Pengertian Sosialisasi Remaja Perubahan Sosial Remaja

4. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua. 5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri. 6. Memiliki dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. 7. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga. 8. Mengembangkan dan membentuk kemampuan konsep-konsep moral. Menurut Hurlock 1999, tugas perkembangan pada masa remaja, yaitu : 1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. 2. Mencapai peran sosial pria dan wanita 3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. 5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. 6. Mempersiapkan karier ekonomi. 7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. 8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi.

3. Perkembangan Sosialisasi

3.1. Pengertian Sosialisasi Remaja

Menurut Hurlock 1999, pengertian sosialisasi adalah perolehan kemampuan berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial. Menurut Nur’aeni 1997 dalam Junita, 2006, sosialisasi adalah suatu proses seseorang belajar berperilaku sesuai dengan tuntutan budaya tempat ia hidup. Universitas Sumatera Utara Soelaeman 2001 dalam Junita, 2006, sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam. Sosialisasi merupakan proses dimana kepribadian si anak ditentukan melalui interaksi sosial Khairudin, 1997 dalam Junita, 2006. Sosialisasi tidak hanya berlangsung selama kanak-kanak saja, tetapi setiap siklus individu, yaitu untuk berperilaku sesuai dengan harapan-harapan normatif masyarakat dan lingkungan. Munandar, 1985 dalam Junita, 2006.

