Implementasi Pelaksanaan Peyajian dan Analisis Data

16. Informan 16 P16 SDN 112224 Guru Kelas 10 tahun S1 Pendidikan 17. Informan 17 P17 MUI Labusel Sekretaris 4 tahun S1 Pendidikan Agama 18. Informan 18 P18 Penduduk Kotapinang Toma pensiunan pegawai Depag - D2 Pendidikan Agama 19. Informan 19 P19 PKK Desa Si Sumut Ketua 5 tahun SMA Tabel 4.14. Lanjutan No Informan Instansi Jabatan Lama Jabatan Pendidikan 20. Informan 20 P20 LSM LPPLH Ketua 2 tahun D3 Pariwisata 21. Informan 21 P21 Majelis Taklim Al Hasana Sekretaris 6 tahun SMA 22. Informan 22 P22 Penduduk Kotapinang Pedagang 6 tahun SMA 23. Informan 23 P23 Penduduk Desa Tolan I,II Ibu Rumah Tangga 20 tahun SMA

4.3. Peyajian dan Analisis Data

Sesuai dengan fokus penelitian yang telah dijelaskan pada Bab 3, maka pada sub bab ini akan disajikan hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Hasil penelitian tersebut dapat disajikankan sebagai berikut :

4.3.1. Implementasi Pelaksanaan

POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Pelaksanaan POMP filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tahun 2013 ini adalah untuk pertama kalinya sejak kabupaten ini berdiri, dan telah dilaksanakan mulai tanggal 16 September 2013 yang lalu, serentak di seluruh Universitas Sumatera Utara kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pelaksanaan POMP filariasis putaran pertama ini dinyatakan selesai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tanggal 30 September 2013. Walaupun pelaksanaan POMP filariasis putaran pertama ini telah dinyatakan selesai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, namun dalam proses implementasinya masih ditemukan beberapa masalah. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan yang dikatakan oleh George Edward III dapat dilihat dari faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Berikut ini akan dibahas mengenai implementasi pelaksanaan POMP filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhinya.

4.3.1.1. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses interaksi dalam penyampaian informasi antara satu pihak ke pihak yang lain. Penyampaian informasi yang akurat dan pemahaman atas informasi adalah merupakan hal yang sangat vital dalam implementasi suatu kebijakan. Informasi yang disampaikan secara baik diharapkan akan menghasilkan pemahaman yang baik bagi implementor terhadap pelaksanaan POMP filariasis. Ada 3 hal yang diteliti dalam faktor komunikasi ini yaitu : transmisi, konsistensi dan kejelasan.

