Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang Konsep Pendidikan Islam

B. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang Konsep Pendidikan Islam

Secara umum, ide-ide pembaharuan KH. Ahmad Dahlan dapat diklasifikasikan kepada dua dimensi, yaitu : Pertama , berupaya memurnikan ajaran Islam dari khurafat, tahayul, dan bid’ah yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah umat Islam. Kedua , mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap

doktrin Islam dalam rumusan dan penjelasan yang diterima rasio 166 . Pemikiran dan perjuangannya memang banyak mengadopsi pemikiran

dan perjuangan tokoh-tokoh Islam yang berasal dari Timur Tengah. Di antara para pemikir Islam Timur Tengah yang menjadi motivator dan inspirator bagi KH. Ahmad Dahlan dalam mengambil kesimpulan adalah Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasid Ridha. Selain itu, beliau mendapat pula inspirasi dan motivasi dari Jamaluddin al Afghani asal Afganistan dan

Kiai Saleh darat dari Semarang. 167 KH. Ahmad Dahlan adalah tokoh yang tidak banyak meninggalkan

tulisan. KH. Ahmad Dahlan lebih menampilkan sosoknya sebagai manusia amal atau praktisi dari pada filosof yang banyak melahirkan pemikiran dan gagasan tetapi sedikit amal. Sekalipun demikian tidak berarti bahwa KH. Ahmad Dahlan tidak memiliki gagasan. Amal usaha Muhammadiyah merupakan refleksi dan manisfestasi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan dan keagamaan.

166 Samsul Nizar, Op Cit, Hlm 103-104. 167 Adi Nugraha, Op Cit, Hlm 43.

Istilah pendidikan di sini dipergunakan dalam konteks yang luas tidak hanya terbatas pada sekolah formal tetapi mencakup semua usaha yang dilaksanakan secara sistematis untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan, nilai dan keterampilan dari generasi terdahulu (tua) kepada generasi muda. Dalam konteks ini termasuk dalam pengertian pendidikan adalah kegiatan

pengajian, tabligh, dan sejenisnya 168 . Pada bagian ini akan dibahas pemikiran pendidikan Islam KH. Ahmad

Dahlan sebagaimana yang dikemukakan dalam ceramah dan pengajian yang tercermin dalam amal usaha Muhammadiyah terutama pendidikan (sekolah, madrasah, dan pesantren). Dalam pemikirannya terhadap pendidikan Islam, KH. Ahmad Dahlan lebih menitikberatkan pemikirannya pada konsep tujuan pendidikan Islam dan konsep tehnik penyelenggaraannya saat itu.

1. Tujuan Pendidikan Islam

Membicarakan tujuan atau cita-cita pendidikan KH. Ahmad Dahlan tidak terlepas dari tujuan atau cita-cita Muhammadiyah sendiri, karena cita-cita Muhammadiyah adalah cita-cita KH. Ahmad Dahlan. Karena itu, mengenai cita-cita pendidikan Muhammadiyah akan mempelajari cita-cita

pendidikan KH. Ahmad Dahlan. 169 KH. Ahmad Dahlan menganggap bahwa pembentukan kepribadian

sebagai target penting dari tujuan-tujuan pendidikan. Beliau berpendapat bahwa tak seorang pun dapat mencapai kebesaran di dunia ini dan di

168 Abdul Khaliq, Op Cit, Hlm 202. 169 Amir Hamzah Wirjosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam oleh Pergerakan Muhammadiyah, (Jember : Universitas Muhammadiyah Press, 1985), Hlm 69 168 Abdul Khaliq, Op Cit, Hlm 202. 169 Amir Hamzah Wirjosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam oleh Pergerakan Muhammadiyah, (Jember : Universitas Muhammadiyah Press, 1985), Hlm 69

itu hidup. 170 Berkaitan dengan keadaan pada masa itu, KH. Ahmad Dahlan

berusaha memperbaikinya dengan memberikan pencerahan tentang pentingnya pendidikan yang sesuai perkembangan zaman bagi kemajuan bangsa. Berkaitan dengan masalah ini KH. Ahmad Dahlan mengutip QS

Ar Ra’ad ayat 11 yang berbunyi 171 :

Ÿw ©!$# žcÎ) 3 «!$# Ì•øBr& ô`ÏB ¼çmtRqÝàxÿøts† ¾ÏmÏÿù=yz ô`ÏBur Ïm÷ƒy‰tƒ Èû÷üt/ .`ÏiB ×M»t7Ée)yèãB ¼çms9

¨Št•tB Ÿxsù #[äþqß™ 5Qöqs)Î/ ª!$# yŠ#u‘r& !#sŒÎ)ur 3 öNÍkŦàÿRr'Î/ $tB (#rçŽÉi•tóム4Ó®Lym BQöqs)Î/ $tB çŽÉi•tóムÇÊÊÈ @A#ur `ÏB ¾ÏmÏRrߊ `ÏiB Oßgs9 $tBur 4 ¼çms9

Artinya : “ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” .

