Khiyar Majlis atau hak pilih dilokasi perjanjian Khiyar al-Majlis

63 Pada dasarnya khiyar itu sendiri boleh bersumber dari kedua belah pihak yang berakad, dengan syarat harus ada kesepakatan diantara keduanya untuk memasukkan klausula khiyar tersebut dalam akad atau perjanjian yang akan dibuat. Adapun jenis- jenis khiyar dalam Hukum Islam adalah sebagai berikut:

1. Khiyar Majlis atau hak pilih dilokasi perjanjian Khiyar al-Majlis

101 , yaitu hak pilih bagi kedua belah pihak yang berakad untuk membatalkan akad, selama keduanya masih berada dalam satu majelis ruangan toko dan belum berpisah badan. Artinya, suatu transaksi baru dianggap sah apabila kedua belah pihak yang melaksanakan akad telah berpisah badan atau salah seorang di antara mereka telah melakukan pilihan untuk menjual dan atau membeli. Khiyar seperti ini hanya berlaku dalam suatu transaksi yang bersifat mengikat kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi, seperti jual beli dan sewa menyewa. Dasar hukum adanya khiyar majlis ini adalah sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “Apabila dua orang melakukan akad jual beli, maka masing-masing pihak mempunyai hak pilih, selama keduanya belum berpisah badan,,”HR al- Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn ‘Umar Para pakar hadis menyatakan bahwa yang dimaksudkan Rasullah Saw dengan kalimat “berpisah badan” adalah setelah melakukan akad jual beli, barang diserahkan kepada pembeli dan harga barang diserahkan kepada penjual. Akan tetapi, terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai keabsahan Khiyar 101 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, hal: 130 Universitas Sumatera Utara 64 Majlis ini. Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa masing- masing pihak yang melakukan akad berhak mempunyai Khiyar Majlis, selama mereka masih dalam majelis akad. Sekalipun akad telah sah dengan adanya ijab ungkapan jual dari penjual dan qabul ungkapan beli dari pembeli, selama keduanya masih dalam majelis akad, maka masing-masing pihak berhak untuk melanjutkan atau membatalkan jual beli itu, karena akad jual beli ketika itu dianggap masih belum mengikat. Akan tetapi, apabila setelah ijab dan qabul masing-masing pihak tidak menggunakan hak khiyar-nya dan mereka berpisah badan, maka jual beli itu dengan sendirinya menjadi mengikat; kecuali apabila masing-masing pihak sepakat menyatakan bahwa keduanya masih berhak dalam jangka waktu tiga hari untuk membatalkan jual beli itu. Alasan yang mereka kemukakan adalah hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh di atas al-Bukhari dan Muslim di atas. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah suatu akad sudah sempurna dengan ada ijab dan qabul dari pembeli. Alasan mereka adalah suatu akad sudah dianggap sah apabila masing-masing pihak telah menunjukkan kerelaannya, dan kerelaan itu diungkapkan melalui ijab dan qabul. Hal ini sejalan dengan irman Allah dalam surat An-Nisa ayat 29 yang berbunyi: ”…kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu,,”Menurut mereka, hadis tentang Khiyar Majlis tidak boleh diterima, karena bertentangan dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 1 yang berbunyi : “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu..” Maksudnya, apa bila Universitas Sumatera Utara 65 suatu akad telah dipenuhi, kedua belah pihak sudah saling rela, maka akad telah sah dan tidak ada lagi peluang di tempat itu untuk membatalkan akad. Menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, hadis itu bertujuan untuk menunjukkan selesai akad jual beli, bukan berpisahnya badan masing-masing dari majelis akad. Oleh sebab itu, sebelum selesainya akad, masing-masing pihak memilki hak untuk meneruskan atau membatalkan jual beli. Sebenarnya tidak ada pertentangan antara khiyar majlis dengan semangat ayat-ayat Al-Qur’an di atas. Hal ini disebabkan karena akad yang sempurna dan memiliki kekuatan untuk dijalankan lazim adalah akad yang selain sudah memenuhi segenap syarat dan rukunnya, juga tidak mengandung khiyar di dalamnya. Justru khiyar ini disyariatkan untuk menegaskan dan mengokohkan kesempurnaan “berlaku suka sama suka di antara kamu”. Mazhab Syafi’i dan hambali berpandangan bahwa jika akad telah disepakati oleh kedua belah pihak dengan ijab dan qabul, maka kedudukan akad ini menjadi jaiz selama kedua pihak masih berada di dalam majlis akad. Pada saat itu masing-masing pihak masih memperoleh khiyar untuk menetapkan apakah transaksi dibatalkan atau terus dilanjutkan. Untuk menentukan bagaimana hakekat perpisahan yang mengandung konsekuensi keluar dari majlis akad dan khiyar majlis telah dilampaui sehingga transaksi hukum syara’ telah Universitas Sumatera Utara 66 dinilai berlangsung, diserahkan kepada urf atau kebiasaan yang berlaku dimasyarakat itu. 102

2. Khiyar asy- Syarat, yaitu hak pilih yang ditetapkan bagi salah satu pihak yang