Disposisi atau Sikap Implementasi Pelaksanaan POMP Filariasis

motor, terkadang harus menyewa kenderaan untuk menuju lokasi yang sulit dijangkau, tidak semua ambulance dalam kondisi yang baik, hal ini disebabkan karena usia ambulance yang sudah cukup tua. Fasilitas pendukung lainnya yang tidak lengkap adalah peralatan administrasi seperti komputer dan printer. Dari hasil wawancara terungkap ada puskesmas yang tidak memiliki komputer maupun printernya dan ada juga puskesmas yang memiliki komputer namun dalam kondisi rusak. Media promosi untuk penyuluhan maupun kampanye pencegahan filariasis juga tidak ada. Dari hasil wawancara dan observasi juga ditemukan kendala lainnya di mana puskesmas menerima alat-alat kesehatan alkes yang terbilang cukup canggih, namun tidak dibarengi dengan pelatihan petugas kesehatan untuk mempergunakan alat tersebut sehingga timbul kesan bahwa pengadaan alkes tersebut bersifat mubazir, tidak dipergunakan sama sekali. Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa setiap komponen dari variabel sumber daya saling berhubungan dan tidak dapat berdiri sendiri.

5.1.3. Disposisi atau Sikap

Menurut Subarsono 2009, disposisi atau sikap implementor berperan penting dalam proses implementasi kebijakan. Implementor tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukannya dan mampu melakukan apa yang tertulis dalam SOP, tetapi juga harus memiliki kemauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut dengan dukungan semua sumber daya. Sikap implementor yang baik akan membuat suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik seperti yang Universitas Sumatera Utara diinginkan oleh pembuat kebijakan. Sebaliknya implementasi kebijakan tidak akan efektif apabila implementor memiliki sikap dan perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan. Pada penelitian ini yang dinilai adalah mengenai komitmen, kejujuran implementor dan sikap demokratis dari implementor.

5.1.3.1. Komitmen Implementor

Komitmen menurut Winarno 2012 adalah salah satu faktor yang menyebabkan konsekuensi pada implementasi suatu kebijakan. Komitmen yang baik dari implementor merupakan dukungan terhadap implementasi sebagaimana yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Dari hasil wawancara kepada informan mengenai implementasi pelaksanaan POMP filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan didapatkan hasil seperti sebagai berikut : Komitmen implementor pelaksanaan POMP filariasis cukup baik, hal ini terlihat dari hasil wawancara kepada informan dimulai dari komitmen Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang menyatakan komitmennya bahwa pelaksanaan POMP filariasis ini harus tetap berjalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Demikian juga komitmen yang disampaikan oleh Kepala Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Labuhanbatu Selatan bahwa beliau siap melaksanakan POMP filariasis apapun kendala dan resiko yang dihadapi. Komitmen ini juga disampaikan oleh implementor di puskesmas baik oleh kepala puskesmas maupun seluruh staf yang ada di puskesmas dan jaringannya. Universitas Sumatera Utara Dari paparan di atas terlihat bahwa komitmen yang disampaikan oleh seluruh implementor di Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan puskesmas sudah cukup baik. Namun demikian komitmen tidak akan ada artinya apabila tidak disertai dengan upaya yang maksimal untuk melaksanakan tujuaan yang ingin dicapai.

5.1.3.2. Kejujuran Implementor

Faktor kejujuran dari implementor merupakan hal yang dapat memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan apalagi bila dihubungkan dengan masalah keuangan. Dari hasil penelitian implementasi pelaksanaan POMP filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, kejujuran implementor dalam hal pembagian dana pada umumnya sudah cukup baik, walaupun kejujuran implementor di dinas kesehatan masih diragukan, dikarenakan informan dari puskesmas tidak mau berterus terang mengenai besaran pemotongan yang dilakukan oleh pihak dinas kesehatan. Dampak dari ketidakjujuran ini, terutama dalam hal pembagian dana, dapat berakibat keengganan petugas kesehatan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik- baiknya, dan tidak menutup kemungkinan petugas akan melakukan manipulasi pekerjaan karena menganggap pembagian dana tidak sesuai dengan beban tugasnya. Di samping masalah pembagian dana, kejujuran implementor dituntut juga dalam hal pelaksanaan tugas yang sifatnya out door. Kepala bidang Binkesmas sebagai penanggung jawab pelaksanaan POMP filariasis menyatakan kemungkinan manipulasi tugas bisa saja terjadi dan untuk memperkecil kemungkinan itu, Dinas Universitas Sumatera Utara Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tetap melakukan monitoring dengan melakukan kerjasama dengan kepala puskesmas dan kepala desa. Salah satu bentuk monitoring yang dilakukan yaitu meminta kepala desa untuk melaporkan ke dinas kesehatan apabila ada petugas yang tidak turun ke lapangan. Bentuk monitoring lainnya yaitu dengan mewajibkan semua pertanggungjawaban keuangan dilengkapi dengan foto dokumentasi pelaksanaan POMP filariasis di wilayah puskesmas masing-masing.

5.1.3.3. Sikap Demokratis Implementor

Sikap demokratis artinya adalah tidak membeda-bedakan masyarakat dalam memberikan pelayanan. Dari hasil wawancara dan observasi kepada informan petugas puskesmas terlihat bahwa sikap demokratis yang ditunjukkan oleh petugas puskesmas dalam memberikan pelayanan sudah cukup baik. Namun dari hasil penelitian juga terungkap ada masyarakat yang merasa kecewa karena mereka tidak diperlakukan sama dengan masyarakat yang telah menerima obat massal pencegahan filariasis. Secara tersirat informan merasa diperlakukan tidak adil karena ada masyarakat lain yang menerima obat walaupun mereka tidak datang ke posko pengobatan. Sementara ada juga informan yang merasa kecewa karena haknya untuk bertanya mendapat respon negatif dari petugas kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada petugas kesehatan yang masih belum menunjukkan sikap demokratis dalam memberikan pelayanan, walaupun penelitian terhadap masyarakat ini tidak mewakili semua masyarakat yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian terhadap faktor disposisi ini maka dapat diketahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan POMP filariasis. Adapun faktor yang mendukung tersebut adalah : a. Adanya komitmen yang baik dari implementor untuk mendukung pelaksanaan POMP filariasis ini. b. Adanya kejujuran dari implementor. c. Adanya sikap demokratis yang dimiliki oleh implementor. Sedangkan faktor penghambatnya adalah : a. Adanya ketidakjujuran dari sebagian implementor. b. Ada sebagian implementor yang tidak memiliki sikap demokratis.

5.1.4. Struktur Birokrasi