170 Abuddin Nata, , Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Op Cit, Hlm 102. 171 Ibid, Hlm 102-103

Berdasarkan pada ide-ide dan ayat itu, terlihat bahwa KH. Ahmad Dahlan menggunakan pendekatan self corrective terhadap umat Islam. Menurut KH. Ahmad Dahlan, bahwa pandangan muslim tradisionalis selalu menitikbertakan pada aspek spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Sikap semacam ini mengakibatkan kelumpuhan atau bahkan kemunduran dunia Islam, sementara kelompok yang lain telah mengalami kemajuan dalam bidang ekonomi. KH. Ahmad Dahlan terobsesi dengan kekuatan sistem pendidikan Barat seperti terlihat pada sekolah-sekolah misionaris maupun pemerintah. KH. Ahmad Dahlan berpandangan bahwa kemajuan materiil merupakan prioritas karena dengan cara itu kesejahteraan mereka

akan bisa sejajar dengan kaum kolonial 172 . Pelaksanaan pendidikan menurut KH. Ahmad Dahlan hendaknya

didasarkan pada landasan yang kokoh. Landasan ini merupakan kerangka filosofis bagi merumuskan konsep dan tujuan ideal pendidikan Islam, baik

secara vertikal ( 173 Khaliq ) maupun horizontal (makhluk) . Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia itu sendiri.

Tujuan hidup manusia secara vertikal adalah mencari keridhaan Tuhan, sesuai dengan firman Allah dalam QS Al Baqarah ayat 207 : 174

8$râäu‘ ª!$#ur 3 «!$# ÉV$|Êó•sD uä!$tóÏGö/$# çm|¡øÿtR “Ì•ô±o„ `tB Ĩ$¨Y9$# šÆÏBur ÇËÉÐÈ ÏŠ$t6Ïèø9$$Î/

172 Ibid, hlm 103 173 Samsul Nizar, Op.Cit, hlm 104 174 Khozin, Op.Cit, hlm 39

Artinya : “ Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya Karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya” .

Sedangkan secara horizontal adalah untuk rahmat bagi segenap alam, sesuai dengan firman Allah QS al Anbiya’ ayat 107 :

ÇÊÉÐÈ šúüÏJn=»yèù=Ïj9 ZptHôqy‘ žwÎ) š•»oYù=y™ö‘r& !$tBur

Artinya : “ Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” .

Pernyataan yang tertuang dalam dua ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam hidup dan kehidupan ini manusia mempunyai tugas-tugas yang amat jelas. Tugas-tugas tersebut adalah sebagai ‘Abd Allah dan khalifah fi al-ardh . hal ini juga sesuai dengan firman Allah dalam QS adz Dzariyat ayat 56:

ÇÎÏÈ Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 žwÎ) }§RM}$#ur £`Ågø:$# àMø)n=yz $tBur

Artinya : “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Arti menyembah atau mengabdi kepada Allah mempunyai ruang lingkup yang khusus dan luas. Ibadah dalam arti khusus adalah segala tata cara dan acara pengabdian kepada Tuhan yang segala sesuatunya secara terperinci sudah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan ibadah dalam arti luas adalah segala perbuatan, perkataan dan sikap ikhlas, Arti menyembah atau mengabdi kepada Allah mempunyai ruang lingkup yang khusus dan luas. Ibadah dalam arti khusus adalah segala tata cara dan acara pengabdian kepada Tuhan yang segala sesuatunya secara terperinci sudah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan ibadah dalam arti luas adalah segala perbuatan, perkataan dan sikap ikhlas,