4.3.1.1.1 Transmisi

Proses transmisi pertama sekali didapatkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Kementerian Kesehatan pada saat kegiatan advokasi dan Universitas Sumatera Utara penandatanganan nota kesepakatan antara pihak eksekutif dan legislatif perihal komitmen melaksanakan program filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah melakukan transmisi informasi pertama kalinya dimulai dari saat kegiatan advokasi pelaksanaan program eliminasi filariasis, yaitu dengan mengundang berbagai pihak untuk mengikuti jalannya kegiatan advokasi sekaligus mendengarkan sosialisasi yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Kementrian Kesehatan RI. Kegiatan advokasi perihal pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis yang telah dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2012. Pada matriks berikut ini disajikan hasil wawancara kepada informan puskesmas P5, P6, P7, P8 dan informan dari berbagai elemen masyarakat P13, P14, P15, P17, P18, P19 perihal kegiatan advokasi pelaksanaan program eliminasi filariasis. Matriks 4.1. Pendapat Informan Perihal Kegiatan Advokasi Pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kepala Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Tidak pernah. Seingat saya tidak pernah. Kalau ada, pasti masih ada kami simpan surat undangannya sambil melihat- lihat file surat masuk . Kepala Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Kalau yang ibu katakan itu acara advokasi, seingat saya pernahlah bu. Kalau seingat saya tahun semalam itu bu. Iya...tahun dua ribu dua belaslah bu. Tapi saya tidak tahu bahwa acara itu namanya advokasi. Sayapun ikut acara pertemuan itu karena Universitas Sumatera Utara diajak oleh pak Camat. Yang hadir pada saat itu antara lain pak Bupati, Ketua DPRD dan para SKPD bu. Kalau peserta undangan yang lain saya kurang tahu bu dari mana asalnya. Kalau kepala puskesmas yang lain seingat saya ada Matriks 4.1. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kepala Puskesmas Cikampak 02 November 2013 beberapa orang yang hadir. Tapi ada juga yang ngak hadir. Mungkin sama juga dengan puskesmas kami, tidak sampai undangannya. Seingat saya ya eda, tidak pernah puskesmas kami diundang acara advokasi filariasis. Kalau ada surat undangan pastilah saya datang. Kalaupun saya berhalangan pasti saya wakilkan dengan si Karmila, KTU kami. Kepala Puskesmas Bunut 06 November 2013 Sepengetahuan saya pernahlah dek, tapi pada waktu itu saya belum menjabat sebagai kapus. Saya masih bertugas di dinkes pada waktu itu. Masih pak Sinurat lagi kabidnya waktu itu. Direktur RSUD Kotapinang 07 November 2013 Eee..tahun 2012 ya , seingat saya tidak ada undangan ke RSUD masalah advokasi pengobatan massal filariasis. Seandainya saya berhalangan hadir, biasanya saya suruh dokter Cholyl mewakili saya, iya kan pak Cholyl bertanya kepada dokter Cholyl untuk menguatkan pendapatnya dan dijawab oleh dokter Cholyl dengan anggukan kepala. Kades Tolan I,II 24 Oktober 2013 Tidak, seingat saya tidak ada undangan sampai ke kami bu. Ketua IDI Cabang Labusel 12 November 2013 Sampai saat ini belum. Secara organisasi IDI, belum pernah sampai undangan advokasi. Kebetulan tidak, tidak diundang untuk kegiatan advokasi tersebut. Sekretaris MUI Labusel 16 November 2013 Secara organisasi, sepengetahuan kami belum pernah diundang untuk pelaksanaan advokasi tentang pengobatan penyakit kaki gajah , tetapi mungkin di luar dari jangkauan kami atau sepengetahuan kami, secara personil atau orang per orang mungkin ada. Dalam hal itu mungkin sepengetahuan kami MUI tidak Universitas Sumatera Utara diundang secara organisasi, tetapi mungkin diundang secara perorangan bu. Iya..tetapi secara organisasi mayoritas tidak. Matriks 4.1. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Toma 22 Oktober 2013 Kalau saya tidak ada bu. Ketua PKK Si Sumut 30 Oktober 2013 PKK kami tidak ada diundang bu. Ketua LSM LPPLH 31 Oktober 2013 Sampai sekarang tidak pernah kami dapat undangan. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.2. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Puskesmas dan dari Elemen Masyarakat Perihal Kegiatan Advokasi Pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis Kesimpulan Pendapat Informan Informan dari Puskesmas P6, P7 menyatakan bahwa mereka tidak mendapat undangan kegiatan advokasi perihal pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis dari Dinas Kesehatan Labuhanbatu Selatan. Informan dari Puskesmas P5, P8 menyatakan bahwa mereka pernah mengikuti kegiatan advokasi perihal pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Labuhanbatu Selatan. Informan dari Elemen Masyarakat P13,P14,P15,P17,P18,P19 menyatakan bahwa mereka tidak mendapat undangan kegiatan advokasi perihal pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis dari Dinas Kesehatan Labuhanbatu Selatan. Perihal kegiatan advokasi pelaksanaan program eliminasi filariasis ini selanjutnya dicross check kepada informan dari dinas kesehatan P1,P2,P3 untuk mengetahui pendapat mereka terhadap pendapat informan di atas tentang kegiatan Universitas Sumatera Utara advokasi pelaksanaan POMP filariasis. Hasil wawancaranya disajikan dalam matriks berikut ini. Matriks 4.3. Pendapat Informan dari Dinas Kesehatan Perihal Kegiatan Advokasi Pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Plt Kepala Dinas Kesehatan 16 Oktober 2013 Kalau masalah advokasi filariasis, pengobatan massal filariasis dan semua masalah filariasis, sebaiknya ibu tanyakan saja kepada kabid binkesmas ya, mungkin dia tahu atau setidaknya dia sudah berkoordinasi dengan kabid yang lama atau kepala seksi yang lama. Karena tahun lalu saya kan masih bertugas di BLH dan terus terang, kurang koordinasi kabid yang baru ini kepada saya. Mantan Kepala Seksi Bimdal P2 18 November 2013 Advokasi sudah dilaksanakan satu kali ya, antara pihak Eksekutif dan Legislatif pada bulan..kalau ngak salah saya bulan Mei 2012. Waktu itu ada ditandatangani nota kesepakatan antara Bupati dari pihak eksekutif dan ketua DPRD dari pihak legislatif, tentang komitmen melaksanakan program filariasis. Coba nanti ibu tanyakan ke dinkes pertinggalnya ya nota kesepakatan. Pasti ada pertinggalnya. Kalau yang diundang banyak ya , antara lain Bupati beserta unsur Muspida, DPRD, SKPD- SKPD, para camat, semua kepala puskesmas dan lain-lain. Saya tidak ingat semua. Memang banyak yang tidak hadir pada waktu itu, entah dikarenakan undangannya tidak sampai atau bagaimana saya kurang tahu ya. Memang tidak ada kami konfirmasi lagi kepada pihak yang diundang apakah undangan sudah mereka terima atau tidak, karena waktu persiapannya pun sangat singkat pada waktu Universitas Sumatera Utara itu. Acaranya biasa saja, seperti seminar sehari gitu. Tidak ada dimasukkan ke koran. Wartawan ngak ada yang diundang. Matriks 4.3. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kabid Binkesmas 13 November 2013 Advokasi filariasis saya rasa sudah dilakukan ya tahun lalu, tapi saya tidak tahu persisnya bagaimana ya, karena ketepatan saya kan belum lagi bertugas di Labusel ini. Tapi saya rasa sudah lah, karena tidak mungkin anggarannya disetujui kalau belum diadvokasi. Belum, belum pernah saya tanyakan ke kabid yang lama maupun ke kasi yang lama. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.4. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan Labuhanbatu Selatan Perihal Kegiatan Advokasi Pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis Kesimpulan Pendapat Informan Mantan kasi Bimdal P2 menyatakan bahwa advokasi telah dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2012. Plt Kepala Dinas Kesehatan dan Kabid Binkesmas menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui dengan pasti bahwa sudah pernah diadakan kegiatan advokasi program eliminasi filariasis kepada pemerintah daerah dan DPRD Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Untuk mengetahui sejauh mana intensitas transmisi informasi yang sampai kepada implementor di tingkat puskesmas, selanjutnya peneliti menanyakan kembali kepada informan dari puskesmas P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12 perihal Universitas Sumatera Utara intensitas sosialisasi filariasis dan pelaksanaan POMP filariasis. Hasil wawancaranya disajikan dalam matriks berikut ini. Matriks 4.5. Pendapat Informan dari Puskesmas Perihal Intensitas Sosialisasi Filariasis dan Pelaksanaan POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kepala Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Sosialisasi yang lengkap saya rasa baru satu kali itulah bu, waktu saya mengikuti acara advokasi itu. Pembicaranya katanya dari dinas kesehatan provinsi dan dari pusat kemenkes. Kalau dari dinas kesehatan kabupaten saya rasa bukan sosialisasilah itu bu. Hanya sekedar pemberitahuan saja kalau menurut saya. Iya, kabid binkesmas hanya menyampaikan bahwa kita akan ada pengobatan massal tahun ini. Dana untuk sosialisasi ke masyarakat tidak tertampung di DPA kita, jadi kami mohon bantuan dari seluruh kapus agar menyampaikan sosialisasi filariasis kepada masyarakat. Itu disampaikannya di sela-sela rapat bulanan antara puskesmas dan dinkes kabupaten. Ada 2 kali seingat saya disampaikannya. Cuma itu sajalah bu seingat saya. Kepala Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Belum, secara khusus belum pernah. Pernah diberitahu, tapi se...tidak secara anu ya, tidak secara...sepintas lalu aja gitu. Tidak didapat secara khusus gitu. Disampaikannya di ruang rapat juga. Rapat koordinasi bulanan. Tapi sepintas aja gitu. Katanya Labusel mau ada pengobatan filariasis....eee..jadi nanti kita siapkan semua. Nanti obatnya mungkin ada dari pusat seperti itu aja. Disuruh mendata juga kami pada waktu rapat itu, tapi sampai sekarang ini gak ada apanya.. sosialisasinya gitu. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.5. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kepala Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Pernah juga sekali saya mengikuti, waktu masih bergabung kita dengan Kabupaten Labuhanbatu. Kita udah pernah sosialisasi dan bahkan kita sudah pernah melakukan pemberian makan obat secara massal. Itu kalau ngak salah saya sudah 2 kali kita kasih pemberian obat secara massal. Kok ngak salah saya tahun 2007 dan 2008 itu. Selama Labuhanbatu Selatan ini belum pernah pula dilakukan sosialisasi khusus. Kalaupun ada hanya sekedar informasi pengobatan massal lah. Itupun hanya sekilas saja disampaikan pas rapat koordinasi bulanan. Tapi kalau dengan petugas filariasis kami entah juga ya, mungkin ada disampaikan sosialisasinya. Coba nanti eda tanya dia ya. Kepala Puskesmas Bunut 06 November 2013 Setahu saya, sejak saya menjabat kapus dari bulan lapan dua ribu dua belas sampai sekarang, belum pernah datang dinkes kabupaten ke puskesmas kami untuk mensosialisasikan penyakit filariasis ataupun pengobatannya. Hanya saya pernah sekali mengikuti acara sosialisasinya pas acara advokasi yang saya katakan tadi. Itupun ketepatan saya masih bertugas di dinkes pada waktu itu. Kalau khusus dari dinkes kabupaten seingat saya belum ada Pengelola Program Filariasis Puskesmas Tanjung 04 November 2013 Ada bu, tapi ngak banyak yang disampaikan. Waktu kami menjemput obat dan sekalian membawa data penduduk, memang ada arahan sama kami yang disampaikan oleh bu Mimi. Bagaimana cara Universitas Sumatera Utara Medan membagi obat, kemudian cara memakan obat dan efek samping obat. Itu disampaikannya tidak khusus bu, maksudnya hanya per individu petugas. Petugas puskesmasnya kan ngak sekaligus datang ke dinas bu. Jadi pas petugas datang Matriks 4.5. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 mengambil obat, disitulah kami dikasih arahan. Tidak ada undangan khusus bagi kami petugas filariasis dalam pertemuan khusus untuk sosialisasi Sosialisasi dari dinas dinas kesehatan kabupaten tidak ada ke puskesmas kami bu. Tapi sewaktu bidan desa kami mengambil obat filariasis memang ada katanya pengarahan sedikit dari orang dinkes bu ibu Mimi tentang cara pembagian obat, dosis obat dan efek samping obat. Katanya adalah sedikit-sedikit disinggung tentang penyakit filariasis, apa penyebab dan cara penularannya. Kalau saya sendiri belum pernah mengikuti sosialisasi maupun pelatihan filariasis bu. Waktu itu yang disuruh mengambil obatnya hanya bidan desanya saja bu. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Kalau ke puskesmas kami ngak ada sosialisasinya bu. Untuk kami petugas filariasispun belum ada. Kalau sosialisasi khusus belum ada. Waktu saya mengambil obat, ada pengarahan dari bu Mimi memang tentang cara-cara pemberian obatnya dan efek samping obatnya bu. Ada juga disampaikan agar kami membuat posko bu. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Bunut 06 November 2013 Wui...ngak ada loh bu. Buku-buku penuntun pun ngak punya kami bu. Apalagi puskesmas kami kan masih baru bu. Sangat minim pengetahuan kami bu tentang filariasis ini. Ada sih bu arahan dari dinas tentang pembagian obat filariasis. Sekali itu sajalah bu. Waktu saya datang ke dinas Universitas Sumatera Utara disuruh menjemput obat. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.6. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Puskesmas Perihal Intensitas Sosialisasi Filariasis dan Pelaksanaan POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kesimpulan Pendapat Informan Informan dari Puskesmas P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12 menyatakan bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan belum pernah melakukan sosialisasi khusus tentang filariasis dan POMP filariasis kepada pihak puskesmas. Menurut informan, sosialisasi yang diberikan selama ini khususnya menjelang pelaksanaan POMP filariasis bukanlah sosialisasi yang sesungguhnya, melainkan hanya berupa pemberitahuan dan pengarahan semata dan intensitasnya pun sangat kurang. Untuk mengetahui sudah sejauh mana intensitas transmisi informasi melalui sosialisasi filariasis dan pelaksanaan POMP filariasis sampai kepada masyarakat Kabupaten Labuhanbatu Selatan, maka selanjutnya peneliti menanyakan kepada informan dari berbagai elemen masyarakat P13, P14, P15, P16, P17, P19, P20, P21, P22, P23 perihal intensitas sosialisasi filariasis dan pelaksanaan POMP filariasis. Hasil wawancaranya disajikan dalam matriks berikut ini. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.7. Pendapat Informan dari Berbagai Elemen Masyarakat Perihal Intensitas Sosialisasi Filariasis dan POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Direktur RSUD Kotapinang 07 November 2013 Sampai sekarang belum pernah kami menerima sosialisasinya bu. Permintaan kerjasama dengan RSUD pun tidak ada kami terima. Saya tahunya ada pengobatan massal pun dari orang rumah saya. Katanya ada dari puskesmas datang membagi-bagi obat pencegahan kaki gajah. Kalau di radio kurang tahu saya, karena sayapun jarang sekali mendengarkan radio. Dari surat kabarpun tidak pernah ada terbaca saya mau ada pengobatan massal filariasis. Kepala Desa Tolan I,II 24 Oktober 2013 Kalau sosialisasinya tidak ada bu. Yang ada hanya pemberitahuan melalui surat bahwa akan ada pelaksanaan pengobatan massal kaki gajah. Kalau dari koran tidak ada saya rasa bu. Kalau dari radio saya tidak tahu karena kurang bagus sinyal radio di desa kami ini. Tidak, tidak ada kami diikut sertakan dalam pelaksanaan pengobatan massal. Tidak ada permintaan kerjasama. Terus terang bu, saya dan keluarga tidak berani minum obat itu bu, karena pernah saya dengar ada orang yang mati setelah minum obat itu, saya lupa di mana tepatnya kejadian itu, pokoknya di pulau Jawalah. Ketua IDI Cabang Labusel 12 November 2013 Setahu saya tidak pernah ada undangan ke IDI untuk sosialisasi filariasis ataupun pengobatan massal filariasis. Saya tahu persis, karena setiap ada surat masuk pasti harus melalui saya. Kalau pengobatan massal, saya jelas tahulah bu, karena ketepatan saya kan bertugas sebagai dokter Universitas Sumatera Utara di Puskesmas Batu Ajo. Kalau untuk Puskesmas Batu Ajo sendiri seingat. Matriks 4.7. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Guru Kelas SDN 112224 07 November 2013 saya pun tidak ada dari dinkes Labusel datang memberikan sosialisasi. Untuk saya pribadi, dokter yang buka praktek pun belum pernah ada undangan untuk sosialisasi. Kalau dari radio saya tidak tahu bu kalau ada sosialisasinya. Permohonan kerja sama juga tidak ada disampaikan Seingat saya tidak ada datang ke sekolah kami sosialisasinya tahun ini bu. Kalau dulu pernah, tapi sudah lama kali lah bu, sebelum berdiri lagi Labusel ini. Saya saja tahunya ada pengobatan massal dari anak saya si Kiki dan si Dimas. Pulang sekolah mereka cerita, katanya ada dari kesehatan datang membawa obat kaki gajah. Kami disuruh minum obat itu ma, ngak boleh dibawa pulang, kata orang itu.. Kalau ke rumah saya, ngak pula ada datang bu yang membagi obat kaki gajah itu. Jadi di rumah ini cuma si Dimas dan si Kiki lah yang minum obat itu. Kalau ke sekolah si Sela sama si Nabila, ngak ada datang orang itu bu. Kami di rumah ini ada 8 orang bu, termasuklah ponakan dan pembantu saya. Pokoknya 1 gang lingkungan kami ini, ngak ada yang dapat obat kaki gajah bu. Saya sudah tanya juga sama jiran tetangga saya bu. Kalau dari radio ngak nya tahu saya bu ada sosialisasinya, karena ngak punya radio kami bu. Hahahahaha... Universitas Sumatera Utara Matriks 4.7. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Sekretaris MUI Labusel 16 Oktober 2013 Saya tidak pernah mengikuti sosialisasi tentang kaki gajah. Belum pernah ada undangan sosialisasinya ke MUI maupun kepada saya pribadi. Kalau mengenai adanya pengobatan massal saya tahunya dari ibunya anak-anak . Katanya ada dari puskesmas mengantar obat kaki gajah ke rumah. Kalau dari koran yang saya baca tiap hari tidak ada saya rasa. Iya, saya ada langganan koran Metro koran lokal dan koran Waspada koran wilayah Aceh Sumatera Utara. Belum pernah ada saya baca berita tentang pengobatan massal kaki gajah ini. Kalau dari radio saya tidak bisa komentar ya bu, karena jarang saya mendengarkan radio. Untuk permintaan kerja sama sampai sekarang tidak pernah. Ketua PKK Desa Si Sumut 30 Oktober 2013 Maksudnya penyuluhan kaki gajah ya bu. Kalau penyuluhan ada bu dari orang puskesmas. Mereka datang pas perwiritan. Sekalian bawa obat orang itu bu. Iya, katanya obat mencegah kaki gajah. Kami dari PKK, cuma kader posyandu sajalah bu yang dilibatkan. Ketua LSM LPPLH 31 Oktober 2013 Sejak pemekaran Kabupaten Labuhanbatu Selatan tidak pernah ada penyuluhan tentang kaki gajah kepada masyarakat, setahu saya ya. Mungkin sejak sewaktu Labuhanbatu mungkin pernah ya bu, pernah dilakukan beberapa kali tahapan, tapi.. setelah otonomi daerah khususnya Labuhanbatu Selatan sampai hari ini di 2013 belum ada penyuluhan tentang kaki Universitas Sumatera Utara gajah tersebut. Saya malah tidak tahu ada pengobatan massal seperti yang ibu bilang tadi sekitar 1 bulan yang lalu ya. Tidak, tidak ada saya maupun keluarga di rumah yang minum obat kaki gajah itu. Tidak Matriks 4.7. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Sekretaris Majelis Taklim Al Hasanah 07 November 2013 ada, tidak ada saya baca di koran. Kalau di radio ngak tahu saya. Tidak sempat mendengarkan radio bu. Belum pernah masuk. Belum pernah ada penyuluhan mengenai penyakit kaki gajah. Sekitar 16 tahun saya aktif di perwiritan. Seminggu sekali, sebulannya empat kali kami wirit. Makanya saya tahu, belum pernah ada datang penyuluhan mengenai penyakit kaki gajah ke dalam perwiritan. Perwiritan lain saya rasapun belum ada, biasanya kita sesama anggota perwiritan lain saling cerita. Tapi belum ada yang cerita mengenai penyuluhan kaki gajah. Saya ada dapat bu obatnya, diantar sama ibu-ibu kader posyandu. Tapi terus terang saya tidak berani makannya bu. Karena katanya banyak yang ngak cocok makan obat itu. Penduduk Kotapinang 08 November 2013 Tidak tahu bu. Awak kan tiap hari jualan dipajak. Jadi manalah awak sempat ikut penyuluhan bu. Ngak tahu kalau ada pengobatan massal kaki gajah bu. Tidak, tidak ada yang datang ke rumah ngantar obatnya. Setahu awak ngak adalah dengar di radio. Soalnya kios sebelah hampir tiap harinya buka radio. Tapi tak pernah dengar soal kaki gajah ini. Penduduk Desa Tolan I,II 24 Oktober 2013 Penyuluhan tidak ada bu. Awak tahunya ada pengobatan karena ada kader posyandu yang datang ngantar obatnya ke rumah. Awak sekeluarga tidak makan obat itu karna katanya kalau makan obat itu Universitas Sumatera Utara bawaannya mual, sakit kepala, sempoyongan, bahkan pingsan Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.8. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Berbagai Elemen Masyarakat Perihal Intensitas Sosialisasi Filariasis dan POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kesimpulan Pendapat Informan Informan dari Berbagai Elemen Masyarakat P13, P14, P15, P16, P17, P20, P21, P22, P23 menyatakan bahwa Dinas kesehatan maupun puskesmas belum pernah mengadakan sosialisasi tentang filariasis dan POMP filariasis. Beberapa informan termasuk kepala desa tidak berani minum obat dikarenakan takut dengan efek sampingnya. Belum adanya kerjasama dengan lintas sektoral terkait seperti RSUD, institusi pendidikan, IDI, praktek dokter swasta, MUI, PKK, LSM dan Kepala Desa. Sedangkan Informan Ketua PKK Desa Si Sumut P19 menyatakan bahwa ada sosialisasi yang diberikan oleh petugas puskesmas yang datang ke perwiritannya sewaktu pembagian obat massal pencegahan penyakit kaki gajah. Perihal sosialisasi filariasis dan POMP filariasis ini selanjutnya dicross check kepada informan dari dinas kesehatan P2,P3 untuk mengetahui pendapat mereka terhadap pendapat informan di atas tentang kegiatan advokasi pelaksanaan POMP filariasis. Hasil wawancaranya disajikan dalam matriks berikut ini. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.9. Pendapat Informan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Perihal Intensitas Sosialisasi Filariasis dan POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kabid Binkesmas 13 November 2013 Masalah filariasis, filariasis ini untuk Labusel masih pertama kali setelah Labusel itu ada dan ini masih...masih formula untuk pelaksanaan filariasis. Untuk filariasis ini kami sudah koordinasikan dengan pihak yang terkait baik itu instansi terkait, pihak pemerintahan Labusel..eee..kami udah sampaikan bahwa dinas kesehatan khususnya bidang Binkesmas akan melaksanakan program filariasis untuk semua penduduk yang ada di Labusel ini. Saya sampaikan ini sekilas pada saat pertemuan PKK di kecamatan-kecamatan karena saya sendiri aktif di PKK Kabupaten merangkap ketua pokja 3. Saat ulang tahun Kabupaten Labusel, kami udah buat spanduk filariasis yang kami pampangkan di stand pameran dinas kesehatan untuk mengimbau atau mensosialisasikan kepada masyarakat tentang bahaya dari filariasis, selanjutnya kami koordinasi dengan pihak terkait baik itu pemerintahan, eee..kecamatan, baik itu camat...kepala desa semuanya udah kami sosialisasikan bahwa di Labusel akan diadakan pengobatan massal filariasis. Untuk petugas puskesmas juga udah kami sosialisasikan bagaimana caranya membagi obat, cara minumnya dan juga kami sampaikan bagaimana efek sampingnya. Itu saya tugaskan si Mimi untuk mensosialisasikannya kepada petugas puskesmas. Kami juga udah masukkan sosialisasinya ke radio Tri Bagas Suara FM untuk mengimbau masyarakat agar mau Universitas Sumatera Utara Matriks 4.9. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Mantan Kepala Seksi Bimdal P2 18 November 2013 makan obat pencegahan filariasis itu. Eee....sosialisasinya berupa iklan . Jadi kami susun kata-katanya, orang radio tinggal membacakannya saja. Sampai bulan Mei 2013 saya bertugas di dinkes dengan jabatan kepala seksi Bimdal P2, sosialisasi baru sekali itu sajalah yang kami laksanakan. Iya, sosialisasi pada saat acara advokasi, itu saja. Pembicaranya ada 3 waktu itu bu. Dari kemenkes, dari Jakarta yaitu dr. Ajie Mulia Avisena. Kalau dari dinkes Provsu, itu pak Teguh dan bu Junita. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.10. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Perihal Intensitas Sosialisasi Filariasis dan POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kesimpulan Pendapat Informan Kabid Binkesmas menganggap bahwa pemberitahuan tentang adanya pengobatan massal filariasis kepada unsur pemerintahan maupun kepada unsur masyarakat, pemasangan spanduk dan himbauan untuk makan obat melalui siaran radio sudah cukup untuk mensosialisasikan filariasis dan POMP filariasis. Menurut Kasi Bimdal P2, selama menjabat kasi Bimdal P2, sosialisasi baru sekali saja dilakukan yaitu pada saat acara advokasi perihal pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis. Universitas Sumatera Utara

