Struktur Fonotaktik dalam Suku Kata yang Bersuku Kata Dua

dapat mengikuti kaidah penyukuan keempat karena posisi konsonan tidak berada pada posisi awal kata, oleh karena itu, suku pertama yang sebelumnya terbuka menjadi tertutup. Keberadaan sebuah konsonan pada suku pertama sebagai akhir suku, seperti yang t erdapat pada kata aŋ menghasilkan penyukuan yang berterima. aŋ ŋa Struktur fonem yang membangunnya adalah vokal dan konsonan, konsonan muncul di akhir suku yaitu bunyi nasal velar bersuara ŋ. Pada bagian ini tidak terdapat gugus konsonan. Berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa persukuan kata yang memiliki satu suku kata dalam bahasa Pesisir Sibolga dapat berterima dan pola seperti ini lazim digunakan oleh masyarakat Pesisir Sibolga dalam menggunakan bahasa Pesisir Sibolga.

5.2.2 Struktur Fonotaktik dalam Suku Kata yang Bersuku Kata Dua

Berdasarkan pada kaidah penyukuan yang digunakan dalam penelitian ini, maka untuk menentukan suku kata dalam kata harus mengikuti kaidah-kaidah tersebut sehingga dapat diketahui struktur fonotaktik fonem dalam suku kata yang bersuku kata dua. Hal yang pertama kali dilakukan oleh penulis dalam menentukan suku pada kata adalah dengan cara pengamatan terhadap data dan membagi kata ke dalam suku dengan menggunakan intuitif bahasa, lalu menyesuaikan dengan kaidah yang dipakai dalam penyukuan. Contoh berikut akan menunjukkan suku itu terbentuk, yaitu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara bali? a ba-li? b bal-ik gole? go-le? gol-e? butul bu-tul but-ul bibit bi-bit bib-it bare? ba-re? bar-e? Dari data di atas menjelaskan bahwa suku pertama terdiri atas dua fonem yaitu satu konsonan dan satu vokal. Dengan adanya keberadaan konsonan di awal suku menyebabkan suku pertama menjadi suku terbuka, dan hal itu disebabkan karena terdapatnya kenyataan berbahasa yang menyertakan sebuah konsonan pada suku pertama. Struktur fonem yang membentuk suku tersebut adalah konsonan dan vokal, yaitu konsonan mendahului vokal sehingga membentuk suku terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan dari kaidah penyukuan yang mendasari pembentukan suku yang menyatakan agar suku pertama terbuka dapat terpenuhi. Suku kedua terdiri atas tiga fonem, yaitu konsonan, vokal, dan konsonan sehingga membentuk suku tertutup. Penyukuan yang terdapat pada b merupakan penyukuan yang tidak berterima karena tidak terdapatnya kenyataan berbahasa yang menyertakan sebuah konsonan pada suku pertama. Sebuah konsonan pada dasarnya dapat diletakkan pada suku kedua, seperti yang terdapat pada a. Dari contoh di atas memperlihatkan bahwa suku pertama bersifat terbuka karena penyertaan satu konsonan saja sebelum vokal, sedangkan pada suku kedua menyebabkan suku tersebut menjadi suku tertutup karena pada akhir suku terdapat sebuah konsonan yang mengakhirinya, sehingga dari distribusi konsonan tersebut Universitas Sumatera Utara tidak ditemukan dalam suku berupa gugus konsonan baik di suku pertama maupun suku kedua. Hal ini dibenarkan secara fonotaktis yang disesuaikan dengan kaidah penyukuan dan dari segi kenyataan berbahasa hal ini ada dalam bahasa Pesisir Sibolga. Kata yang memiliki struktur seperti ini banyak ditemukan pada kata dalam BPS, yaitu: gada ɳ, kolo?, bulan, busu?, dagiɳ, dataɳ, di ɳin, taga?, tula?, dudu?, kure?, garam, gawi?, gapu?, gigi?, goso?, gunu ɳ, hapus, kabe?, jalan, kolo?, muna?, kanan, kete?, kariɳ, kotor, kuli?, kuni ɳ, laɳi?, lawi?, li y e?, lurus, lutu?, malam, minum, ha ɳo?, ha ɳe?, kasi?, paru?, bataɳ, kuduɳ, puse?, kapa?, si y a ɳ, tajam, taɳan, hela?, taba ɳ, gala?, meme?, tipis, tulaɳ. Urutan fonem yang terdapat pada struktur kata di atas adalah sebagai berikut: 1. Fonem letupan b, d, t, k, p, g, geseran h, s, paduan j, sengauan m, dan sampingan l berkombinasi dengan vokal sehingga membentuk suku pada kata. 2. Vokal a, i, u, e, o membentuk suku pada kata yang dapat disebut dengan suku terbuka. Karena letak konsonan yang mendahului vokal. 