hanya terlihat dalam struktur tubuhnya, namun juga pada kepribadiannya. Agar kesempurnaan pribadi manusia dalam proses selanjutnya tidak menyimpang maka harus dipertahankan dan dikembangkan melalui proses pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah yang mampu menghasilkan lulusan berkepribadian yang utuh, juga pendidikan yang memadukan aspek duniawi dan ukhrowi sebagaimana dalam doa yang diajarkan Allah kepada hambanya dalam QS. Al Baqarah ayat 201. Kepribadian yang utuh akan melahirkan manusia yang memiliki jiwa sosial yang penuh dedikasi terhadap sesamanya dan memiliki moral sebagaimana yang tercermin pada diri Rasulullah, termaktub dalam QS. Al Ahzab ayat 21 dan QS. Al Qalam ayat 4. Berdasarkan pada pernyataan di atas, KH. Ahmad Dahlan mengadakan pembaharuan-pembaharuan masyarakat Indonesia melalui

pendidikan. 176

$oYÏ%ur ZpuZ|¡ym Íot•ÅzFy$# ’Îûur ZpuZ|¡ym $u‹÷R‘‰9$# ’Îû $oYÏ?#uä !$oY-/u‘ ãAqà)tƒ `¨B Oßg÷YÏBur ÇËÉÊÈ Í‘$¨Z9$# z>#x‹tã

Artinya : ” Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"(inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim) .(QS. Al Baqarah : 201)

175 Ibid., hlm 40. 176 Ibid..

t•ÅzFy$# tPöqu‹ø9$#ur ©!$# (#qã_ö•tƒ tb%x. `yJÏj9 ×puZ|¡ym îouqó™é& «!$# ÉAqß™u‘ ’Îû öNä3s9 tb%x. ô‰s)©9

ÇËÊÈ #ZŽ•ÏVx. ©!$# t•x.sŒur

Artinya : ” Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab ayat 21)

ÇÍÈ 5OŠÏàtã @,è=äz 4’n?yès9 y7¯RÎ)ur

Artinya : ” Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al Qalam ayat 4)

Dari uraian di atas, maka secara ringkas dapat dikatakan bahwa dalam proses pendidikan harus lah mampu menghasilkan lulusan yang :

a. Memiliki kepribadian yang utuh, seimbang antara aspek jasmani dan rohaninya, pengetahuan umum dan pengetahuan agamanya, duniawi dan ukhrowinya.

b. Memiliki jiwa sosial yang penuh dedikasi

c. 177 Bermoral yang bersumber pada al Quran dan Sunnah. KH. Ahmad Dahlan tidak secara khusus menyebutkan tujuan

pendidikan karena untuk mempelajari ini, sumber-sumber tertulis boleh dikatakan tidak ada, karena KH. Ahmad Dahlan belum pernah menulis karya yang ditulis langsung olehnya. Namun dari hasil wawancara kepada beberapa orang terdekat atau asuhan KH. Ahmad Dahlan dan yang banyak berkecimpung dalam amal usaha KH. Ahmad Dahlan yaitu Ibu

177 Ibid., hlm 40

Umnijah A. Wardi, dalam kaitan ini sebagaimana dikutib oleh Amir Hamzah Wirjosukarto dalam bukunya ”Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam oleh Pergerakan Muhamadiyah” menemukan dalam hasil wawancaranya yang berhubungan dengan tujuan pendidikan Islam KH. Ahmad Dahlan, sebagai berikut :

Kyai Haji Ahmad Dahlan dan ucapan-ucapannya terhadap siswa- siswanya mengatakan demikian : ”Dadijo Kyai sing kemajuan, lan aja kesel-kesel anggonmu nyabut gawe kanggo Muhammadiyah”, artinya kira-kira dalam bahasa Indonesia demikian :”Jadilah seorang ulama yang berkemajuan dan jangan kenal lelah bekerja untuk muhammadiyah”. Ketika ditanyakan lebih jauh apa arti Kyai yang berkemajuan itu, beliau meneragkan lebih lanjut bahwa yang dimaksud ialah ”seorang ulama yang dapat mengikuti perkembaangan zaman, haruslah ulama itu dilengakapi dirinya dengan ilmu-ilmu dunia (maksudnya ilmu pengetahuan umum) di samping ilmu-ilmu agama yang sudah dimilikinya. Yang dimaksud ”bekerja untuk muhammadiyah” ialah bekerja untuk masyarakat, karena Muhammadiyah didirikan dengan

tujuan memperbaiki masyarakat berdasarkan agama Islam. 178

Dalam wawancara berikutnya kepada bapak Muhammad Mawardi, tokoh majlis pengajaran Muhammadiyah, dalam kaitan ini sebagaimana dikutib oleh Amir Hamzah Wirjosukarto dalam bukunya ”Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam oleh Pergerakan Muhamadiyah”, bahwa bapak Muhammad Mawardi menerangkan :