4.3.1.1.2 Konsistensi

Salah satu keberhasilan jalannya komunikasi dipengaruhi oleh faktor konsistensi. Implementasi kebijakan akan berjalan efektif bila perintah- perintah pelaksanaan berjalan konsisten dan jelas. Konsistensi informasi adalah informasi yang disampaikan dalam komunikasi bersifat tetap dan tidak berubah-ubah sehingga menyebabkan kebingungan pada pelaksanaan kebijakan. Pada petunjuk teknis program eliminasi filariasis yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal PP PL Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah ditunjukkan bagaimana tata cara persiapan sebelum pelaksanaan pengobatan massal dan pada saat pelaksanaan pengobatan massal. Namun pada pelaksanaannya di lapangan masih banyak hal yang tidak sesuai dengan juknis yang ada. Berikut hasil wawancara kepada petugas puskesmas pengelola program filariasis P9, P10, P11, P12 tentang ketidakkonsistenan petunjuk teknis dengan kenyataan di lapangan tentang persiapan pelaksanaan POMP filariasis. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.11. Ketidakkonsistenan Petunjuk Teknis dengan Kenyataan di Lapangan Perihal Persiapan Pelaksanaan POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Buk, kalau persiapan terus terang kami kewalahan buk. Karena perintah dari dinkes semuanya harus cepat dikerjakan. Kami disuruh mensensus jumlah penduduk dari rumah ke rumah, dalam tempo 2 bulan katanya data penduduk yang lengkap dan akurat harus sudah ada, sementara tidak diperhitungkan orang dinkes ada bulan puasa, tambah lagi hari raya. Jadi sekitar 3 minggulah yang betulnya waktu itu buk. Sedangkan wilayah kami kan luas buk. Bahkan ada buk rumah penduduk yang jaraknya jauh dari perkampungan penduduk, banyak buk rumah-rumah yang jauh-jauh, karena daerah kami ini kan daerah perkebunan. Banyak orang pendatang bu. Mereka tinggal di pondok- pondok di dalam kebun bu. Kalau nyuruh kader posyandu turun untuk sensus dari rumah ke rumah, ya ngak mungkin ngak dikasih uang transportnya buk. Sementara dana untuk transport sensus, kata dinkes tidak ada. Yang ditanggung cuma uang transport kader untuk bagi-bagi obat. Itupun kata orang dinkes hanya 3 orang saja yang dibayarkan. Jadi terpaksalah data dari kantor desa yang kami pakai. Kalau yang dekat-dekat rumah kami, bisalah kami dan bidan-bidan desa mendatanginya satu persatu buk. Kalau yang kami datangi rumahnya, ya kami kasih tahu di mana nanti poskonya, cara minum obatnya, efek samping obatnya, pokoknya kami kasih tahulah apa yang kami tahu buk. Kalau mencatat penduduk yang ditunda Universitas Sumatera Utara Matriks 4.11. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan pemberian obatnya, kami catatkan sekalian pas orang itu penduduk datang ke posko buk. Pendataan kasus kronis ngak lagilah buk, karena sudah ada kian data kita buk. Lagian ngak ada kami disuruh dinkes buk. Kalau kartu pengobatan ngak ada kami dikasih dinkes buk. Formulir sensus ada, tapi contohnya saja. Kami disuruh menfoto copy sendiri. Uang foto copy ya uang kami sendirilah buk. Kalau formulir cuma itu sajalah buk. Kalau yang lain ngak ada dikasih buk. Alat tulis dan alat bantu penyuluhan apalagi buk, ngak ada kami terima buk. Kami cuma dapat 1 spanduk saja per puskesmas. Itu kami pasang di puskesmas buk. Obat-obatan yang kami terima ada beberapa macam buk. Kebetulan ada saya fotokan bu sambil membuka Handphone. Obatnya DEC, Paracetamol, cefixim sirup, seledior, solperon, cairan nacl, abocat, vitakurkumaris dan infus set, itu sajalah bu. Kalau adrenalin seingat saya tidak ada bu. Kortikosteroid injeksi juga ngak adalah buk. Iya buk, kader posyandulah yang kami pakai, mana ada lagi kader selain itu. Dinkes bilang dari posyandu saja diambil kadernya. Pembagian tugas menurut jumlah KK tidak ada seperti itu kami buat bu. Pokoknya semua kader bergerak. Kalau misalnya ngak siap bagi obatnya hari ini, kami lanjutkan besoknya lagi buk. Tiap posyandu kami ambil 3 kadernya bu, karena segitu kata dinkes buk. Kalau pelatihan kader, sekedarnya sajalah kami lakukan buk. Lebih cocoklah saya rasa memakai istilah pengarahan. Karena kalau dibilang pelatihan, pasti ada Universitas Sumatera Utara Matriks 4.11. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 bahan materi yang kami sampaikan. Ini pulaknya paling kami sampaikan cara membagi-bagi dosis obatnya sesuai umur. Dah gitu siapa-siapa yang ditunda pemberian obatnya, terus penyebab filariasis itu apa. Itu sajalah buk. Karena itu saja pula yang saya dapat dari dinkes. Sementara buk, buku peganganpun ngak punya kami buk. Kalau data kami ambil dari bidan-bidan desa bu bidan PTT. Kalau menurut orang bidan desa, data penduduk diambil dari keplingnya. Tidak bu. Ngak ada mereka datangi ke rumah-rumah. Alasannya bu, manalah sanggup bidan desa itu turun sendirian mendatangi satu persatu penduduk di wilayahnya. Waktunyapun mepet kali bu. Ada lebih kurang 3 minggu bu. Iya memang benar bu, memang sejak bulan tujuh itu kami sudah disuruh mendata, tapi kan bertepatan bulan puasa, disambung lagi hari raya, jadi efektifnya cuma 3 minggulah bu. Kalau melibatkan kader posyandu, dari mana uang transport orang itu bu. Kata orang dinas ada memang uang transport kader bu, tapi itu untuk sweeping bagi penduduk yang tidak datang ke posko. Kalau informasi tempat sama waktu pengobatan, kami surati saja kepala desanya bu. Terus kepala desa kami minta menyampaikannya kepada masing- masing kepling. Kalau informasi mengenai kaki gajah dan pengobatan kepada masyarakat, ya kami berikan di saat pembagian obat itu bu. Informasinya mengenai penyebab kaki gajah, kegunaan obatnya dan efek sampingnya. Banyak, banyak juga masyarakat yang ngak tahu Universitas Sumatera Utara Matriks 4.11. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Cikampak 02 November 2013 ada pengobatan massal bu. Kalau yang ngak datang ke posko kami suruh kader mendatanginya ke rumah-rumah bu. Kalau masalah alat dan bahan yang ibu bilangkan tadi, hanya formulir sensus sajalah yang kami terima dari dinkes bu. Itupun kami disuruh memperbanyak sendiri. Kalau obat-obatan antara lain DEC, Albendazol, Paracetamol, sama obat-obat reaksi efek sampinglah bu. Seingat saya antasida, ctm, antibiotik, vitamin , cairan infus. Kalau adrenalin injeksi tidak ada bu. Kortikosteroid injeksi juga ngak ada bu. Oh iya bu, kalau spanduk ada 1 dikasih dinkes. Kami pajangkan di depan puskesmas bu. Kalau kader ya dari posyandu saja kami panggil bu. Gitu bu disuruh dari dinkes. Ngak bu, ngak ada pembagian tugas kader berdasarkan jumlah KK. Kalau pelatihan kader... tidak ada kami buat pelatihan untuk kader bu. Paling kami kasih tahu cara membagi obatnya, cara minumnya dan efek sampingnya. Biar pandai nanti dia menjelaskan makan obatnya kepada masyarakat. Ada juga kami kasih tahu kader tentang penyakit kaki gajah ini. Tapi ya sekedarnya lah bu. Untuk yang ditunda pengobatannya, itu kami catat pas bagi- bagi obat itulah bu. Kalau kasus kronis tidak ada kami disuruh orang dinas untuk mencatatnya lagi bu. Data penduduk kami terima dari bidan desa bu. Bidan desa mengambil datanya dari masing-masing kadus kepala dusun. Tidak bu, tidak door to door orang itu. Alasannya kata bidan desa, yang pertama waktunya mepet kali, terus kalau kader Universitas Sumatera Utara Matriks 4.11. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan yang mereka suruh, dari mana nanti uang pengganti transport mereka, sedangkan dari dinas bilang yang ada cuma pengganti uang transport membagi-bagikan obat ke rumah-rumah. Kalau informasi tempat dan waktu pengobatan massal, bidan desa yang menyampaikannya kepada masing-masing kadusnya bu. Kalau penyuluhan bagaimana cara makan obatnya dan efek sampingnya kami terangkan kepada masyarakat sewaktu mereka datang ke posko atau waktu membagi-bagi obat ke rumah-rumah. Banyak bu yang tidak tahu adanya pengobatan massal kaki gajah ini. Kami saja bu, tiap ada orang yang lewat posko kami panggilin, bu...pak..sini dulu..sini..ada ini obat pencegahan kaki gajah...teriak-teriak kami bu kayak di pajak saja. Hahahahaha...Mengenai ATK, ya punya kami masing-masinglah bu. Tidak ada bu dikasih dinas. Yang dikasih dinas hanya 1 lembar spanduk bu, terus obat-obat filariasis dan obat-obat posko untuk efek samping , contoh formulir sensus penduduk. Iya bu, contohnya saja. Kami disuruh foto copy sendiri bu. Kalau formulir lain-lain ngak ada bu kami dikasih. Obat adrenalin bu ? Tidak ada lho bu kami dikasih. Kortikosteroid injeksipun seingat saya tidak ada. Pokoknya obat-obat injeksi ngak adalah bu. Kalau kader, kami berdayakan kader posyandu bu. Dari dinas tidak ada dibilang bentuk kader lagi. Kader posyandu saja dilibatkan, kata bu Titin. Tidak bu, tidak ada kami bagi tiap kader harus membina berapa KK. Pokoknya berapa sanggup hari ini didatangi kk nya, segitulah, kalau belum Universitas Sumatera Utara Matriks 4.11. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Bunut 06 November 2013 siap nyambung besoknya lagi bu. Pelatihan kader tidak ada bu kami lakukan. Ada memang kami ajari orang itu kader, tapi ya sebatas gitu-gitu ajalah bu. Maksudnya ya sebatas pengarahan bagaimana cara membagi-bagi dosis obatnya sesuai umur, makan dulu sebelum makan obat, efek samping obat dan apa itu kaki gajah dan apa penyebabnya. Itu sajalah bu yang kami sampaikan seperti apa yang disampaikan orang dinas sama kami. Kalau data penduduk, bidan desa kami suruh mendatanya bu. Karena kalau kader yang kami suruh mendata ke rumah-rumah penduduk dari mana nanti kami bayarkan honornya. Tidak mungkin dalam 1 hari siap kader itu mendata. Sementara banyak kader-kader itu yang kerja sambilan juga. Banyak yang jadi BHL buruh harian lepas di perkebunan bu. Jadi data diambil bidan desa dari kadus-kadus bu. Tidak bu, tidak ke rumah-rumah. Memang ada 2 bulan waktu yang dikasih dinas sama kami bu untuk survei, tapi terpotong sama sebulan puasa dan seminggu hari Raya, tinggallah waktunya 3 minggu. Mana sanggup bidan desanya bu. Kalau pemberitahuan tentang waktu dan poskonya, kami surati kepala desa bu. Ada juga yang kami sampaikan ke kadus- kadusnya langsung, supaya dihayo- hayokannya kepada masyarakat biar datang ke posko pas hari H nya bu. Tidak ada kami dikasih ATK bu. Pokoknya yang kami terima dari dinas itu obat filariasis bu, terus spanduk 1 lembar, obat-obat Universitas Sumatera Utara Matriks 4.11. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan posko untuk efek samping, sama contoh formulir sensus bu. Iya bu cuma contohnya saja. Kami perbanyak sendiri bu. Iya bu, kami foto copy sendiri. Obat adrenalin injeksi tidak ada bu. Tidak bu, tidak ada kami dikasih adrenalin. Kalau kader, kami pakai kader posyandu bu. Petunjuk dari dinas, kader posyandu saja bu. Tidak bu, tidak ada kami buat pelatihan untuk kadernya. Paling kami ajari orang itu cara membagi-bagi obatnya, disesuaikan menurut umur kami bilang, terus kami terangkan efek samping yang mungkin muncul setelah makan obat, kami sampaikan juga penyebab kaki gajah itu apa. Itu sajalah bu. Tidak, tidak ada bu kami bag-bagi berapa KK yang harus ditanggungjawabi tiap kader. Kalau data berapa anak-anak, data ibu hamil dan menyusui, pas hari H nya saja sekalian kami data bu. Iya, pas masyarakat dating ke posko atau pas kami bagi-bakikan obat ke rumah-rumah penduduk, sekalian kami tanyakan bu siapa nama kepala keluarganya, kami cocokkanlah dengan data yang kami dapat dari bidang desanya. Terus kami tanyakan berapa orang di rumah itu, umur berapa saja, apakah ada yang hamil dan menyusui, apakah ada yang sedang sakit berat. Jadi kalau memang ada yang kayak gitu, kami bilang sama keluarganya, itu ditunda dulu makan obatnya. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Universitas Sumatera Utara Matriks 4.12. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Puskesmas Perihal Ketidakkonsistenan Petunjuk Teknis dengan Kenyataan di Lapangan Perihal Persiapan Pelaksanaan POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kesimpulan Pendapat Informan Informan dari Puskesmas P9, P10, P11, P12 menyatakan bahwa penyiapan masyarakat tidak dilakukan oleh TPEkader. TPEkader,tidak dipilih melalui musyawarah masyarakat desa, melainkan berdasarkan penunjukan langsung atas instruksi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. TPEkader tidak diberikan pelatihan terlebih dahulu. Selain itu sensus penduduk, pemberian informasi kepada masyarakat tentang tempat, waktu dan berbagai hal, pengisian kartu pengobatan dan formulir sensus penduduk binaan, serta penyeleksian dan pencatatan penduduk yang ditunda pengobatannya, tidak semuanya dilakukan melalui kunjungan dari rumah ke rumah, sebahagian besar malah dilakukan di saat pelaksanaan pengobatan massal sedang berlangsung. Disamping itu, pencatatan kasus kronis tidak dilakukan lagi karena menurut informan tidak ada instruksi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Demikian juga penyediaan bahan, alat dan obat juga tidak semua terpenuhi, tidak sesuai dengan juknis yang ada. Selanjutnya peneliti menanyakan kembali kepada informan petugas puskesmas pengelola program filariasis perihal jalannya pelaksanaan pengobatan massal. Terbukti setelah digali lebih dalam, banyak hal yang tidak sesuai dengan juknis. Berikut hasil wawancara kepada petugas puskesmas pengelola program filariasis P9, P10, P11, P12 tentang ketidakkonsistenan petunjuk teknis dengan kenyataan di lapangan perihal pelaksanaan POMP filariasis. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.13. Ketidakkonsistenan Petunjuk Teknis dengan Kenyataan di Lapangan Perihal Pelaksanaan POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Pengobatan massal kami mulai tanggal 16 bulan sembilan yang lalu bu 2013. Kalau posko pengobatan massal cuma 1 kami buat bu, di Desa Tanjung Medan dusun Pardamean. Tapi masyarakat boleh juga mengambil obatnya di puskesmas dan di pustu-pustu. Desa kami ada 6 desa bu. Kalau yang ngak ada poskonya, bidan-bidan desa bersama kader turun ke rumah-rumah bu. Ada juga kami datangi pas perwiritan, pas posyandu. Kalau masyarakat yang datang ke posko, kami suruh minum obatnya di tempat bu. Tapi cuma sedikit yang minum di tempat bu. Alasannya ngak bawa air minumlah, yang belum makanlah. Sudah kami pesankannya sama bidan desanya bu. “ Nanti pas kalian menyampaikan undangan pengobatan massal kepada kadus-kadus, supaya dibilangkan sama masyarakatnya bawa air minum masing-masing, terus jangan lupa makan dulu dari rumah “. Gitu kami bilangkan bu. Entah bidan desanya yang enggak menyampekkan atau kadusnya yang lupa menyampekkan enggak tahulah kami bu. Makanya banyak yang enggak bawa air minum dan enggak makan dari rumah dulu. Tapi kadang masyarakat kita ini susah kali dibilangin bu. Apalagi orang di Tanjung Medan ini. Banyak orang kita suku Mandailing. Payah kali dibilangin bu. “ Dibuat, dibuat ma obati, harana manghargai pak Camat” , Gitulah kata orang itu bu. Ada yang bilang gini lagi bu, “ Halah Dulu makan obat itu pening kepala kami, pusing kepala kami, ada lagi yang sampai pingsan, Universitas Sumatera Utara Matriks 4.13. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan ngak usahlah kami makan obat itu. Kalau memang mau kena kaki gajah ya mau apa lagi “, gitulah bu masyarakat yang dihadapi. Tapi kalau warga saya, di tempat tinggal saya ya bu, di Pardamean, Sidodadi, Pardomuan, enak kalilah ngajak orang itu bu. Banyak orang kita suku Jawa bu. Kalau orang kita suku Jawa dan Melayu masih enak kalilah bu ngajak orang itu. Kalau di tempat tinggal saya, langsung dihadiri pak Camat bu. Jadi saya dan pak Camat langsung mencontohkannya di depan masyarakat bu. Supaya orang itu semakin yakin bu. Kalau kami bu, kami suruh makan obatnya pagi atau agak siang bu, yang penting makan dulu sebelum minum obat, tidak ada kami suruh malam hari atau sebelum tidur. Soalnya nanti kalau ada efek sampingnya apalagi yang berat, kan susah mencari pertolongan bu. Kalau ada yang takut efek sampingnya tapi dia mau minum obatnya, kami sarankan bu supaya obatnya diminum 3x sehari saja bu. Supaya efeknya ngak berat kali sama orang itu . Tugas kader menceklis siapa-siapa kepala keluarga atau wakilnya yang hadir di posko bu. Udah diceklis, ditanyalah bu berapa orang di rumah itu. Terus dikasihkan bungkusan obatnya sebanyak orang yang ada di rumah itu bu. Kecuali yang hamil, menyusui, anak usia di bawah 2 tahun, yang sakit berat, yang usia lanjut. Tapi kalau saya bu, yang umur diatas 65 tahun, katanya kan ngak boleh, tapi saya kasihkan saja bu, soalnya pada minta orang itu bu. Sangkin takutnyalah kena kaki gajah orang itu bu. Tugas kader yang lain membagi-bagi obatlah bu ke rumah-rumah. Enggak bu, Universitas Sumatera Utara Matriks 4.13. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan enggak ditunggui minumnya. Karena kadang ngak semua anggota keluarganya di rumah. Tidak ada kami mencatat di kartu pengobatan bu, kan kami ngak ada dikasih kartu pengobatan sama dinkes. Kalau ada efek samping obat, kami pesankan supaya datang ke puskesmas atau ke pustu bu atau menjumpai bidan-bidan desa. Sejauh ini yang langsung melapor sama saya cuma 1 oranglah bu. Kata dia anaknya sesudah minum obat itu mencret dan keluar cacing. Tidak, tidak ada saya lapor ke dinkes bu. Bikin kerjaan saja nanti. Saya kasih saja obat mencret bu, alhamdulillah besoknya sudah ngak mencret lagi. Kawan-kawan yang lainpun gitunya bu. Kalau cuma keluhan-keluhan ringan, ngak perlulah itu dilaporkan, kasih saja antinya, gitulah kata kawan-kawan. Nanti jadi tambah kerjaan awak bu kalau dilaporkan. Kalau laporan ke dinkes cuma jumlah penduduk yang minum obat filariasis dan jumlah penduduk yang tidak minum obat filariasis saja bu. Yang membuat laporannya ya saya saja bu. Karena kata dinkes laporannya gitu saja, berapa yang kalian kasih obatnya, ya segitu saja laporkan jumlah orang yang minum obatnya. Mau diminumnya di rumah atau tidak ya terserah. Kalau yang ngak minum, ya itulah bu, orang-orang yang ditunda pengobatannya. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.13. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Kami mulai tanggal 16 bulan September 2013 bu. Posko kami ada 2 bu. Satu di Binanga Dua, yang satu lagi di puskesmas sendiri. Tapi kami kebanyakan baginya door to door bu. Yang turun itu bidan desa dan dibantu sama kader-kadernya. Tiap posyandu 3 orang kadernya kami ambil bu. Kalau masyarakat yang datang ke posko, obatnya kami suruh bawa pulang bu. Jadi ya ngak di depan kami minumnya bu. Kami bilang makan obatnya malam sebelum tidur. Kami suruh makannya malam supaya ngak terasa kali efek samping obat itu sama mereka bu. Kalau yang kami antar door to door, gitu juga bu, makannya malam sebelum tidur juga kami suruh. Tidak bu, bukan arahan dari dinkes seperti itu, kebijakan kami saja itu bu. Waktu kami bagikan obat itu, kami pesankan sama pasiennya kalau ada apa-apa sehabis minum obat itu, datang saja ke puskesmas atau ke poskesdes-poskesdes terdekat. Tapi sampai sekarang tidak ada kami terima laporan dari masyarakat ada efek samping setelah minum obat bu. Kalau tugas kader ya membantu petugas bagi-bagi obatlah bu. Membantu membungkus obat juga. Tidak bu, tidak ada kami tugaskan orang itu buat laporan. Orang itu cuma mencontreng nama-nama yang ada didata yang sudah dikasih obat saja bu. Kalau laporan ke dinkes, saya yang buat bu. Laporannya tentang berapa jumlah penduduk yang minum obat dan berapa yang tidak minum obat. Jumlah yang minum obat ya sama dengan jumlah yang menerima obat bu. Kalau jumlah yang tidak minum obat, ya jumlah orang yang dilarang minum obat itu Universitas Sumatera Utara Matriks 4.13. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan bu, seperti anak usia kurang 2 tahun, ibu hamil dan menyusui, orang yang sedang sakit, orang yang sudah tua, 65 tahun ke atas bu. Kalau yang menderita kaki gajah di tempat saya, saya kasih juga obatnya bu. Kalau kawan-kawan yang lain , ada juga yang sudah kena kaki gajah di wilayahnya, tidak dikasih orang itu obat kaki gajahnya bu. Alasannya, udah kena kok, ngapain lagi dikasih. Kalau pas kami pengarahan ke dinkes, tidak ada memang disinggung masalah itu bu. Saya kasihkan obatnya karena seingat saya pas pengobatan massal beberapa tahun yang lalu, penderitanya dikasih juga bu. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Mulainya tanggal ... bentar ya bu saya lihat dulu kalender. Tanggal 16 bulan sembilan bu 2013. Posko kami ada 2 bu, satu ada di Desa Aek Batu dan satu lagi di Puskesmas. Tapi penduduk bisa juga ambil obatnya ke pustu atau poskesdes bu. Kalau yang enggak ada poskonya, bidan desa dan kader mendatangi ke rumah-rumah penduduk bu. Obatnya tidak diminum di tempat bu. Karena ngak ada yang bawa air minum. Jadi terpaksalah obatnya kami suruh bawa pulang, minumnya di rumah. Sedangkan itu ajapun kami panggili tiap orang-orang itu lewat bu warga. Banyak yang tidak tahu memang bu ada pengobatan massal. Kalau undangan memang cukup kami layangkan surat saja kepada kadesnya bu. Mana sempat lagi mengundang masyarakat satu per satu bu. Kami suruh makan obatnya malam sebelum tidur bu. Supaya ngak terasa kali efek sampingnya sama orang itu bu. Obat yang kami berikan sesuai dengan Universitas Sumatera Utara Matriks 4.13. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan jumlah orang yang ada di rumah penduduk bu. Kecuali ada di rumah itu yang ditunda pemberian obatnya. Kalau tugas kader, yang pertama membantu membungkus obat bu. Obatnya dibungkus sesuai umur. Terus membantu petugas saat posko, setiap ada warga yang datang mengambil obat, ditandai atau diceklis siapa nama kk nya, terus ditanyalah bu ada berapa orang yang ada di rumah itu. Ada tidak di rumah itu anak umur kurang dari 2 tahun, ada tidak yang hamil atau menyusui, ada tidak yang sakit berat dan orang yang sangat tua. Itukan ngak boleh dikasih bu. Yang dicatat kader cuma itu sajalah bu. Berapa obat yang dibawa pulang dan berapa orang yang tidak boleh minum obat itu. Tidak dicatat di kartu pengobatan bu. Tapi kami ngak dapat dari dinkes bu. Lagian ngak ada arahan kayak gitu harus dibuat. Kalau laporan ke dinkes saya yang buat bu. Isi laporannya jumlah penduduk yang minum obat filariasis dan jumlah penduduk yang tidak makan obat filariasis. Kalau efek samping obat, sampai sekarang belum ada yang melaporkannya bu kepada kami. Kalau sama yang sudah menderita kaki gajah tidak kami berikan obatnya bu. Tidak ada waktu itu dinkes membilangkan sama kami bu. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.13. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Bunut 06 November 2013 Kami mulai pengobatan tanggal 16 September bu 2013. Ada 1 posko kami buat bu, di Desa Bunut. Desa kami ada 2 bu. Daerah yang enggak ada poskonya, kami datangi ke rumah-rumah bu. Bidan desanya dan kader yang turun bu kunjungan rumah. Kalau di posko, obatnya dibawa pulang warga bu. Tidak diminum di tempat. Kalau minum obatnya ya....malam, ada yang mau pagi juga dia, tergantung orangnya. Katanya ngak apa-apanya itu, kok malampun langsung tidur, katanya. Tidak bu, bukan arahan dari dinas. Kalau yang diantar ke rumah-rumah gitu juga bu, minumnya ada yang mau pagi, ada juga yang maunya malam. Pokoknya sudah kami serahkan obatnya, kami langsung pulang bu. Ngak, ngak kami tunggui makan obatnya. Tidak ada kami catat-catat di kartu pengobatan bu. Kartunya saja tidak ada kami dikasih bu. Ngak ada pulak arahan dari dinkes, harus dicatat orang yang makan obat di kartu pengobatan. Kalau tugas kader hanya membantu membagi-bagi obat sajalah bu. Kalau buat laporan ke dinkes, ya saya bu. Tidak ada bu kader itu membuat laporan. Kalau laporan ke dinkes cuma data jumlah penduduk yang minum obat dan data penduduk yang tidak minum obat. Yang tidak minum maksudnya penduduk yang sedang hamil dan menyususi, anak usia di bawah 2 tahun, pasien yang sedang sakit dan orang lanjut usia bu. Kalau yang sudah kena kaki gajah tidak kami kasih bu. Tidak ada pulak bu arahan dari dinkes harus dikasih. Universitas Sumatera Utara Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.14. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Puskesmas Perihal Ketidakkonsistenan Petunjuk Teknis dengan Kenyataan di Lapangan Perihal Pelaksanaan POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kesimpulan Pendapat Informan Informan dari Puskesmas P9, P10, P11, P12 menyatakan bahwa Penyiapan masyarakat tidak dilakukan oleh TPEkader. TPEkader tidak dipilih melalui musyawarah masyarakat desa, melainkan berdasarkan penunjukan langsung atas instruksi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. TPEkader tidak diberikan pelatihan terlebih dahulu. Selain itu sensus penduduk, pemberian informasi kepada masyarakat tentang tempat, waktu dan berbagai hal, pengisian kartu pengobatan dan formulir sensus penduduk binaan, serta penyeleksian dan pencatatan penduduk yang ditunda pengobatannya, tidak semuanya dilakukan melalui kunjungan dari rumah ke rumah, sebahagian besar malah dilakukan di saat pelaksanaan pengobatan massal sedang berlangsung. Disamping itu, pencatatan kasus kronis tidak dilakukan lagi karena menurut informan tidak ada instruksi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Demikian juga penyediaan bahan, alat dan obat juga tidak semua terpenuhi, tidak sesuai dengan juknis yang ada. pelaksana pengobatan massal tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh TPEkader, petugas ikut juga membagi-bagikan obat, padahal menurut juknis, petugas kesehatan puskesmas adalah sebagai pengawas jalannya pelaksanaan POMP filariasis. Obat yang diberikan kepada penduduk tidak diminum di depan petugas, hanya sebagian kecil saja yang meminum obat di depan petugas. Undangan tidak disampaikan langsung kepada masyarakat, melainkan disampaikan kepada kepala desa atau kepala dusun. Pengobatan dan reaksi efek samping tidak dicatat pada kartu pengobatan. TPEkader tidak ditugaskan membuat laporan. Tidak seragamnya waktu meminum obat, ada penduduk yang meminum obat di malam hari sebelum tidur, ada pula yang meminum obat di pagi atau siang hari, ada pula yang diminum sekaligus dan ada pula yang diminum 3 kali sehari. Penduduk yang sudah terkena filariasis ada yang diberikan pengobatan dan ada pula yang tidak diberikan pengobatan. Universitas Sumatera Utara

