Sumber Dana dan Sarana Eliminasi Filariasis

d.3 Pendekatan blok Perluasan jangkauan program dengan mengutamakan blok-perblok daerah yang mempunyai kesamaan geografis, budaya, mobilitas penduduk atau secara epidemiologis mudah terjadi penularan.

2.2.4. Sumber Dana dan Sarana Eliminasi Filariasis

Menurut buku Pedoman Program Eliminasi Filariasis di Indonesia tahun 2009, pemerintah pusat dan daerah menggalang setiap sumber pendanaan pemerintah, lembaga kemasyarakatan, kerjasama antar negara dan lembaga internasional. 1. Sumber pendanaan pelaksanaan pengobatan massal filariasis a. Biaya operasional pelaksanaan pengobatan massal filariasis di kabupatenkota, puskesmas dan penggerakan masyarakat bersumber dari alokasi anggaran di kabupatenkota dan kerjasama di kabupatenkota. b. Pengadaan obat-obatan dalam pelaksanaan pengobatan massal filariasis bersumber dari pemerintah Departemen Kesehatan untuk obat DEC dan paracetamol dan Badan Kesehatan Dunia WHO untuk obat albendazole. c. Alokasi anggaran dan pelaksanaan pengobatan selektif, penatalaksanaan reaksi pengobatan massal filariasis, bersumber dari anggaran pemerintah kabupatenkota. d. Pemetaan, survei cakupan pengobatan massal dan survei evaluasi prevalensi mikrofilaria bersumber dari alokasi anggaran pemerintah provinsi. Universitas Sumatera Utara b. Penatalaksanaan Kasus Klinis Filariasis Biaya operasional dan logistik obat serta sarana penunjang lainnya bersumber dari alokasi anggaran pemerintah kabupatenkota. 2.2.5. Indikator Kinerja Menurut buku Pedoman Program Eliminasi Filariasis di Indonesia tahun 2009, indikator kinerja eliminasi filariasis ada 2 yaitu : a. Persentase kabupaten endemis menjadi tidak endemis = Jumlah kabkota eliminasi filariasis pada akhir tahun tertentu Jumlah kabkota endemis filariasis sebelum program eliminasi filariasis dilaksanakan pada tahun yang sama x 100 Kabkota endemis filariasis adalah kabkota yang memiliki microfilaria rate = 1 , dan kabkota eliminasi filariasis adalah apabila hasil evaluasi tahun ke 5 menunjukkan microfilaria rate 1 . b. Kasus klinis yang ditangani per tahun 90 b.1 Persentase kasus klinis yang ditangani per tahun = jumlah kasus klinis filariasis yang ditangani pada tahun tertentu jumlah kasus klinis yang tercatat pada tahun yang sama x 100 b.2 Jumlah limfedema yang ditangani per tahun b.3 Jumlah hidrokel yang dioperasi per tahun Secara skematis, eliminasi filariasis, strategi dan kegiatan pokok dapat diperlihatkan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Skema Eliminasi Filariasis, Strategi dan Kegiatan Pokok 2.3. Landasan Teori Banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan. Menurut George C. Edward III Subarsono,2009 ada 4 faktor yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan yaitu faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Keempat faktor tersebut saling berhubungan dan saling memengaruhi dalam proses implementasi. Hubungan faktor-faktor yang saling memengaruhi tersebut dapat digambarkan seperti di bawah ini : Gambar 2.4 Model Implementasi menurut George C. Edward III Kegiatan Pokok : 1. Meningkatkan promosi 2. Mengembangkan sumber daya manusia filariasis 3. Menyempurnakan tata organisasi 4. Meningkatkan kemitraan 5. Meningkatkan advokasi 6.Memberdayakan masyarakat 7. Memperluas jangkauan program 8.Memperkuat sistem informasi strategis Strategi : 1. Memutus rantai penularan filariasis melalui pengobatan massal di daerah endemis filariasis 2. Mencegah dan membatasi kecacatan melalui penatalaksanaan kasus klinis filariasis 3. Pengendalian vektor secara terpadu 4. Memperkuat kerjasama lintas batas daerah dan negara 5. Memperkuat surveilans dan penelitian Eliminasi Filariasis Komunikasi Sumber Daya Implementasi Disposisi Struktur Birokrasi Universitas Sumatera Utara

2.4. Kerangka Berfikir