Struktur Birokrasi Implementasi Pelaksanaan POMP Filariasis

Berdasarkan hasil penelitian terhadap faktor disposisi ini maka dapat diketahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan POMP filariasis. Adapun faktor yang mendukung tersebut adalah : a. Adanya komitmen yang baik dari implementor untuk mendukung pelaksanaan POMP filariasis ini. b. Adanya kejujuran dari implementor. c. Adanya sikap demokratis yang dimiliki oleh implementor. Sedangkan faktor penghambatnya adalah : a. Adanya ketidakjujuran dari sebagian implementor. b. Ada sebagian implementor yang tidak memiliki sikap demokratis.

5.1.4. Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan badan yang paling sering dan bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Dalam pelaksanaan POMP filariasis struktur birokrasi seluruhnya berada dalam struktur pemerintahan. Pada penelitian ini yang diteliti adalah struktur organisasi , Standar Operasional Prosedur dan koordinasi berjenjang.

5.1.4.1. Struktur Organisasi

Penetapan struktur organisasi dilakukan untuk menyeragamkan tindakan- tindakan implementor dalam organisasi kompleks yang tersebar luas, yang pada gilirannya menimbulkan fleksibilitas yang besar dari implementor. Dari hasil wawancara dengan informan dari dinas kesehatan terungkap bahwa tidak ada surat keputusan yang dibuat oleh pembuat kebijakan tentang struktur Universitas Sumatera Utara organisasi tim pengendali Program Eliminasi Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

5.1.4.2. Standar Operasional Prosedur

Kejelasan mengenai SOP merupakan hal penting yang memengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan. SOP akan menyeragamkan tindakan- tindakan para implementor dan memudahkan penerapan implementasi kebijakan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa semua informan yang ada di puskesmas menyatakan bahwa SOP tidak jelas karena belum ada dibagikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan kepada mereka. Hanya informan dari dinas kesehatan saja yang menyatakan bahwa SOP sudah cukup jelas dan mudah dipahami. Kendala ini mengakibatkan banyaknya ketidakkonsistenan yang terjadi di lapangan karena tidak ada petunjuk yang jelas dan seragam sebagai pedoman bagi implementor di tingkat puskesmas.

5.1.4.3. Koordinasi Berjenjang

Untuk melihat apakah suatu kegiatan ataupun kebijakan telah berjalan sesuai dengan arahan yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan kegiatan monitoring dan evaluasi. Dari hasil penelitian terlihat bahwa sudah ada koordinasi berjenjang dari dinas kesehatan provinsi ke dinas kesehatan kabupaten dan ke puskesmas. Hal ini terungkap dari hasil wawancara yang dilakukan kepada informan baik yang ada di dinas kesehatan maupun yang ada di puskesmas. Namun ada juga informan yang menyatakan belum ada monitoring dari dinas kesehatan ke puskesmasnya setelah Universitas Sumatera Utara pengobatan massal. Hal ini menunjukkan bahwa monitoring yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kabupaten Labuhanbatu Selatan masih belum optimal. Menurut hasil penelitian perihal faktor struktur birokrasi maka dapat diketahui beberapa faktor penghambat implementasi pelaksanaan POMP filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Faktor-faktor penghambat tersebut adalah : a. Tidak adanya struktur organisasi tim pengendali program eliminasi filariasis b. Tidak adanya SOP yang jelas c. Kurang optimal koordinasi berjenjang.

5.1.5. Hasil Cakupan Pengobatan Massal