4.3.1.1.3 Kejelasan

Kejelasan informasi yang disampaikan kepada penerima informasi merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses penyampaian informasi. Dari hasil wawancara terbukti semua informan menyatakan informasi yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tidak jelas. Matriks berikut memuat hasil wawancara kepada informan dari puskesmas P5,P6,P7,P8,P9,P10,P11,P12 perihal kejelasan informasi kepada implementor di puskesmas. Matriks 4.15. Kejelasan Informasi Kepada Implementor di Puskesmas Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kepala Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Kalau informasi yang diberikan dinas kesehatan saya rasa sangat kuranglah bu. Memang saya tadi bilang sudah pernah saya ikut acara advokasi yang di aula pemkab itu. Sosialisasi yang diberikan pada waktu itu memang cukup jelas. Tapi namanyalah juga manusia kadang banyak lupanya. Kalau tidak sering diulang manalah pula ingat. Apalagi latar belakang pendidikan kayak saya ini, saya bukan dokter. Juknis yang diberikan kepada kita juga tidak ada. Jadi saya rasa informasi yang diberikan selama tahun ini boleh dibilang tidak jelaslah bu. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.15. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kepala Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Bagaimana bisa dibilang jelas, sosialisasipun dinkes tidak pernah. Cuma dibilang bakalan ada pengobatan massal, obat sudah kita siapkan, tahu-tahu sudah mulai jalan pengobatannya. Kalau yang diundang orang dinkes cuma petugas sajanya. Itupun yang disampaikan hanya kulitnya saja. Hanya berupa pengarahan saja. Buku sebuah sajapun tak terkasihkan dinkes. Aturannya Foto copynya sajapun jadilah. Kepala Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Gininya dak, memang informasi yang disampaikan dinkes kurang kalilah. Jangankan kepada masyarakat, kepada kami sajapun di puskesmas boleh dibilang tidak pernah. Hanya kepada petugas sajalah yang dikasih orang itu sosialisasi. Itupun ngak banyak kata petugas. Jadi bagaimanalah mau dibilangkan informasinya jelas. Kalau buku-buku memang ada di sini, tapi ini yang sudah lama-lama lah. Kalau yang baru tidak ada pulak kami dikasih. Entah sudah ada perubahan atau tidak, ngak tahu kami dak. Kepala Puskesmas Bunut 06 November 2013 Informasi kurang kalilah dek. Saya memang ketepatan dokter, adalah sikit sikit saya tahu masalah filariasis ini. Tapi kitakan pengin tahu juga peraturan-peraturan yang berlaku sekarang ini. Kalau pengetahuan itu kan terus berkembangnya. Setiap menit katanya ada penemuan hal-hal yang baru. Jadi ilmu kitapun harus kita upgrade terus. Mengenai buku petunjuk, belum ada sama kami diterima. Kalau orang dinas ditanya, nunggu dari dinas provinsi. Katanya dinas provinsi masih mencetak lagi. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.15. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Kalau menurut saya buk, informasi yang kami terima selama ini mengenai filariasis kurang kalilah bu. Maunya dibikinlah bu acara seminar atau pelatihan kepada kami petugas ini. Jadi kamipun pede kalau berhadapan sama masyarakat ini. Kadang tak tahu kami menjelaskannya sama masyarakat, jadi terpaksalah dijawab apa adanya. Maunya bu, ada buku pegangan kami pegang, mungkin itu juknis atau SOP bu. Itulah buk saya rasa, informasinya kurang jelas. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Awak rasa informasinya kurang jelaslah bu. Mana buku kami ngak punya buk. Dikasihlah maunya sama kami buku pedomannya bu. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Memang ada kami bu diarahkan di dinkes, tapi sampai di lapangan ternyata banyak yang ngak terpikirkan masalah yang bakal timbul. Contohnya ada pertanyaan masyarakat itu masalah kapan minum obat. Mereka warga bilang sebaiknya malam sebelum tidur obatnya diminum. Sementara kita maunya orang itu minum di depan kita saat itu juga mereka terima obat di posko. Karena kurangnya pengetahuan kami, terpaksalah kami bebaskan mereka kapan mau minumnya. Buku di puskesmas kami memang ada bu tentang filariasis, tapi sudah tidak layak lagilah untuk dibaca, sudah jadul kali bu. Sudah banyak yang dimakan rayap. Jadi kalau menurut saya ya bu, tidak begitu jelaslah informasi yang kami terima beberapa bulan yang lalu. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.15. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Bunut 06 November 2013 Informasinya tidak begitu jelas bu. Hanya sekedar masalah minum obat dan sedikit disampaikan informasi tentang penyakit filariasis. Buku pedoman tidak ada kami punya di puskesmas ini bu. Puskesmas kami kan masih tergolong baru bu. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.16. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Puskesmas Perihal Kejelasan Informasi Kepada Implementor di Puskesmas Kesimpulan Pendapat Informan Informan dari Puskesmas P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12 menyatakan bahwa informasi yang mereka terima tentang filariasis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan kurang jelas. Mereka semua berharap agar Dinas Kesehatan Labuhanbatu Selatan memberikan buku pedoman atau buku juknis terbaru tentang program eliminasi filariasis kepada semua puskesmas yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Selanjutnya peneliti menanyakan perihal kejelasan informasi dan perihal buku pedoman atau juknis tentang program eliminasi filariasis kepada kabid Binkesmas P2 untuk mengcross check pendapat informan di atas. Hasil wawancaranya disajikan pada matriks berikut ini. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.17. Pendapat Informan dari Dinas Kesehatan Labuhanbatu Selatan Perihal Kejelasan Informasi Kepada Implementor di Puskesmas Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kabid Binkesmas 13 November 2013 Kalau informasi saya rasa sudah cukup jelaslah kami sampaikan kepada pihak puskesmas, utamanya kepada petugas puskesmas yang terjun langsung pada pelaksanaan pengobatan massal filariasis. Saya sudah berkoordinasi dengan provinsi, sudah meminta buku petunjuk tentang filariasis, sudah meminta juga provinsi sebagai narasumber filariasis. Mengenai buku pedoman atau juknis memang saya akui kami dari dinas kesehatan belum dapat memberikannya kepada puskesmas. Ketepatan juga di provinsi mereka masih mencetakkan, karena mungkin ini untuk Sumatera Utara pelaksanaan filariasis ini akan bersamaan. Untuk itu kemaren saya harus ee.., sebenarnya saya di provinsi meminta banyak, juknis pelaksanaan filariasis, karena buku petunjuk tadi masih kosong, kami juga hanya dibawakan hanya beberapa, tinggal nanti kalau untuk selanjutnya nanti provinsi berjanji akan menepatinya, kita ada 17 puskesmas, kemaren saya hanya dibawakannya 2, untuk mempelajari pelaksanaan filariasis dan efek samping dari filariasis yang akan diharapkan nanti. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Universitas Sumatera Utara Matriks 4.18. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan Perihal Kejelasan Informasi Kepada Implementor di Puskesmas Kesimpulan Pendapat Informan Kabid Binkesmas menyatakan bahwa dinas kesehatan merasa sudah cukup jelas memberikan informasi kepada puskesmas terutama bagi petugas puskesmas. Sementara perihal buku juknis program eliminasi filariasis ini, diakui oleh kabid binkesmas bahwa buku juknis program eliminasi filariasis memang belum ada satupun yang dibagikan ke puskesmas karena masih harus menunggu pemberian dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Menurut kabid binkesmas, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara baru memberikan 2 buah buku untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan telah berjanji akan memberikan lagi buku juknis program eliminasi filariasis kepada Dinas Kesehatan Labuhanbatu Selatan untuk dibagikan kepada seluruh puskesmas yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Saat ini, menurut keterangan kabid binkesmas, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sedang mencetak buku juknis tersebut untuk dibagikan kepada seluruh kabupatenkota yang ada di Provinsi Sumatera Utara.

4.3.1.2. Sumber Daya

Untuk mengimplementasikan suatu kebijakan diperlukan pula sumber daya yang cukup. Sumber daya ini termasuk instrumen kebijakan, alokasi biaya atau anggaran, sumber daya manusia, dan kelengkapan fasilitas pendukung pelaksanaan kebijakan. Walaupun tujuan, sasaran, dan isi kebijakan telah dikomunikasikan dengan baik, maka implementasi tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila tidak didukung dengan sumber daya yang cukup. Universitas Sumatera Utara

4.3.1.2.1 Instrumen Kebijakan

Instrumen kebijakan dapat berupa undang-undang, surat keputusan, petunjuk teknis ataupun SOP yang digunakan sebagai panduan dan acuan dalam melaksanakan kegiatan atau program POMP filariasis. Kabupaten Labuhanbatu Selatan tidak membuat SOP selain juknis yang telah diberikan oleh Kementrian Kesehatan. Berikut hasil wawancara kepada informan dari dinas kesehatan P2 perihal instrumen kebijakan pelaksanaan POMP filariasis. Matriks 4.19. Instrumen Kebijakan Pelaksanaan POMP Filariasis Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kabid Binkesmas 13 November 2013 Sebenarnya saya itu masalah peraturannya itu sudah pernah baca dengan nada tertawa cuma saya agak...pada saat ini agak lupa karena eee..masih banyak kerjaan jadi saya lupa untuk undang-undangnya. Saya udah pernah baca itu waktu udah ada bukunya. Nanti untuk mungkin sesion berikutnya saya akan jawab untuk masalah undang-undang. Tidak, tidak ada peraturan lain atau juknis yang baru kami buat terkait pelaksanaan POMP filariasis ini. Kami tetap memakai juknis yang dikeluarkan dari pusat. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.20. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan Perihal Instrumen Kebijakan Pelaksanaan POMP Filariasis Kesimpulan Pendapat Informan Kabid Binkesmas tidak mampu menjelaskan peraturan yang mendasari pelaksanaan POMP filariasis dengan alasan lupa.