Tujuan pendidikan sejak Muhammadiyah didirikan ialah membentuk alim intelek, ialah seorang Muslim yang seimbang iman dan ilmunya, ilmu umum dan ilmu agamanya, seorang yang kuat rohani

dan jasmaninya. 179

178 Ibid., hlm 71-71 179 Ibid., hlm 72

Istilah alim intelek atau ulama intelek yang digunakan pada pernyataan di atas adalah bersumber dari KH. Ahmad Dahlan sendiri dalam setiap tablighnya. Keterangan di atas menjadi lebih jelas apabila dibaca tulisan Raden Sosrosugondo, seorang sahabat karib KH. Ahmad Dahlan, guru dari sekolah gubernemen di Jetis Yogyakarta. Tulisan itu dimuat dalam majalah ”Adil” tahun 1938, antara lain beliau ceritakan bagaimana KH. Ahmad Dahlan membangun perguruan secara baru. Dalam kaitan ini Raden Sosrosugondo sebagaimana dikutip Amir Hamzah Wirjosukarto dalam bukunya ”Pembaharuan Pendidikan dan Penngajaran Islam oleh Pergerakan Muhamadiyah”, menjelaskan :

Sepanjang penganggapanya para santri di Kauman, di pondok- pondok lainnya, pada ketika itu, bahwa anak atau orang yang pernah bersekolah itu sudah tidak Islam lagi, bahkan dianggap sudah memasuki agama Nasrani. Oleh karena itu, para santri ataupun haji bisa leluasa perhubunganya dengan priyayi-priyayi gupermen tersebut. Para santri sama merendahkan priyayi-priyayi (di dalam hati). Sebaliknya para priyayi berganti sama merendahkan pada dirinya santri-santri, sebabnya mereka itu dianggap rendah pengetahuannya tentang pelajaran di bangku sekolah. Misalnya soal berhitung, ilmu bumi, sejarah, ilmu alam, ilmu ukur dan lain sebagainya. Mereka mengira bahwa santri itu terutama hanya pandai soal agama belaka. Lebih-lebih priyayi-priyai itu perasaannya sudah memegang ilmu sesungguhnya. Mengerti tentang seluk beluknya hidup mengerti tentang yang dinamai Allah yang sejati dari sebab ajarannya guru yang disebut guru kasampurnaan, mengajar ilmu tua. Jadi dua golongan di atas dalam hati satu sama lain sama rendah merendahkan. Setelah Kyai Dahlan sudah bisa berkenalan dengan priyayi-priyayi sementara banyak, para priyayi sama mengerti bahwa Kyai Dahlan itu pengetahuannya bukan saja tentang agama, tetapi beliau mengerri berbagai macam pengetahuan juga. Malahan pengetahuan yang diajarkan di sekolah redah itu atau di sekolah bakal guru, Mulo dan A.M.S ada sementara yang termasuk rendah kalau dibandingkan sama pengetahuannya Kyai Dahlan, misalnya pelintangan, kimiyah dan ilmu alam.

Demikianlah itu, lau Kyai Dahlan bisa mengerti atau merasa bahwa para priyayi itu ada yang melebihi di atasnya santri-santri tentang luasnya pengetahuan, biarpun masih rendah. Segala-galanya serba teratur di atasnya para santri, hanya tentang berlakunya kebutuhan, para priyai bayak yang menunjukkan korat-karitnya. Perkara yang baik yang terdapat pada kedua golongan tadi menurut kehendak Kyai Dahlan akan diletakkan pada santri-santri dan priyayi yang termasuk bangunan baru. Sedang cacatnya yang buruk hendak disingkirkan. Oleh karena itu, Kyai Dahlan berhajad hendak menggabungkan sekolahan dengan pondok. Penggabungannya demikian : Caranya mengajar di pondok-pondok diikhtiarkan sebagai di sekolah-sekolah dengan memakai bangku, meja tulis dan alat lainnya. Lain dari pada itu yang diajarkan bukan melulu soal agama saja. Pun juga diajarkan sekolah yang paling kurang menyamai sama perguruan gupermen. Juga di sekolah lainnya yang sudah ada akan didaya-upayakan supaya bisa diberi pelajaran agama kepada muri-

muridnya. 180

Demikianlah lukisan dari seorang yang mengalami sendiri kejadian- kejadian sekitar pembaharuan pendidikan pengajaran yang diusahakan oleh KH. Ahmad Dahlan. Dari keterangan-keterangan di atas, dapatlah digambarkan cita-cita atau tujuan KH. Ahmad Dahlan dalam pendidikan

adalah KH. Ahmad Dahlan ingin membentuk manusia muslim yang 181 :

a. Alim dalam ilmu agama.

b. Berpandangan luas, dengan memiliki pengetahuan umum.

c. Siap berjuang, mengabdi untuk Muhammadiyah dalam menyantuni nilai-nilai keutamaan pada masyarakat.