3.2. Perubahan Sosial Remaja

Bertrand 1980 dalam Hurlock, 1999 proses sosialisasi membuat seseorang menjadi tahu bagaimana ia harus bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Melalui proses sosialisasi seorang anak akan menjadi masyarakat yang beradab Hurlock, 1999. Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuiakan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah Hurlock, 1999. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Perubahan sosial yang terjadi remaja menurut Hurlock 1999, antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang popular, maka kesempatan untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri sebagai akibatnya. Horrocks dan Benimoff dalam Hurlock, 1999 menjelaskan pengaruh teman sebaya pada masa remaja sebagai berikut : Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda yang menyiapkan panggung di mana remaja dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya, remaja merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya. Disinilah remaja dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat memaksakan sanksi-sanksi dunia orang dewasa yang justru ingin dihindari. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda dapat melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman seusianya. Jadi, di dalam masyarakat sebaya inilah remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasi dan di situ pulalah remaja dapat Universitas Sumatera Utara menemukan dunia yang memungkinkannnya bertindak sebagai pemimpin apabila mampu melakukannya. Selain itu, kelompok kelompok sebaya merupakan hiburan utama bagi anak-anak belasan tahun. Kelompok sebaya terdiri dari anggota-anggota tertentu dari teman-temannya yang dapat menerimanya dan yang kepadanya remaja bergantung. Keremajaan memiliki sifat yang selalu maju, maka kelompok sebaya pun mulai akan berkurang. Ada dua faktor penyebabnya. Pertama, sebagian besar remaja ingin menjadi individu yang berdiri di atas kaki sendiri dan ingin dikenal sebagai individu yang mandiri. Upaya bagi penemuan identitas diri yang tadi sudah dibahas melemahkan pengaruh kelompok sebaya pada remaja. Faktor kedua timbul dari akibat pemilihan sahabat. Remaja tidak lagi berminat dalam berbagai kegiatan besar seperti pada waktu berada pada masa kanak- kanak. Pada masa remaja ada kecenderungan untuk mengurangi jumlah teman meskipun sebagian besar remaja menginginkan menjadi anggota kelompok sosial yang lebih besar dalam kegiatan-kegiatan sosial. Karena kegiatan sosial kurang berarti dibandingkan dengan persahabatan pribadi yang lebih erat, maka pengaruh kelompok sosial yang besar menjadi kurang menonjol dibandingkan pengaruh teman-teman. 2. Perubahan dalam perilaku sosial Dari semua perubahan yang terjadi dalam sikap dan perilaku sosial, yang paling menonjol terjadi di bidang hubungan heterososial. Dalam waktu yang singkat remaja mengadakan perubahan radikal, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya Universitas Sumatera Utara daripada teman sejenis. Berbagai kegiatan sosial, baik kegiatan dengan sesama jenis atau lawan jenis biasanya mencapai puncaknya selama tahun-tahun tingkat sekolah menengah atas. Dengan meluasnya kesempatan untuk melibatkankan diri dalam berbagai kegiatan sosial, maka wawasan sosial semakin membaik pada remaja yang lebih besar. Sekarang remaja dapat menilai teman-temannya dengan lebih baik sehingga penyesuaian diri dalam situasi sosial bertambah baik dan pertengkaran menjadi berkurang. Semakin banyak partisipasi sosial, semakin besar kompetensi sosial remaja, semakin terlihat dalam kemampuan berdansa, dalam mengadakan pembicaraan, dalam melakukan olahraga dan permainan yang popular, dan berperilaku baik dalam berbagai situasi sosial. Dengan demikian, remaja memiliki kepercayaan diri yang diungkapkan melalui sikap yang tenang dan seimbang dalam situasi sosial. Bertambah dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi selama masa remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana remaja berada dan oleh sikap serta perilaku rekan-rekan dan teman-teman baiknya. Remaja, sebagai kelompok, cenderung lebih “pemilih-milih” dalam memilih rekan dan teman- teman baik dibandingkan ketika masih kanak-kanak. Oleh karena itu, remaja yang latar belakang sosial, agama, atau sosial ekonominya berbeda dianggap kurang disenangi dibandingkan dengan remaja dengan latar belakang yang sama. Bila menghadapi teman-teman yang dianggap kurang cocok ini, remaja Universitas Sumatera Utara cenderung tidak memperdulikan dan tidak menyatakan perasaan superioritasnya sebagaimana dilakukan anak yang lebih besar. 3. Pengelompokan sosial baru Geng pada masa kanak-kanak berangsur-angsur bubar pada masa puber dan awal masa remaja ketika minat individu beralih dari kegiatan bermain yang melelahkan menjadi minat pada kegiatan sosial yang lebih formal dan kurang melelahkan sehingga terjadi pengelompokan sosial baru. Pengelompokan sosial anak laki-laki biasanya lebih besar dan tidak terlampau akrab dibandingkan dengan pengelompokan anak perempuan yang kecil dan terumus lebih pasti. Pengelompokan sosial yang paling sering terjadi selama masa remaja, yaitu: a. Teman dekat Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat atau sahabat karib. Mereka adalah sesama jenis kelamin yang mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain meskipun kadang-kadang juga bertengkar. b. Kelompok kecil Kelompok biasa ini terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks. c. Kelompok besar Kelompok besar, yang terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat akan Universitas Sumatera Utara pesta dan berkencan. Karena kelompok ini besar, maka penyesuaian minat berkurang dia antara anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar di antara mereka. d. Kelompok yang terorganisasi Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempuyai kelompok besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok seperti itu merasa diatur dan berkurang minatnya ketika berusia enam belas atau tujuh belas tahun. e. Kelompok Geng Remaja yang tidak termaksud kelompok besar dan yang merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok geng. Anggota geng yang biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku antisosial dengan berlangsungnya masa remaja, terdapat perubahan pada beberapa pengelompokkan sosial ini. Minat terhadap kelompok yang terorganisasi yang kegiatannya direncanakan dan diawasi oleh orang dewasa dengan cepat menurun karena remaja yang dewasa dan merdeka tidak mau diperintah. Hanya kalau pengendalian kegiatan diserahkan kepada remaja dengan sedikit orang campur tangan dan nasihat orang dewasa, minat ini dapat terus berlangsung. Kelompok yang terlalu banyak anggota cenderung bubar pada akhir masa remaja dan digantikan dengan kelompok-kelompok kecil yang Universitas Sumatera Utara hubungannya tidak terlampau akrab. Hal ini terutama terdapat pada remaja yang bekerja setelah menyelesaikan sekolah menengah atas. Di tempat kerja kelompok berhubungan dengan orang-orang dari segala usia yang sebagian besar mempunyai teman dan keluarga sendiri di luar pekerjaan, kecuali jikalau remaja mempunyai bekas teman-teman sekolah yang tinggal atau bekerja di dekat tempat kerjanya sehingga masih dapat berhubungan. Teman-temannya akan terbatas pada beberapa teman sekerja saja dan kehilangan hubungan dengan kelompok yang cukup besar. Pengaruh dari geng cenderung meningkat selama masa remaja. Perilaku ini sering diungkapkan dengan perilaku pelanggaran yang dilakukan anggota-anggota geng. Seperti yang diterangkan oleh Friedman, dkk, yaitu bahwa kekuasaan yang mempengaruhi anggota-anggota geng jalanan hampir menuntut pengawasan mutlak dari kelompok terhadap perilaku seseorang. Hanya diperlukan sedikit contoh untuk meyakinkan setiap anggota kelompok bahwa mereka harus mengikuti keputusan geng, atau kalau tidak, mereka harus menghadapi akibat yang lebih parah. 4. Nilai baru dalam memilih teman Para remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahannya, baik di sekolah atau di lingkungan tetangga sebagaimana halnya pada masa kanak-kanak, dan kegemaran pada kegiatan-kegiatan yang sama tidak lagi merupakan faktor penting dalam pemilihan teman. Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan yang kepadanya ia dapat mempercayakan Universitas Sumatera Utara masalah-masalah dan membahasa hal-hal yang tidak dibicarakan orang tua ataupun guru. Dalam suatu penelitian mengenai apa yang diinginkan remaja sebagai teman, Joseph menunjukan bahwa sebagian besar remaja mengatakan mereka ingin “seseorang yang dapat dipercaya, seseorang yang dapat diajak berbicara, seseorang yang dapat diandalakan”. Karena adanya perubahan nilai, maka teman semasa kanak-kanak belum tentu menjadi teman di masa remaja. Para remaja juga tidak lagi hanya menaruh minat pada teman-teman sejenis. Minat pada lawan jenis bertambah besar selama masa remaja. Dengan demikian, pada akhir remaja sering kali para remaja lebih menyukai lawan jenis sebagai teman meskipun tetap masih melanjutkan persahabatan dengan beberapa teman sejenis. Bagi sebagian besar kawula muda, popularitas berarti mempunyai teman banyak. Semakin remaja bertambah tua, maka jenis teman menjadi lebih penting daripada jumlah. Namun terlepas dari jenis teman yang “benar”, nilai- nilai remaja cenderung berubah dari tahun ke tahun, bergantung pada nilai- nilai yang dianut kelompok dengan siapa mereka mengidentifikasikan diri saat itu. Remaja mengerti apa yang diharapkan dari teman-temannya, sehingga remaja berkeras untuk memilih sendiri teman-temannya tanpa campur tangan orang dewasa. Seringkali hal ini menimbulkan dua akibat yang mengganggu stabilitas persahabatan remaja. Pertama, karena kurangnya pengalaman terutama dengan lawan jenis, remaja memilih teman-teman yang kurang Universitas Sumatera Utara sesuai, tidak seperti yang diharapkan sehingga pertengkaran sering terjadi dan kemudian persahabatan mereka bubar. Kedua, seperti halnya dalam bidang-bidang kehidupan lainnya, remaja cenderung tidak realistis dengan standar yang ia tetapkan untuk teman- temannya. Remaja menjadi kritis bila teman-teman tidak memenuhi standar dan kemudian berusaha memperbaiki teman-temannya. Biasanya hal ini juga menyebabkan pertengkaran dan mengakhiri persahabatan. Lambat laun remaja menjadi lebih realistis terhadap orang-orang lain dan diri sendiri. Dengan demikian, remaja tidak sekritis sebelumnya dan lebih menerima teman- temannya. 