4.3.1.2.2. Alokasi Anggaran

Alokasi anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dalam rangka pelaksanaan POMP filariasis dirasa sangatlah minim. Hasil wawancara kepada informan dari dinas kesehatan P2 perihal kecukupan dana untuk kegiatan pelaksanaan POMP filariasis disajikan pada matriks berikut ini. Matriks 4.21. Kecukupan Dana Pelaksanaan POMP Filariasis Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kabid Binkesmas 13 November 2013 Masalah filariasis ini memang dana ini belum mencukupi, tetapi kami akan berusaha untuk memaksimalkan dana yang ada. Eee.. baik itu untuk ... karena untuk tenaga kader sendiri dengan jumlah penduduk di Labusel ini, dengan dana untuk kader itu sangat minim sekali, terutama uang pengganti transport ya, yang ditanggung hanya 3 kader per posyandu. Akibat dana yang minim ini mengakibatkan kader malas untuk melakukan pendataan. Masalah benturan di dana, kami memang mendapat kendala, mudah-mudahan nanti di “ P “ PAPBD ada perubahan untuk dana filariasis itu. Kalau kekurangan untuk kader sendiri saya kira cukup banyak, karena dana yang tertampung untuk kader ini sangat minim kek yang saya sebutkan di atas tadi, baik itu juga bukan Universitas Sumatera Utara Matriks 4.21. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan hanya masalah kader juga, transport petugas puskesmas ke desa. Di sini saya lihat hanya dana, dengan 17 puskesmas yang ada di Labusel ini, dana petugas untuk eee... baik itu untuk sosialisasi masalah filariasis, baik itu untuk pelaksanaan, hanya ada empat juta tiga ratus dua puluh ribu. Udah jelas sangat kurang sekali untuk tenaga puskesmas ke desa sangat tidak memadai, baik itu kader yang saya sebutkan tadi untuk pendataan, juga tidak memadai juga, kurang memadai. Untuk petugas ee.. harus ada minimal dana itu sepuluh juta. Jadi sekitar enam jutaan lagi hanya untuk petugas, dan untuk...kader, ee.. pelaksanaan baik pendataan dan pelaksanaan untuk pembagian obatnya sekitar sepuluh juta juga. Jadi kami mungkin butuh dana sekitar dua puluh juta lagi. Kendala yang lain juga masalah sosialisasi ya, anggaran untuk sosialisasi utamanya sosialisasi kepada masyarakat tidak ada di DPA kita, yang ada hanya anggaran untuk sweeping ke rumah- rumah penduduk. Demikian juga dana untuk sensus juga tidak tertampung di DPA kita. Mengenai pemangkasan anggaran, saya tidak mengetahui duduk persoalannya. Karena ketepatan saya bukan yang mengusulkan anggaran tersebut, kabid yang lama yang mengusulkannya. Mungkin ibu bisa bertanya kepada bagian perencanaan. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Universitas Sumatera Utara Matriks 4.22. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan Perihal Kecukupan Dana Pelaksanaan POMP Filariasis Kesimpulan Pendapat Informan Kabid Binkesmas menyatakan bahwa kekurangan dana meliputi dana untuk transport kader dalam rangka melakukan sensus dari rumah ke rumah dan dana untuk transport petugas turun ke desa dalam rangka pembagian obat filariasis. Selanjutnya peneliti menanyakan kepada informan bagian perencanaan dan penyusunan anggaran P4 di Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan perihal penyebab terjadinya pemangkasan anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan POMP filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Matriks 4.23. Pendapat Informan dari Dinas Kesehatan Perihal Penyebab Pemangkasan Anggaran Untuk Pelaksanaan POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan . Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Plt. Kasubag Perencanaan dan Penyusunan Anggaran 13 November 2013 Sebenarnya masing-masing bidang itu, kalau bidang itu memang dia rasa itu memang prioritas, dia cukup bertahan, jangan mau dikurangi pagunya. Terkadang kan masing- masing bidang ini tidak menguasai yang mana yang prioritas di bidangnya mereka, ngak terlalu dikuasainya. Anggaran yang diusulkan itu tidak akan digunting sepanjang dianggap dan telah dilaksanakan analisa, memang itu diperlukan untuk penduduk di kabupaten kita, efeknya kepada penduduk kabupaten ini cukup besar, apabila tidak dilaksanakan akan mengakibatkan suatu eee..kekacauan pelayanan atau keku eee..apa, minimal pelayanan kesehatan di kabupaten ini. Undangan untuk paparan ada, eksaminasi di Bapeda. Diundang untuk datang ke Bapeda untuk mengoreksi mana program- program prioritas di bidang-bidang Universitas Sumatera Utara Matriks 4.23. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan itu. Kabid Binkesmas yang lama ikut turut diundang untuk paparan khususnya penganggaran filariasis, hanya saja kemaren ketika eksaminasi ada beberapa pertanyaan yang memang dia tidak bisa memahaminya, tidak bisa mempertahankannya, sehingga terjadilah pengguntingan. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.24.Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan Dinas Kesehatan Perihal Penyebab Pemangkasan Anggaran Untuk Pelaksanaan POMP Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kesimpulan Pendapat Informan Menurut Plt. Kasubag Perencanaan dan Penyusunan Anggaran bahwa Pemangkasan anggaran yang telah diusulkan melalui rencana kerja anggaran, khususnya anggaran untuk pelaksanaan POMP filariasis disebabkan karena kabid Binkesmas yang lama pada waktu kegiatan eksaminasi di Bapeda tidak dapat mempertahankan anggaran yang diusulkannya, khususnya untuk pelaksanaan POMP filariasis.

4.3.1.2.3. Sumber Daya Manusia

Kurangnya tenaga kesehatan baik dari segi kuantitas maupun kualitas masih merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam melaksanakan program eliminasi filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Hasil wawancara perihal kendala dari segi SDM filariasis kepada informan dari dinas kesehatan P2 dan kepada informan dari puskesmas P5,P6,P7,P8 dapat dilihat pada matriks berikut. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.25. Kendala SDM Filariasis Dalam Program Eliminasi Filariasis Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kabid Binkesmas 13 November 2013 Tenaga kesehatan untuk Kabupaten Labuhanbatu Selatan saya rasa masih kurang ya. Baik itu di dinas kesehatan sendiri maupun di puskesmas. Contohnya saja di bidang kami ini, bidang Binkesmas. Seharusnya ada 3 kepala seksi. Namun kepala seksi baru terisi 2 orang, yang satunya lagi masih kosong. Begitu juga dengan stafnya. Staf yang PNS yang ada di bidang kami ini hanya 3 orang yaitu 1 orang staf di seksi Kesling, 1 orang staf di seksi P2P sebagai wasor Tb Paru dan 1 orang di seksi Wabah dan Bencana dan kami dibantu oleh 3 orang tenaga kontrak. Ibu bisa bayangkan bagaimana sulitnya kami dalam mengurusi masalah kesehatan di kabupaten ini. Gitu juga petugas kesehatan yang ada di puskesmas, kebanyakan basic pendidikannya itu bidan atau perawat. Ada beberapa puskesmas memang petugasnya tamatan SKM, tapi tidak ada yang jurusan seperti yang ibu bilangkan tadi. Iya, entomologi sama epidemiologi. Mengenai petugas analis belum ada memang yang dilatih khusus untuk filariasis, cuman analis kita itu yang ada di puskesmas kotapinang ada 1 orang untuk Kabupaten Labusel, nanti itu akan kami bawa atau kami antarkan ke provinsi untuk mendapatkan pelatihan. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.25. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kepala Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Eee...SDM sebenarnya buk kalau dari segi jumlah kunjungan pasien ke puskesmas, sudah cukup, tapi kalau kita lihat dari banyaknya program yang akan kita kerjakan, kita masih banyak kekurangan tenaga. Bahkan ada petugas kami yang menghandle beberapa program sekaligus bu. Walaupun pada prinsipnya beberapa program itu dapat dihandle oleh satu orang, tapi pasti tidak memberikan hasil yang optimal. Karena pekerjaan yang satu belum selesai, pekerjaan yang lain sudah datang. Ini akan membuat petugas puskesmas seperti dikejar-kejar hujan. Kekurangan tenaga di puskesmas kami ini terutama di bidang eee...asisten apoteker kita masih tidak ada, kemudian.. kusta, kemudian program PTM ya.. penyakit tak menular, kita masih juga kekurangan SDMnya, termasuk surveilance filariasis. Karena kalau menurut apa ini, kalau yang namanya surveilance penyakit minimal dia harus S1, baru dia bisa kerjakan itu, kalau menurut hemat pemikiran saya. Tapi walaupun demikian kita tetap menggunakan SDM yang ada dengan pelatihan dikit-dikitlah bu. Kalau pelatihan petugas khusus untuk filariasis sampai saat ini belum ada yang dilatih, baik ke kabupaten maupun ke provinsi. Ha itulah harapan saya kalau memang ada ke depan di 2014, pihak dinas kesehatan mengadakan hal tersebut untuk puskesmas pelatihan eee...sistem penanganan maupun antisipasi dan manajemen filariasis, saya sangat harapkan sekali karena memang SDM kita kurang. Untuk pelatihan analis khusus untuk filariasis belum ada bu. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.25. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kepala Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Tenaga kesehatan di puskesmas kami ini kalau dari segi jumlah saya rasa cukup. Kalau dari segi komposisi belum lengkap ya. Farmasi dan analis masih belum ada ya, farmasi dan laboratorium itu kan harus petugas khusus ya. Secara kuantitas staf kita sudah cukup, kualitasnya yang belum. Pengelola program filariasis belum, belum pernah dilatih, baik di kabupaten maupun di provinsi. Iya, memang masih ada petugas itu yang rangkap-rangkap pengelola program. Bukan karena tidak cukup orang ya. Karena kan begini, kalau misalnya pemegang filariasis ini lah kan, saya satukan dengan kesling, karenapun dia kan berhubungan. Bukan karena tak cukup. Kalau kita tunjukpun satu orang kalau dia memang ngak bisa, untuk apa dia saya tunjukkan. Ngapain dia kita tunjuk kalau dia ngak mampu, ngak bisa dipercaya. Kepala Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Kalau dari segi jumlah saya rasa cukup. Kalau dari segi kualitas, ya masih kurang, karena memang kadang ada petugas yang kurang faham dia akan tugasnya kan, makanya perlu diadakan pelatihan supaya mereka lebih faham apa yang harus dikerjakan, eee.. terhadap program-program yang dipegangnya. Kalau dari segi komposisi kayaknya kurang ya, kita kurang, eee..karna.., di sini kayak dokter kita cuman satu, sementara kita masih butuh beberapa lagi, kemudian perawat juga kita hanya dua yang PNS nya. Kita di sini hampir semua bidan. Jadi kalau dari segi komposisi emang kuranglah. Iya, surveilancepun kita ambil dari bidan. Kesehatan lingkungan kita ada, kemudian analis juga ada, kemudian... apoteker farmasi, kita emang ada juga tapi Universitas Sumatera Utara Matriks 4.25. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan masih honor, eee.. kalau gizi kita ngak ada. Emang ada yang sudah terpenuhi, tapi masih juga ada yang belum. Kalau khusus filariasis petugas kami emang belum pernah ada yang dilatih. Baik itu dokternya, surveilancenya maupun analisnya. Kepala Puskesmas Bunut 06 November 2013 Di puskesmas kami sampai sekarang tenaga kami masih jauh dari cukup, karena yang kami punya PNS hanya tujuh orang untuk seluruh puskesmas bunut. Ditambah ada enam orang bidan desa yang sekarang lagi aktif. Jadi kami sangat memerlukan tambahan tenaga, agar ke depan dipertimbangkan untuk kami. Akibat kondisi ketenagaan yang kurang, mau tidak mau pemegang program memang udah harus rangkap-rangkap agar terpenuhi pelaporan kami setiap bulannya. Karena ini pengelola program ini masih PNS yang masih baru sepertinya belum pernah dilatih tentang filariasis si pemegang program ini dan dia juga merangkap juga ini pemegang program. Analis kami juga tidak ada. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Universitas Sumatera Utara Matriks 4.26. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan dan dari Puskesmas Perihal Kendala SDM Filariasis Dalam Program Eliminasi Filariasis Kesimpulan Pendapat Informan Menurut Kabid Binkesmas bahwa SDM filariasis yang ada, baik yang ada di dinas kesehatan maupun yang ada di puskesmas di Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih sangat kurang, baik ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitasnya Informan dari Puskesmas P5, P6, P7, P8 menyatakan bahwa SDM filariasis yang ada di puskesmas masih sangat kurang, baik ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