Rumusan tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan

180 Ibid., hlm 72-74 181 Ibid., Hlm 74.

pesantren yang bertujuan untuk menciptakan individu yang salih dan mendalami ilmu agama yang sistem pendidikannya tidak diajarkan pengetahuan umum, juga ada pendidikan sekolah model Belanda yang didalamnya sama sekali tidak diajarkan agama sekali. Akibat dualisme pendidikan tersebut lahirlah dua kutub intelegensia yaitu lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum dan lulusan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.

Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh, yakni menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spiritual serta dunia akhirat. Bagi KH. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ini lah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama ekstra kurikuler di Kweekschool dan Osvia Magelang serta mendirikan madrasah Muhammadiyah yang didalamnya mengajarkan ilmu agama dan ilmu umum sekaligus.

Jadi, secara eksplisit tujuan atau cita-cita pendidikan yang digagas KH. Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai ulama-intelek atau intelek-ulama, yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang sangat luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, KH. Ahmad Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus, yaitu Jadi, secara eksplisit tujuan atau cita-cita pendidikan yang digagas KH. Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai ulama-intelek atau intelek-ulama, yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang sangat luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, KH. Ahmad Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus, yaitu

umum bersama-sama diajarkan. 182 Apa yang diusahakan oleh KH. Ahmad Dahlan itu sebenarnya hanya

merupakan suatu perumusan kembali ajaran-ajaran yang bersumber dari al Quran dan Sunnah. Bagi masyarakat, kemunduran lahir batin dan kehilangan pedoman, mendengar anjuran ”kembali kepada al Quran dan Sunnah” seperti yang dicanangkan kaum pembaharu merasa seolah-olah mendapat suatu pegangan baru dan mendapatkan kekuatannya kembali. Dari segi inilah arti pembaharuan cita-cita pendidikan Muhamadiyah harus

ditinjau 183 .

2. Materi atau Kurikulum Pendidikan Islam

Berangkat dari tujuan pendidian tersebut, KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:

a. Pendidikan moral atau akhlak yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan al Quran dan Sunnah.

b. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh dan berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan intelek, antara perasaan dengan akal pikiran serta antara dunia dengan akhirat.

182 Adi Nugraha, Op. Cit,Hlm 122. 183 Amir Hamzah Wirjosukarto, Op Cit, Hlm 109-110 182 Adi Nugraha, Op. Cit,Hlm 122. 183 Amir Hamzah Wirjosukarto, Op Cit, Hlm 109-110

Pada saat itu, KH. Ahmad Dahlan belum memiliki konsep kurikulum atau materi pelajaran yang baku. KH. Ahmad Dahlan bersama perkumpulan Muhammadiyah menyempurnakan kurikulum pendidikan Islam dengan memasukkan pendidikan agama (Islam) ke dalam sekolah

umum dan pengetahuan sekuler ke dalam sekolah agama 184 . Muatan kurikulum pelajaran agama menurut KH. Ahmad Dahlan bisa dilihat dari

materi pelajaran agama yang diajarkannya dalam pengajian-pengajian di madrasah dan pondok Muhammadiyah. Hadjid, salah seorang murid KH. Ahmad Dahlan, beliau sangat tekun dan menulis apa-apa yang dipaparkan gurunya dan mengumpulkan ajaran-ajaran gurunya ke dalam sebuah buku berjudul Pelajaran KHA Dahlan; 7 Falsafah Ajaran & 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an yang merupakan catatan pribadinya selama mengikuti pelajaran agama. Kelompok ayat-ayat al Quran yang sering dan berulang-ulang

diajarkan KH. Ahmad Dahlan itu antara lain 185 : a). Kelompok 1 : membersihkan diri sendiri.

Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Al-Jatsiyah ayat 23 :

184 Din Syamsuddin, dkk, Op.Cit.,hlm 43. 185 Hadjid, Pelajaran KHA Dahlan; 7 Falsafah Ajaran & 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an, (Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Malang Press, 2005), hlm. 45-149

¾ÏmÏèøÿxœ 4’n?tã tLsêyzur 5Où=Ïæ 4’n?tã ª!$# ã&©#|Êr&ur çm1uqyd ¼çmyg»s9Î) x‹sƒªB$# Ç`tB |M÷ƒuät•sùr& Ÿxsùr& 4 «!$# ω÷èt/ .`ÏB ÏmƒÏ‰öku‰ `yJsù Zouq»t±Ïî ¾ÍnÎŽ|Çt/ 4’n?tã Ÿ@yèy_ur ¾ÏmÎ7ù=s%ur ÇËÌÈ tbrã•©.x‹s?

Artinya : ” Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya (maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, Karena Allah Telah mengetahui bahwa dia tidak

yang diberikan kepadanya), dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”

menerima

petunjuk-petunjuk

b). Kelompok 2 : menggempur hawa nafsu mencintai harta benda Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Al-Fajr 17-23 :

ÈûüÅ3ó¡ÏJø9$# ÏQ$yèsÛ 4’n?tã šcq‘Ò¯»ptrB Ÿwur ÇÊÐÈ zO‹ÏKu‹ø9$# tbqãBÌ•õ3è? žw @t/ ( žxx.

${7ãm tA$yJø9$# šcq™7ÏtéBur ÇÊÒÈ $tJ©9 Wxò2r& y^#uŽ—I9$# šcqè=à2ù's?ur ÇÊÑÈ à7n=yJø9$#ur y7•/u‘ uä!%y`ur ÇËÊÈ %y.yŠ %y.yŠ Ùßö‘F{$# ÏM©.ߊ #sŒÎ) Hxx. ÇËÉÈ $tJy_ 4’¯Tr&ur ß`»|¡RM}$# ã•ž2x‹tGtƒ 7‹Í´tBöqtƒ 4 zO¨Yygpg¿2 ¥‹Í´tBöqtƒ uäü“(%É`ur ÇËËÈ $yÿ|¹ $yÿ|¹

ÇËÌÈ 2”t•ø.Ïe%!$# ã&s!

Artinya : ” Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim (yang dimaksud dengan tidak memuliakan anak yatim ialah tidak memberikan hak- haknya dan tidak berbuat baik kepadanya). Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin. Dan Artinya : ” Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim (yang dimaksud dengan tidak memuliakan anak yatim ialah tidak memberikan hak- haknya dan tidak berbuat baik kepadanya). Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin. Dan

c). Kelompok 3 : orang yang mendustakan agama Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Al Maun ayat 1-7 :

Ÿwur ÇËÈ zOŠÏKuŠø9$# ‘í߉tƒ ”Ï%©!$# š•Ï9ºx‹sù ÇÊÈ ÉúïÏe$!$$Î/ Ü>Éj‹s3ム“Ï%©!$# |M÷ƒuäu‘r&

`tã öNèd tûïÏ%©!$# ÇÍÈ šú,Íj#|ÁßJù=Ïj9 ×@÷ƒuqsù ÇÌÈ ÈûüÅ3ó¡ÏJø9$# ÏQ$yèsÛ 4’n?tã •Ùçts† ÇÐÈ tbqãã$yJø9$# tbqãèuZôJtƒur ÇÏÈ šcrâä!#t•ãƒ öNèd tûïÏ%©!$# ÇÎÈ tbqèd$y™ öNÍkÍEŸx|¹

Artinya : ” Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya (riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat). Dan enggan (menolong dengan) barang berguna (sebagian Mufassirin mengartikan: enggan membayar zakat)” .

d). Kelompok 4 : apakah artinya agama itu ? Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Ar-Rum ayat 30 :

Ÿw 4 $pköŽn=tæ }¨$¨Z9$# t•sÜsù ÓÉL©9$# «!$# |Nt•ôÜÏù 4 $Zÿ‹ÏZym ÈûïÏe$#Ï9 y7ygô_ur óOÏ%r'sù Ÿw Ĩ$¨Z9$# uŽsYò2r& ÆÅ3»s9ur ÞOÍhŠs)ø9$# ÚúïÏe$!$# š•Ï9ºsŒ 4 «!$# È,ù=yÜÏ9 Ÿ@ƒÏ‰ö7s? ÇÌÉÈ tbqßJn=ôètƒ

Artinya : ” Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan)” .

e). Kelompok 5 : Islam dan sosialisme Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. At-Taubah ayat 34-35 :

tAºuqøBr& tbqè=ä.ù'u‹s9 Èb$t7÷d”•9$#ur Í‘$t6ômF{$# šÆÏiB #ZŽ•ÏWŸ2 ¨bÎ) (#þqãZtB#uä tûïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ

šcrã”É\õ3tƒ šúïÏ%©!$#ur 3 «!$# È@‹Î6y™ `tã šcr‘‰ÝÁtƒur È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ Ĩ$¨Y9$# ÇÌÍÈ 5OŠÏ9r& A>#x‹yèÎ/ Nèd÷ŽÅe³t7sù «!$# È@‹Î6y™ ’Îû $pktXqà)ÏÿZムŸwur spžÒÏÿø9$#ur |=yd©%!$#

öNåkæ5qãZã_ur öNßgèd$t6Å_ $pkÍ5 2”uqõ3çGsù zO¨Zygy_ Í‘$tR ’Îû $ygøŠn=tæ 4‘yJøtä† tPöqtƒ ÇÌÎÈ šcrâ“ÏYõ3s? ÷LäêZä. $tB (#qè%rä‹sù ö/ä3Å¡àÿRL{ öNè?÷”t\Ÿ2 $tB #x‹»yd ( öNèdâ‘qßgàßur

Artinya : ” Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib- rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan Artinya : ” Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib- rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan

f). Kelompok 6 : surat al ’Ashri Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Al-’Ashri ayat 1-3 :

(#qè=ÏJtãur (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# žwÎ) ÇËÈ AŽô£äz ’Å"s9 z`»|¡SM}$# ¨bÎ) ÇÊÈ ÎŽóÇyèø9$#ur ÇÌÈ ÎŽö9¢Á9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÏM»ysÎ=»¢Á9$#

Artinya : ” Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” .

g). Kelompok 7 : iman atau kepercayaan Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Al-Ankabut ayat 1-3 :

ÇËÈ tbqãZtFøÿムŸw öNèdur $¨YtB#uä (#þqä9qà)tƒ br& (#þqä.uŽøIムbr& â¨$¨Z9$# |=Å¡ymr& ÇÊÈ $O!9# £`yJn=÷èu‹s9ur (#qè%y‰|¹ šúïÏ%©!$# ª!$# £`yJn=÷èu‹n=sù ( öNÎgÎ=ö6s% `ÏB tûïÏ%©!$# $¨ZtFsù ô‰s)s9ur ÇÌÈ tûüÎ/É‹»s3ø9$#

Artinya : ” Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta” .

h). Kelompok 8 : amal shaleh Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Al-Kahfi 110 :

tb%x. `yJsù ( Ó‰Ïnºur ×m»s9Î) öNä3ßg»s9Î) !$yJ¯Rr& ¥’n<Î) #Óyrqムö/ä3è=÷WÏiB ׎|³o0 O$tRr& !$yJ¯RÎ) ö@è% #J‰tnr& ÿ¾ÏmÎn/u‘ ÍoyŠ$t7ÏèÎ/ õ8ÎŽô³ç„ Ÿwur $[sÎ=»|¹ WxuKtã ö@yJ÷èu‹ù=sù ¾ÏmÎn/u‘ uä!$s)Ï9 (#qã_ö•tƒ

Artinya :” Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

i). Kelompok 9 : watawa-shau bil haqq Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah kalimat akhir dari QS. Al-Ashri ayat 3, dan dikutip pula QS. Yunus 108 untuk memperkuat kelompok ini :

$yJ¯RÎ*sù 3“y‰tF÷d$# Ç`yJsù ( öNä3În/§‘ `ÏB ‘,ysø9$# ãNà2uä!%y` ô‰s% â¨$¨Z9$# $pkš‰r'¯»tƒ ö@è% 9@‹Å2uqÎ/ Nä3ø‹n=tæ O$tRr& !$tBur ( $pköŽn=tæ ‘@ÅÒtƒ $yJ¯RÎ*sù ¨@|Ê `tBur ( ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 “ωtGöku‰

Artinya : ” Katakanlah: "Hai manusia, Sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk Maka Sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. dan barangsiapa yang sesat, Maka Sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. dan Aku bukanlah seorang Penjaga terhadap dirimu".

j). Kelompok 10 : watawa-shau bish-shabri Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah kalimat akhir pada QS. Al-Ashri ayat 3, dan dikutip pula QS. Al-Baqarah ayat 214 untuk memperkuat kelompok ini:

( Nä3Î=ö6s% `ÏB (#öqn=yz tûïÏ%©!$# ã@sW¨B Nä3Ï?ù'tƒ $£Js9ur sp¨Yyfø9$# (#qè=äzô‰s? br& óOçFö6Å¡ym ÷Pr& (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$#ur ãAqß™§•9$# tAqà)tƒ 4Ó®Lym (#qä9Ì“ø9ã—ur âä!#§ŽœØ9$#ur âä!$y™ù't7ø9$# ãNåk÷J¡¡¨B ÇËÊÍÈ Ò=ƒÌ•s% «!$# uŽóÇnS ¨bÎ) Iwr& 3 «!$# çŽóÇnS 4ÓtLtB ¼çmyètB

Artinya : ” Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan

bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” .