5. Nilai baru dalam penerimaaan sosial Seperti halnya adanya nilai baru mengenai teman-temannya, remaja juga mempunyai nilai baru dalam menerima atau tidak menerima anggota-anggota berbagai kelompok sebaya seperti kelompok besar atau geng. Nilai ini terutama didasarkan pada nilai kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai anggota-anggota kelompok. Remaja segera mengerti bahwa ia dinilai dengan standar yang sama dengan yang digunakan untuk menilai orang lain. Tidak ada satu sifat atau pola perilaku khas yang akan menjamin penerimaan sosial selama masa remaja. Penerimaan bergantung pada sekumpulan sifat dan pola perilaku, yaitu sindroma penerimaan yang disenangi remaja dan dapat menambah gengsi kelompok besar yang diidentifikasinya. Universitas Sumatera Utara Demikian pula, tidak ada satu sifat atau pola perilaku yang menjauhkan remaja dari teman-teman sebayanya. Namun ada pengelompokkan sifat sindroma aliensi yang membuat orang lain tidak menyukainya atau menolaknya. Beberapa unsur yang umum dari sindroma penerimaan dan sindroma aliensi dalam masa remaja, yaitu : a. Sindroma Peneriman - Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap yang tenang, dan gembira. - Reputasi sebagai seorang yang sportif dan menyenangkan. - Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebayanya. - Perilaku sosial yang ditandai oleh kerja sama, tanggung jawab, panjang akal, kesenangan bersama orang lain, bijaksana dan sopan. - Matang, terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan. - Sifat kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri. - Status sosial ekonomi yang sama atau sedikit di atas anggota-anggota lain dalam kelompok dan hubungan yang baik dengan anggota-anggota keluarga. - Tempat tinggal yang dekat dengan kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi berbagai kegiatan kelompok. Universitas Sumatera Utara b. Sistem Aliensi - Kesan pertama yang kurang baik karena penampilan diri yang kurang menarik atau sikap menjauhkan diri, dan yang mementingkan diri sendiri. - Terkenal sebagai seorang yang tidak sportif. - Penampilan yang tidak sesuai dengan standar kelompok, dalam hal daya tarik fisik atau tentang kerapihan. - Perilaku sosial yang ditandai oleh perilaku menonjolkan diri, mengganggu, dan menggertak orang lain, senang memerintah, tidak dapat bekerja sama, dan kurang bijaksana. - Kurang kematangan, terutama terlihat dalam hal pengendalian emosi, ketenangan, kepercayaan diri, dan kebijaksanaan. - Sifat-sifat kepribadian yang menggangu orang lain seperti mementingkan diri sendiri, keras kepala, gelisah, dan mudah marah. - Status sosial ekonomi berada di bawah status sosial ekonomi kelompok dan hubungan yang buruk dengan anggota-anggota kelompok keluarga. - Tempat tinggal yang terpencil dari kelompok atau ketidakmampuan untuk berpartisispasi dalam kegiatan kelompok karena tanggung jawab keluarga atau karena kerja sambilan. 6. Nilai baru dalam memilih pemimpin Karena remaja merasa bahwa pemimpin kelompok sebaya mewakili mereka dalam masyarakat, mereka menginginkan pemimpin yang berkepemimpinan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh orang-orang lain dan dengan demikian akan menguntungkan mereka. Terdapat banyak Universitas Sumatera Utara macam kelompok pada masa remaja, seperti kelompok atletik, sosial, intelektual, agama, kelas atau masyarakat, dan pemimpin satu kelompok tidak perlu mempunyai kemampuan untuk memimpin kelompok lain. Kepemimpinan sekarang merupakan fungsi dari situasi seperti halnya dalam kehidupan orang dewasa. Remaja mengharapakan pemimpinnya mempunyai sifat-sifat tertentu, karena jikalau hanya fisik yang baik pada dirinya tidak membuat seorang menjadi pemimpin. Hal ini memberikan prestise dan memberikan konsep diri yang baik. Pemimpin remaja harus mempunyai kesehatan yang baik sehingga bersemangat dan bergairah untuk melakukan sesuatu, dimana hal ini akan menentukan mutu inisiatif. Remaja yang sangat memperhatikan pakaian mengharapkan seorang pemimpin yang menarik dan rapih. Ciri lain dari pemimpin adalah tingkat intelegensi sedikit di atas rata-rata, prestasi akademik yang baik dan tingkat kematangan di atas rata-rata. Pada umumnya, para pemimpin dalam berbagai kegiatan sosial remaja berasal dari keluarga yang status sosioekonominya lebih tinggi dari status sosioekonomi keluarga remaja yang buka pemimpin. Keadaan ini tidak hanya memberikan prestise dalam pandangan teman-teman sebaya, tetapi juga memungkinkan mereka berpakaian lebih baik dan lebih rapih, memiliki pengertian tentang berbagai masalah sosial, memiliki kesempatan untuk menyenangkan orang, dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok. Universitas Sumatera Utara Pemimpin biasanya berperan lebih aktif dan berpartisipasi dalam kelompok sosial dibandingkan dengan remaja bukan pemimpin, sehingga pemimpin mengembangkan wawasan sosial dan wawasan diri yang lebih mendalam. Pemimpin juga dapat menilai diri sendiri secara realistik dan dapat memperhitungkan minat serta kehendak anggota-anggota kelompok yang dipimpinnya. Pemimpin tidaklah “terikat pada diri sendiri” dalam artian sangat memikirkan minat dan masalah pribadi sehingga tidak sempat memperhatikan minat dan masalah anggota kelompok yang lain. Faktor utama yang terpenting dalam kepemimpinan adalah kepribadian. Pemimpin harus lebih bertanggung jawab, lebih ekstrovert, lebih bersemangat, lebih banyak akal, dan lebih mengambil inisiatif dibandingkan yang bukan pemimpin. Emosinya stabil, penyesuaian dirinya baik, orang yang berbahagia, dan hanya mempunyai sedikit kecenderungan neurotik. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual Penelitian

Skema 1 : Kerangka konsep hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosialisasi remaja. Pola Asuh Orang Tua Perkemban ck,gan Sosialisasi Remaja Hurlo 1999 - kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya - perubahan dalam perilaku sosial - pengelompokan sosial baru - nilai baru dalam memilih teman - nilai baru dalam penerimaan sosial - nilai baru dalam memilih pemimpin.

1. Otoriter

2. Demokratis

3. Permisif

Universitas Sumatera Utara