4.3.1.2.4. Kelengkapan Fasilitas Pendukung Program Eliminasi Filariasis

Kelengkapan fasilitas yang ada di sarana kesehatan sangat mendukung dalam rangka mensukseskan program eliminasi filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Namun kenyataannya masih banyak sarana kesehatan yang belum memiliki fasilitas sesuai yang diinginkan dalam rangka mensukseskan program eliminasi filariasis tersebut. Hasil wawancara kepada informan dari dinas kesehatan P2 dan informan dari puskesmas P5,P6,P7,P8 perihal kelengkapan fasilitas pendukung program eliminasi filariasis disajikan pada matriks berikut. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.27. Kelengkapan Fasilitas Pendukung Program Eliminasi Filariasis Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kabid Binkesmas 13 November 2013 Mengenai fasilitas pendukung eliminasi filariasis saya rasa masih kurang ya. Misalnya fasilitas laboratorium, masih banyak puskesmas kita yang belum punya. Ada juga yang sudah ada laboratoriumnya, namun mikroskopnya sudah rusak dan perlu diganti. Di samping itu fasilitas kenderaan roda empat maupun roda dua juga masih kurang. Kadang terpaksa kita sewa kenderaan untuk memenuhi kebutuhan alat transportasi kita. Bahan-bahan promosi untuk filariasis juga masih sangat kurang, ketepatan beberapa bulan yang lalu saya ke provinsi, pihak provinsi memang ada memberikan beberapa poster tentang filariasis, namun tidak cukup untuk disebarkan ke puskesmas maupun ke tempat- tempat lain misalnya ke kantor kepala desa dan kecamatan. Kalau mengenai alat-alat pendukung untuk administrasi saya rasa masih kurang juga, karena ada puskesmas kita yang belum punya komputer maupun printernya. Kepala Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Eee...sarana laboratorium kita ada, fasilitas alatnyapun juga sudah cukup lumayan, dan sebagai tenaga ahlinyapun juga sudah, analisnya sudah ada. Mikroskopnya semua lengkap. Bahkan mikroskop kita termasuk yang sudah canggih saya rasa, katanya bantuan alkes anggaran dari pusat. Tapi itupun sampai sekarang masih belum dipakai. Karena belum pernah petugas diajari cara memakainya. Ambulance ada bu, tapi ya keadaan layak pakai hanya sekitar 60 lah bu. Ada kita komputer 1 unit, tapi kebetulan saat ini sedang rusak, jadi terpaksa milik pribadi yang dipakai saat ini. Kalau alat dan bahan promosi khusus untuk Universitas Sumatera Utara Matriks 4.27. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan filariasis tidak ada bu, kecuali spanduk yang kami terima pada waktu pengobatan massal yang lalu bu. Kepala Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Laboratorium kita tidak ada, analisnya juga tidak ada. Bahan dan alat promosi filariasis juga tidak ada kecuali spanduk yang dikasih sama kami beberapa waktu yang lalu sebelum pengobatan massal. Kalau ambulance kita ada, kondisinya masih layak pakai karena baru kita terima tahun yang lalu. Kenderaan roda dua tidak ada, biasanya petugas memakai milik pribadi. Kalau komputer ada 1 unit, printer 1 unit. Kepala Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Kalau fasilitas kesehatan di Puskesmas Cikampak ini sudah cukup baik, sudah memadailah untuk melakukan pelayanan. Kalau untuk administrasi juga sudah mendingan, kita sudah memiliki 2 unit komputer, ruangannya juga ada. Untuk laboratorium juga kita sudah ada, udah ada ruangannya, udah ada analisnya, bahkan kita sudah puskesmas RM rujukan medik untuk Tb Paru dan kita juga merupakan puskesmas rawat inap di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini. Belum adalah bahan-bahan promosi untuk filariasis ini, baik itu berupa poster, leaflet itu belum ada, sangat kuranglah untuk filariasis ini. Kalau ambulance kita ada 1 unit, kenderaan roda dua tidak ada. Jadi kalau turun ke lapangan masih pakai kenderaan pribadi. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.27. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kepala Puskesmas Bunut 06 November 2013 Laboratorium tidak ada di Puskesmas Bunut, analisnya juga tidak ada. Mikroskop juga tidak ada. Kalau komputer dan printer juga tidak ada. Makanya laporan kami tiap bulan sering terlambat. Bahan dan alat promosi untuk filariasis juga belum ada. Kalau ambulance kami belum ada, kalau kereta roda 2 ada 1 unit. Makanya pada kesempatan ini kami mohon agar fasilitas di puskesmas kami agar ditambah, demikian juga personilnya. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.28. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan dan dari Puskesmas Perihal Kelengkapan Fasilitas Pendukung Program Eliminasi Filariasis Informan Pendapat Informan Kabid Binkesmas menyatakan bahwa fasilitas pendukung program eliminasi filariasis masih jauh dari cukup, terutama fasilitas laboratorium, mikroskop, peralatan untuk proses administrasi, alat transportasi serta bahan dan alat promosi. Informan dari Puskesmas P5, P6, P7, P8 menyatakan bahwa fasilitas pendukung program eliminasi filariasis yang ada di puskesmas masih jauh dari cukup, terutama fasilitas laboratorium, mikroskop, peralatan untuk proses administrasi, alat transportasi serta bahan dan alat promosi. Universitas Sumatera Utara

4.3.1.3. Disposisi

Pada faktor disposisi, penilaian dilakukan pada pihak implementor, berupa komitmen para implementor terhadap kebijakan pelaksanaan POMP filariasis, kejujuran implementor dalam menjalankan kebijakan pelaksanaan POMP filariasis dan sikap demokratis para implementor dalam menjalankan kebijakan pelaksanaan POMP filariasis.

4.3.1.3.1 Komitmen Implementor

Hasil wawancara kepada informan dari dinas kesehatan P1, P2 dan informan dari puskesmas P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12 perihal komitmen dari implementor terhadap kebijakan pelaksanaan POMP filariasis ini dapat dilihat dari matriks di bawah ini. Matriks 4.29. Komitmen Implementor terhadap Kebijakan Pelaksanaan POMP Filariasis Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Plt. Kepala Dinas Kesehatan 02 agustus 2013 Pengobatan massal ini harus tetap jalan ya, apapun ceritanya, siap tidak siap harus tetap dikerjakan karena sudah diamanahkan kepada kita. Kabid Binkesmas 02 Agustus 2013 Komitmennya harus tetap dilaksanakan ya bu, karna ini merupakan tantangan bagi kami ee..untuk pelaksanaan filariasis ini, bagaimana nanti ini dapat berjalan dengan sukses. Apapun kendalanya tetap dilaksanakan. Apapun resikonya kami tetap dilaksanakan dan tetap semangat untuk melaksanakan filariasis ini, supaya penduduk Labusel ini terhindar dari penyakit filariasis. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.29. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kepala Puskesmas Tanjung Medan 02 Agustus 2013 Eee..kami siap mendukung bu, karena jelasnya Kecamatan Kampung Rakyat itu memang daerahnya filariasis ya, bisa dikatakan endemik filariasis, Kecamatan Kampung Rakyat. Jadi kami siap dan cukup optimis untuk menuntaskan pengobatan massal filariasis ini, karena sudah banyak tenaga- tenaga kita yang kena filariasis ini dari berbagai desa, dan sampai saat ini menjadi sosialnya agak terganggu. Jadi inilah yang menjadi bahan pemikiran bagi kami, bagaimana sistemnya agar pelaksanaan pengobatan massal filariasis ini bisa kita laksanakan dengan sukses. Kepala Puskesmas Aek Goti 02 Agustus 2013 Kami siap mendukung pelaksanaan pengobatan massal filariasis ini. Semaksimal mungkin kami akan kerahkan kemampuan yang ada pada kami. Kepala Puskesmas Cikampak 02 Agustus 2013 Kalau kami rasa kebijakan pemberian obat massal perlulah kita dukung, karena sebelumnya kita sudah pernah melaksanakannya berturut-turut pada tahun 2007-2008. Kemudian memang penderitanya cukup banyak di kabupaten kita ini. Jadi apapun ceritanya kami siap mendukung pelaksanaannya. Kepala Puskesmas Bunut 02 Agustus 2013 Kami Puskesmas Bunut, siap melaksanakan program filariasis secara baik. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Tanjung Medan 02 Agustus 2013 Kami siap mendukung bu, supaya kabupaten kita bebas dari penyakit filariasis. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Aek Goti 02 Agustus 2013 Siaplah bu, karena kan sudah banyak penderitanya di Labusel ini. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.29. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Cikampak 02 Agustus 2013 Siap bu. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.30. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan dan dari Puskesmas Perihal Komitmen Implementor Terhadap Kebijakan Pelaksanaan POMP Filariasis Kesimpulan Pendapat Informan Seluruh informan baik informan dari dinas kesehatan maupun informan dari puskesmas menyampaikan kesungguhan dan kesanggupannya untuk mendukung pelaksanaan POMP filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

4.3.1.3.2 Kejujuran Implementor

Pada variabel kejujuran implementor, yang ditanyakan adalah kejujuran para implementor dalam melaksanakan pembayaran honorarium panitia pelaksanaan POMP filariasis untuk petugas puskesmas dan TPEkader serta pembayaran uang transport bagi petugas puskesmas dan TPEkader tanpa pemotongan di luar pajak yang telah ditetapkan. Baik pemotongan di dinas kesehatan maupun di puskesmas. Selain itu ditanyakan juga tentang kemungkinan adanya petugas yang melakukan pekerjaan secara fiktif. Hasil wawancara perihal kejujuran kepada informan dari dinas kesehatan P2 dan Universitas Sumatera Utara kepada informan dari puskesmas P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12 ini dapat dilihat pada matriks berikut ini. Matriks 4.31. Kejujuran Implementor Pada Pelaksanaan POMP Filariasis Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kabid Binkesmas 13 November 2013 Kalau pemotongan eee....memang kami akui ada pemotongan pada saat pencairan dana filariasis. Pemotongan berupa pajak yang dikenakan pada honor panitia pelaksanaan, yaitu... sebesar 5 bagi PNS golongan III dan sebesar 15 bagi golongan IV. Untuk uang transport, tidak dikenakan pemotongan. Namun demikian ada juga pemotongan yang lain di luar pajak oleh bendahara yang besarnya tidak dapat saya sebutkan di sini karena saya rasa hal itu tidak etis untuk dibicarakan. Kalau untuk ke puskesmas, kami tidak lakukan pemotongan lagi setelah pemotongan yang dilakukan oleh bendahara. Kemungkinan petugas kerjanya fiktif bisa saja ya terjadi, tapi kami punya cara untuk meminimkan tindakan itu. Biasanya setiap petugas mengantar SPPD, kami wajibkan mereka melampirkan foto dokumentasi. Selain itu juga kami sudah koordinasikan sama para kepala desa agar menelephon dinas kesehatan kalau memang ada petugas itu yang tidak ada turun ke lapangan. Kepala Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Eee...Sebenarnya...terus terang ada ya pemotongan dana filariasis yang sudah cair oleh dinas kesehatan. Kalau menurut mereka katanya ya, untuk ... dana taktis di dinas kesehatan dan untuk keperluan uang “ longit-longit” katanya. Kalau kami di puskesmas ini, ya mau bagaimana lagi bu, ya harus diterimalah. Besarnya pemotongan saya kurang tahu pasti ya bu, karena biasanya petugas yang saya suruh mengambilnya ke dinas kesehatan. Kalau Universitas Sumatera Utara Matriks 4.31. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan saya pribadi ya bu, saya serahkan pembagiannya kepada petugas, yang penting saya pesankan kepada mereka agar membaginya sesuai dengan beban tugas yang dipikul masing-masingnya. Untuk kader, saya pesankan juga kepada petugas agar membaginya sesuai dengan apa yang diterima dari dinas kesehatan, jangan ada pemotongan, karena mereka sudah bekerja mati-matian sampai meninggalkan tugas mereka mengurus keluarga. Kepala Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Pemotongan tetap ada ya, bukan hanya di program filariasis, tapi juga di program yang lain. Kalau besarannya saya tidak berani ya menyampaikannya, takut nanti jadi bumerang buat saya. Kepala Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Kalau pemotongan dana filariasis yang sudah cair ada. Kalau berapa-berapanya saya kurang faham, sebab saya tugaskan staf saya yang mengambilnya. Kalau pembagiannya saya serahkan kepada pengelola program. Namun demikian, tetap saya koreksi pembagiannya, sesuai dengan berat ringannya pekerjaan atau tanggungjawab mereka. Kalau untuk kader kami tidak lakukan pemotongan, berapa dari dinas, segitu kami berikan. Kepala Puskesmas Bunut 06 November 2013 Eee ... kalau pemotongan dana filariasis yang kami terima memang ada di dinas kesehatan. Katanya di potong di bendahara. Besarannya terus terang agak besar, kalau menurut ukuran kami. Saya mohon maaf tidak dapat menyampaikannya di sini. Kalau untuk pembagian pada petugas saya sesuaikan dengan berat ringannya beban kerjanya dan biasanya mereka tidak keberatan. Kalau untuk kader kami ngak tega memotongnya, sebab mereka sudah Universitas Sumatera Utara Matriks 4.31. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan capek turun ke rumah-rumah penduduk untuk membagi-bagikan obat. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Ada bu pemotongan di dinas kesehatan, saya yang mengambilnya langsung bu. Wuiii bu... tak terkatakanlah bu. Kalau kader, kami kasih sesuai dengan yang dikasih dinaslah bu. Mana kami berani memotong-motongnya bu. Lagian bu, untuk selanjutnya orang itu bisa kapok nanti bu untuk pengobatan massal tahun depan. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Wuiii...ngak tahulah bu berapa dipotong. Bu kapus yang mencairkannya. Memang setiap puskesmas ada potongan kok bu. Saya juga sudah tanyakan kawan-kawan yang di puskesmas lain juga sama. Honor kader sama uang transportnya kami bayarkan sesuai dengan yang dikasih dinaslah bu. Tidak bu, tidak ada kami potong-potong, mana tega kami bu. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Saya tidak tahu berapa pemotongan di dinkes bu, karena yang mengambilnya ke dinkes kapus kami. Tapi memang ada pemotongan bu. Saya dikasih tahu teman dari puskesmas lain yang langsung mengambilnya ke dinkes. Honor kader kami bagi-bagikan sesuai yang diterima dari dinkes bu. Tidak kami potong. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Bunut 02 November 2013 Tidak tahu awak bu berapa pemotongan di dinkes bu, karena yang mengambilnya ke dinkes kapus bu. Tapi memang biasanya ada pemotongan bu. Honor kader ngak ada kami potong bu Universitas Sumatera Utara Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.32. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan dan dari Puskesmas Perihal Kejujuran Implementor Pada Pelaksanaan POMP Filariasis Kesimpulan Pendapat Informan Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa dari segi kejujuran implementor di tingkat puskesmas sudah cukup baik, di mana honorarium dan uang transport bagi kader dibagikan sesuai dengan yang diterima dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.Untuk kejujuran implementor di tingkat dinas kesehatan masih diragukan, karena informan dari puskesmas tidak mau berterus terang mengenai besaran pemotongan yang dilakukan oleh pihak dinas kesehatan.

