebagai kelompok, cenderung lebih “pemilih- milih” dalam memilih rekan dan teman-teman baik dibandingkan ketika masih kanak-kanak. Oleh karena itu, remaja yang latar belakang sosial, agama, atau ekonominya berbeda dianggap kurang disenangi dibandingkan dengan remaja dengan latar belakang yang sama. Bila menghadapi teman-teman yang dianggap kurang cocok ini, remaja cenderung tidak memperdulikan dan tidak menyatakan perasaan superioritasnya sebagaimana dilakukan anak yang lebih besar. Selain itu, status sosial ekonomi yang sama atau sedikit di atas anggota-anggota lain dalam kelompok merupakan hal yang sangat penting dalam nilai baru penerimaan sosial masa remaja Hurlock, 1999. Hal inilah yang membuat peneliti berasumsi bahwa remaja di SMA Negeri 15 Medan memiliki perkembangan sosialisasi yang baik karena mereka memiliki latar belakang ekonomi yang relatif sama yang merupakan salah satu faktor dalam penerimaan pada masa remaja. Universitas Sumatera Utara

2.3 Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Sosialisasi Remaja di SMA Negeri 15 Medan