3. Fonem letupan b, d, t, p, g, geseran s, sengauan m, n, ɳ,, sampingan l, hampiran w, y dan getaran r muncul pada awal pembentukan suku pada kata 4. Fonem vokal a, i, u,e, o berada di tengah atau diapit dua buah konsonan. 5. Fonem letupan tak bersuara t, ?, geseran s, sengauan m, n, ɳ,, dan getaran r terdapat dalam suku yang terletak di akhir suku dan membentuk suku tertutup. Universitas Sumatera Utara Selain data di atas, data di bawah ini juga terdapat dalam kata bahasa Pesisir Sibolga, yaitu: [abu], [aya], [baru], [basa], [bala], [ buŋo], [soŋe], [basu], [bahe], dan [ati]. Kata-kata tersebut juga mempunyai dua suku kata, hanya saja pola penyukuan yang berbeda. Jika ditilik dari segi pembentukan suku terhadap kata- kata di atas dapat diketahui bahwa keberadaan konsonan dalam kata dapat menentukan sebuah suku, begitu juga dengan keberadaan sebuah vokal dapat membentuk sebuah suku. Dilihat dari pelekatan fonem konsonan pada salah satu suku, maka konsonan tersebut menjadi akhir suku bagi suku pertama atau awal suku bagi suku kedua. Kata-kata di atas menunjukkan bahwa keberadaan sebuah konsonan pada suku pertama dan suku kedua menyebabkan suku-suku tersebut menjadi suku terbuka. Penyukuan yang terdapat pada b merupakan penyukuan yang tidak berterima karena tidak terdapatnya kenyataan berbahasa yang menyertakan sebuah konsonan pada suku pertama. Sebuah konsonan pada dasarnya dapat diletakkan pada suku kedua, seperti yang terdapat pada a. Kaidah penyukuan yang menghendaki suku pertama terbuka dan prinsip mendahulukan awal suku dapat tercapai dalam penyukuan bahasa Pesisir Sibolga. [baru] a ba-ru b bar-u [basa] ba-sa bas-a [bala] ba-la bal-a [ buŋo] bu- ŋo buŋ-o [ soŋe] so- ŋe soŋ-e [basu] ba-su bas-su Universitas Sumatera Utara [bahe] ba-he ba-he Dari data juga dapat diketahui bahwa tidak semua suku pertama disertai dengan sebuah konsonan melainkan hanya terdiri atas satu buah vokal. Seperti pada kata-kata di bawah ini. [ijo] a i-jo b ij-o [ati] a-ti at-i [abu] a-bu ap-u [aya] a-ya ay-a Konsonan yang dapat dinyatakan sebagai awal atau akhir suku ternyata tidak semuanya dapat mendahului atau mengikuti setiap vokal dalam kata bahasa Pesisir Sibolga. Pada dasarnya setiap vokal dapat didahului atau diikuti di awal atau di akhir suku tertentu. Ditemukan suku dalam kata bahasa Pesisir Sibolga tanpa awal dan akhir suku. Suku seperti ini disebut suku satu fonem karena terdiri atas vokal saja. Seperti pada kata-kata di atas menjelaskan bahwa fonem vokal dapat menjadi satu suku yang terletak di awal kata. Berdasarkan pada data yang diperoleh semua fonem vokal yang terdapat dalam bahasa Pesisir Sibolga dapat menjadi suku satu fonem. Hal tersebut berterima dalam bahasa Pesisir Sibolga dan secara aturannya dapat berterima karena kedua suku yang membentuk kata membentuk suku terbuka dan hal itu sesuai dengan kaidah penyukuan Pulgram 1970 yang digunakan dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara Selain itu, dari data ditemukan kata berupa gugus konsonan karena terdapat dua sampai tiga konsonan antara dalam suku seperti yang terdapat dalam kata-kata berikut ini: [preman] a pre-man b prem-an [proses] pro-ses pros-es [spiral] spi-ral spir-al [broker] bro-ker brok-er [struktur] struk-tur stru-ktur [kontrak] kon-trak kont-rak Dari data di atas menunjukkan penyertaan beberapa konsonan pada satu suku yaitu terdapat pada suku pertama sehingga membentuk suku tertutup karena pada akhir suku terdapat sebuah konsonan. Dengan disertakannya dua atau lebih konsonan antara tersebut dapat menghasilkan sejumlah kemungkinan pola pada fonotaktik fonem dalam bahasa Pesisir Sibolga. Untuk mewujudkan suku terbuka yang dimaksudkan kaidah penyukuan kedua tidak dapat terpenuhi karena setiap upaya untuk memperoleh suku terbuka berdampak pada pemunculan gugus konsonan yang tidak dapat diterima pada awal suku keduanya. Untuk menjadikan suku pertama terbuka menyebabkan konsonan antara yang pertama harus disertakan kepada suku kedua bersama konsonan sesudahnya sehingga batas pisah antara suku pertama dan kedua terdapat sesudah fonem pertama konsonan antaranya. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pada data yang telah ditemukan dapat diketahui struktur suku kata seperti di bawah ini: 1. [ai] air a-i 2. [apo] apa a- po 3. [inun] itu i-nun 4. [ikko] ini ik-ko 5. [ampe?] empat am-pe? 6. [kau] kau ka-u 7. [gae?] tua ga-e? 8. [so ɳe] buruk so- ɳe 9. [bare?] berat ba-re? 10. [rimbo] hutan rim-bo 11. [rambu?] rambut ram-bu? Ada beberapa rumusan yang berkaitan dengan urutan fonem yang membentuk dua suku kata yaitu: 1. Fonem a, i, u, e, contoh katanya adalah i.tu. 2. Vokal a, u, i, e, opada kata am.bo, u ɳ.ge, in.da?. Kata am-bo terdiri atas dua suku kata, yaitu am sebagai suku kata pertama dan bo sebagai suku kata kedua, sehingga bentuk kata tersebut adalah am-bo. 3. Contoh ketiga di atas merupakan suku kata pertama yang terdiri atas vokal a, u, i, e, o, seperti pada contoh kata ta-un, [bu- w a], ki-da, ke-te?, go- so?. Universitas Sumatera Utara 4. Vokal a, i, u, e, o terdapat dalam kata seperti pada kata da-ra, bi-ni, ba- tu, ba-he, li-mo. Sebagai contoh kata dara ini terdiri atas dua suku kata. Suku kata pertama adalah da yang terdiri atas bunyi dental bersuara yang diikuti bunyi vokal a. Suku kata kedua adalah ra yang terdiri atas bunyi konsonan trill bersuara r dan bunyi vokal a. 5. Suku kata pertama terdiri atas fonem a, i, u, e contohnya pada kata kak- ki, rim-bo, kukku, pen-de?. Misalnya kata kak-ki mempunyai dua suku kata, yaitu kak sebagai suku pertama, terdiri atas fonem letupan k di awal suku, vokal a, dan fonem k di akhir suku, struktur seperti ini sering terjadi dalam BPS. ki pada suku kedua yang terdiri atas fonem letupan k dan fonem vokal a. 6. Bunyi vokal pada bunyi konsonan, vokal dan konsonan pada suku kata kedua terdiri atas a, i, u, e contohnya pada kata ba ɳ-ka?, pac-ci?, tak- ku?, pen-de?. 7. K onsonan pada suku kata pertama dan tertutup terdiri atas fonem-fonem sengauan m, n contohnya pada kata am-pe?, um-ma?. 8. K onsonan pada persukuan yang terdapat pada suku kata pertama terdiri atas semua fonem letupan b, d, g, k, p, t, fonem geseran yang terdiri atas h, s, fonem paduan j, fonem sengauan m, dan fonem sampingan lcontohnya ba-ru, ha-bu, dan ja-tu. 9. Konsonan yang terdapat pada suku kata kedua terdiri atas fonem letupan b, d, g, t, fonem geseran s, h, fonem getaran r, fonem sampingan l, fonem hampiran w, fonem sengauan m, n, ŋ, dan fonem paduan j contohnya ma-ti, sa-mo, dan pa-ra. Universitas Sumatera Utara 10. Suku kata pertama terdiri atas fonem letupan b, d, k, t, p, fonem geseran h, fonem getaran r, fonem sampingan l, fonem sengauan m, n, ɳ, dan fonem paduan c, j contohnya lin-ci, ham-bus, dan ku- duŋ. 11. Suku kata kedua terdiri atas fonem-fonem letupan ?, fonem geseran s, dan fonem sengauan m, ŋ, contohnya pan-jaŋ, ham-bus, sam-pi?. 12. Suku kata pertama terdiri atas fonem letupan d, k, ? , fonem sengau m, n, ŋ, dan fonem geseran s terdapat pada kata ham-bus, dan ku-duŋ. 13. Suku kata kedua terdiri atas fonem-fonem letupan ?, fonem geseran s, dan fonem sengau m, ŋ, terdapat pada kata pan-jaɳ, ham-bus, sam-pi?. Dari contoh kata tersebut terlihat bahwa fonem sengau n dan m berdampingan dengan fonem letup seperti b dan p. Selain itu fonem sengau juga berdampingan dengan fonem paduan seperti j. Hal ini berarti bahwa dalam bahasa Pesisir Sibolga struktur fonem kata bahasa Pesisir Sibolga lazim ditemukan. Setiap suku kata yang terdapat dalam kata yang mempunyai dua suku kata ditandai dengan sebuah vokal yang merupakan puncak kenyaringan suku kata. Puncak tersebut dapat didahului dan diikuti oleh konsonan.

5.2.3 Struktur Fonotaktik dalam Suku Kata yang Bersuku Kata Tiga