4.3.1.3.3 Sikap Demokratis

Perihal sikap demokratis yang dinilai adalah sikap implementor pelaksana POMP filariasis dalam hal ini petugas puskesmas terhadap masyarakat yang tidak datang ke posko pengobatan massal filariasis dan terhadap masyarakat yang tidak mau minum obat pencegahan filariasis. Hasil wawancara kepada informan dari puskesmas P9, P10, P11, P12 dan informan dari elemen masyarakat P16, P20, P22, P23 disajikan pada matriks berikut ini. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.33. Sikap Demokratis Pada Pelaksanaan POMP Filariasis Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Kalau masyarakat yang tidak datang ke posko pengobatan massal, ya kami datangi bu. Kami suruh bu kader-kader itu sweeping ke rumah-rumah. Kalau ada yang bilang tidak ada petugas datang ke rumah-rumah untuk membagi obat, mungkin sewaktu kader datang, orangnya sedang pergi atau keluar kota bu. Tapi kan terusnya diumumkan kepada masyarakat bu kalau obat bisa diambil ke puskesmas atau pustu terdekat. Kadang melalui posyandu atau perwiritan atau pas ada acara PKK, tetap diumumkan. Kalau masyarakat yang jelas-jelas menolak minum obat, kami berupaya bu untuk membujuknya atau menerangkan kepada mereka supaya mereka mau meminumnya. Alhamdulillah, mau juga akhirnya orang itu bu. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Tidak ada kami beda-bedakan masyarakat bu. Kami kunjunginya mereka ke rumah- rumah kalau ngak datang ke posko. Tidak kami bedakan mana yang kaya, mana yang miskin. Mana yang jauh, mana yang dekat. Banyak juga bu yang menolak minum obat. Tapi kami coba memberi pengertian. Sebagian ada yang ngerti, jadinya mau minum obatnya, tapi ada juga yang bersikeras ngak mau minumnya. Menurut saya ngak adalah bu ucapan kami yang ngak enak di telinga. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Ngak lah bu, samanya perlakuan kami sama masyarakat itu. Mana pulak ada beda-beda kami buat bu. Semua masyarakat kami usahakan biar bisa minum obat, sekalipun rumahnya jauh-jauh. Banyak bu yang mula- mula menolak obatnya dengan berbagai alasan. Tapi dengan sopan kami ajak mereka agar mau minum obatnya bu, kami kasih Universitas Sumatera Utara Matriks 4.33. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan penyuluhan sikit-sikitlah, akhirnya pada mau juga minum obatnya. Jadi kalau ada yang bilang kami pilih kasih atau kami kasar-kasar ngomongnya sama masyarakat, semuanya ngak betul itu bu. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Bunut 06 November 2013 Kalau setahu saya ya bu, kader-kader di tempat kami ini orangnya santun bu, kebanyakan orang kita Jawa bu. Tapi kalau di tempat lain, saya tidak tahulah bu. Tidak pernah saya dengar ada warga yang melapor kalau kader di tempat kami ini kasar bicaranya. Warga yang ngak datang ke posko cukup banyak juga bu, mungkin mereka pada ngak tahu ada posko atau ada pengobatan massal, tapi kami berusaha bu agar warga tetap dapat obat, dengan melakukan sweeping ke rumah-rumah warga bu. Guru Kelas SDN 112224 07 November 2013 Bu, kalau di Kotapinang ini ngak usahlah heran, udah terkenalnya bu orang Kotapinang ini lantam-lantam. Kalau memang betullah bu orang itu kerja, kenapalah bu kami satu gang ini ngak ada yang dapat obatnya. Mungkin kalau disurvei bu, yakin saya bu banyak yang tidak dapat obat. Kalau di rumah saya ini, tetapnya ada orang bu. Kalau katanya datang ke perwiritan, manalah obatnya bu. Saya jarang kalilah bu alpa ke perwiritan. Ketua LSM LPPLH 31 Oktober 2013 Kalau menurut saya ada betulnya juga yang berpendapat seperti itu bu. Berbeda-beda perlakuan itu kepada masyarakat. Contohnya saja saya ya, kalau dipikir-pikir tempat saya termasuk di ibu kota, di Kotapinang, kenapa saya bisa luput dari jangkauan petugas, saya dan keluarga tidak dapat obat. Kalau saya tahu ada posko, saya pasti datang ke posko mengambil obatnya. Tapi ibu bilang tadi ada sweeping, kenapa sweepingnya ngak sampai Universitas Sumatera Utara Matriks 4.33. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan ke rumah saya ? Terkadang petugas ini ada yang kerjanya nipu, dibilangnya dia ada turun ke lapangan, tapi sesudah dicek tidak adanya dia turun. Tapi memang tidak semuanya begitu bu. Masih ada petugas itu yang punya dedikasi yang tinggi. Bertanggungjawab dia sama pekerjaannya. Penduduk Kotapinang 08 November 2013 Kalau beda-beda sikap petugas kesehatan sama masyarakat memang pernah awak ngalaminya sendiri buk. Pernah dulu waktu anak saya sakit panas tinggi saya bawa ke puskesmas, ngak ada yang open, padahal banyaknya pegawai itu di situ, ada yang duduk- duduk sambil megang Hp, sambil ngobrol, ngak ada yang sigap, tolak-tolakan. Udah merepet lakik awak barulah orang itu sibuk. Inipun awak ngak dapatan obat kaki gajah, ngak ada yang ngantar. Saya jam enam sore udah adanya di rumah buk. Kalau memang kata ibuk ada petugas yang datang ke rumah-rumah, kenapa ke rumah kami ngak ada yang datang. Atau dititip sama buk Yuni depan rumah kan bisa. Tapi iyalah buk, bu Yuni sajapun katanya ngak dapat obat dia, sama kayak awak, ngak ada juga yang ngantar. Penduduk Desa Tolan I,II 24 Oktober 2013 Kami sekeluarga memang ngak berani minum obatnya buk. Sampai sekarang masih ada obatnya awak simpan . Banyak yang bilang kalau minum obat itu bisa mabok berat, pusing, sempoyongan, bahkan ada yang sampai pingsan buk. Seram kali awak dengarnya buk. Jadi daripada awak sekeluarga kayak gitu buk, mending ngak usah diminum. Awak tanya sama kader kenapa sampai kayak gitu, “ wes dipangan aelah “, gitu jawabannya bu. Awak tanya sama bu bidan yang di pustu jawabannya ketus kali. “ Diminum sajalah bu obatnya, mau ibu kena kaki gajah? ” , gitulah bu jawaban orang itu. Universitas Sumatera Utara Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.34. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Puskesmas dan dari Elemen Masyarakat Perihal Sikap Demokratis Pada Pelaksanaan POMP Filariasis Kesimpulan Pendapat Informan Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa sikap demokratis petugas puskesmas sudah cukup baik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, namun ada informan dari elemen masyarakat yang merasa kecewa karena merasa tidak diperlakukan sama dengan masyarakat yang telah menerima obat massal pencegahan filariasis. Secara tersirat informan merasa diperlakukan tidak adil karena ada masyarakat lain yang menerima obat walaupun mereka tidak datang ke posko pengobatan. Sementara ada juga informan yang merasa kecewa karena haknya untuk bertanya mendapat respon negatif dari petugas kesehatan.

4.3.1.4. Struktur Birokrasi

Pada penilaian struktur birokrasi ada beberapa hal yang dinilai yaitu komponen struktur organisasi pengendali utama program eliminasi filariasis dan dasar pemilihan anggotanya, adanya Standar Operasional Prosedur dan fragmentasi pembagian tugas dalam struktur organisasi tersebut.

4.3.1.4.1 Struktur Organisasi

Hasil wawancara kepada informan dari dinas kesehatan P2 mengenai pembentukan struktur organisasi disajikan pada matriks berikut ini. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.35. Struktur Organisasi Tim Pengendali Program Eliminasi Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kabid Binkesmas 13 November 2013 Kalau SK pembentukan tim pengendali program eliminasi filariasis tidak ada kami buat seperti itu. Yang ada kami buat SK panitia pelaksana kegiatan filariasis dan SK pembentukan kader untuk pelaksanaan pengobatan massal. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.36. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan Perihal Struktur Organisasi Tim Pengendali Program Eliminasi Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kesimpulan Pendapat Informan Dari hasil wawancara kepada kabid Binkesmas dapat disimpulkan bahwa tidak ada surat keputusan yang dibuat oleh pembuat kebijakan tentang struktur organisasi tim pengendali program eliminasi filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

4.3.1.4.2 Standar Operasional Prosedur

Kejelasan mengenai Standar Operasional Prosedur SOP merupakan hal penting yang memengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan. Standar Operasional Prosedur akan menyeragamkan tindakan-tindakan para implementor dan memudahkan penerapan implementasi kebijakan. Hasil wawancara kepada informan dari dinas kesehatan P2 dan informan dari puskesmas P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12 perihal kejelasan Standar Operasional Prosedur dapat dilihat pada matriks di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.37. Kejelasan Standar Operasional Prosedur Kebijakan Program Eliminasi Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kabid Bnkesmas 13 November 2013 SOP... buku pedoman kan ya, saya rasa sudah cukup jelas dan mudah dipahami. Kepala Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Bagaimana mau jelas bu, juknisnya belum ada kami terima. Kepala Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Apanya yang jelas, juknisnya pun tak ada dikasih sama kami. Kepala Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Kalau juknis yang baru ngak tahulah kami dak, belum ada kami terima. Kepala Puskesmas Bunut 06 November 2013 Itulah yang jadi masalah dek. Kadang petugas mau turun ke lapangan tidak ada buku pegangan atau SOP orang itu. Takutnya nanti salah langkah, jadi blunder buat petugas. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Tidak ada juknisnya kami pegang bu. Belum ada, kata dinkes masih nunggu dari provinsi. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Juknisnya saja ngak ada, cemana mau jelas bu. Maunya dikasihlah sama kami bu. Pengelola Program Filariasis Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Wui da buk, kayak manalah mau jelas, ngak ada dikasih sama kami pedomannya. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.37. Lanjutan Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Pengelola Program Filariasis Puskesmas Bunut 06 November 2013 Itulah bu, biar jelas dikasihlah sama kami buku juknisnya. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Matriks 4.38. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan dan dari Puskesmas Perihal Kejelasan Standar Operasional Prosedur Kebijakan Program Eliminasi Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kesimpulan Pendapat Informan Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kabid Binkesmas menyatakan bahwa SOP sudah cukup jelas dan mudah dipahami. Sedangkan informan dari puskesmas semuanya menyatakan bahwa SOP tidak jelas karena belum ada mereka terima dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

4.3.1.4.3 Koordinasi Berjenjang

Koordinasi berjenjang bisa ditemui pada sistem pelaporan, monitoring dan evaluasi. Hasil wawancara kepada informan dari dinas kesehatan P2 dan informan dari puskesmas P5, P6, P7, P8, perihal koordinasi berjenjang dapat dilihat pada matriks di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Matriks 4.39. Hasil Wawancara Perihal Koordinasi Berjenjang Informan Tanggal Wawancara Pendapat Informan Kabid Binkesmas 13 November 2013 Kalau sistem pelaporan biasanya dimulai dari bidan desa ke puskesmas, puskesmas melapor ke dinas kesehatan kabupaten, dinas kesehatan kabupaten melapor ke dinas kesehatan provinsi, selanjutnya dinas kesehatan provinsi melapor ke pusat. Kalau monitoring ke puskesmas sudah kami lakukan ada 1 kali setelah pengobatan massal, karena untuk filariasis ini hannya 1 kali monitoring yang tertampung di DPA dinas kesehatan kita. Kalau dari dinas kesehatan provinsi sudah ada datang 1 kali juga setelah pengobatan massal. Kepala Puskesmas Tanjung Medan 04 November 2013 Kalau monitoring sesudah pengobatan massal ada ya 1 kali mereka datang bersama dengan dinas kesehatan provinsi. Kepala Puskesmas Aek Goti 01 November 2013 Kalau ke puskesmas kami belum ada setelah pengobatan massal Kepala Puskesmas Cikampak 02 November 2013 Seingat saya setelah pengobatan massal adalah satu kali dari dinas kesehatan kabupaten datang bersama dinas kesehatan provinsi. Kepala Puskesmas Bunut 06 November 2013 Belum, belum ada mereka datang monitoring sesudah pengobatan massal. Hasil wawancara terhadap informan di atas dapat disimpulkan dalam matriks berikut ini : Universitas Sumatera Utara Matriks 4.40. Kesimpulan Hasil Wawancara Kepada Informan dari Dinas Kesehatan dan dari Puskesmas Perihal Koordinasi Berjenjang Informan Pendapat Informan Kabid Binkesmas menyatakan bahwa sudah ada koordinasi berjenjang dari dinas kesehatan provinsi ke dinas kesehatan kabupaten dan ke puskesmas. Informan dari Puskesmas P5, P6, P7, P8 menyatakan bahwa sudah ada koordinasi berjenjang dari dinas kesehatan provinsi ke dinas kesehatan kabupaten dan ke puskesmas, namun ada juga informan P8 yang menyatakan belum ada monitoring dari dinas kesehatan ke puskesmasnya setelah pengobatan massal.

4.3.2. Hasil Cakupan Pengobatan Massal