(dengan

k). Kelompok 11 : al-jihad Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Ali Imran ayat 142 :

öNä3ZÏB (#r߉yg»y_ tûïÏ%©!$# ª!$# ÉOn=÷ètƒ $£Js9ur sp¨Yyfø9$# (#qè=äzô‰s? br& ÷Läêö7Å¡ym ôQr& ÇÊÍËÈ tûïÎŽÉ9»¢Á9$# zNn=÷ètƒur

Artinya : ” Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad ( Jihad dapat berarti: 1. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam;2. memerangi hawa nafsu;3. mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam;4. Memberantas yang batil dan menegakkan yang Hak), diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar” .

l). Kelompok 12 : wa ana minal muslimin Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Al-An’am ayat 162-163 :

Ÿw ÇÊÏËÈ tûüÏHs>»yèø9$# Éb>u‘ ¬! † ÎA$yJtBur y“$u‹øtxCur ’Å5Ý¡èSur ’ÎAŸx|¹ ¨bÎ) ö@è% ÇÊÏÌÈ tûüÏHÍ>ó¡çRùQ$# ãA¨rr& O$tRr&ur ßNö•ÏBé& y7Ï9ºx‹Î/ur ( ¼çms9 y7ƒÎŽŸ°

Artinya :” Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".

m). Kelompok 13 : al-birru

Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Ali Imran ayat 92 :

©!$# ¨bÎ*sù &äóÓx« `ÏB (#qà)ÏÿZè? $tBur 4 šcq™6ÏtéB $£JÏB (#qà)ÏÿZè? 4Ó®Lym §ŽÉ9ø9$# (#qä9$oYs? `s9

ÇÒËÈ ÒOŠÎ=tæ ¾ÏmÎ/

Artinya : ” Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya” .

n). Kelompok 14 : surat al Qariah Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Al-Qariah ayat 6-11 :

ô`tB $¨Br&ur ÇÐÈ 7puŠÅÊ#§‘ 7pt±ŠÏã ’Îû uqßgsù ÇÏÈ ¼çmãZƒÎ—ºuqtB ôMn=à)rO ÆtB $¨Br'sù 8puŠÏB%tn î‘$tR ÇÊÉÈ ÷mu‹Ïd $tB y71u‘÷Šr& !$tBur ÇÒÈ ×ptƒÍr$yd ¼çm•Bé'sù ÇÑÈ ¼çmãZƒÎ—ºuqtB ôM¤ÿyz ÇÊÊÈ

Artinya : ” Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya. Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?. (yaitu) api yang sangat panas” .

o). Kelompok 15 : surat Shaf Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Shaf ayat 2-3 :

y‰YÏã $ºFø)tB uŽã9Ÿ2 ÇËÈ tbqè=yèøÿs? Ÿw $tB šcqä9qà)s? zNÏ9 (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ ÇÌÈ šcqè=yèøÿs? Ÿw $tB (#qä9qà)s? br& «!$#

Artinya : ” Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

p). Kelompok 16 : menjaga diri Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. At-Tahrim ayat 6 :

äou‘$yfÏtø:$#ur â¨$¨Z9$# $ydߊqè%ur #Y‘$tR ö/ä3‹Î=÷dr&ur ö/ä3|¡àÿRr& (#þqè% (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ $tB tbqè=yèøÿtƒur öNèdt•tBr& !$tB ©!$# tbqÝÁ÷ètƒ žw ׊#y‰Ï© ÔâŸxÏî îps3Í´¯»n=tB $pköŽn=tæ

ÇÏÈ tbrâ•sD÷sãƒ

Artinya : ” Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” .

q). Kelompok 17 : surat al Hadid Petikan ayat al Quran yang sering diulang KH. Ahmad Dahlan dalam kelompok ini adalah QS. Al-Hadid ayat 16 :

Èd,ptø:$# z`ÏB tAt“tR $tBur «!$# Ì•ò2Ï%Î! öNåkæ5qè=è% yìt±øƒrB br& (#þqãZtB#uä tûïÏ%©#Ï9 Èbù'tƒ öNs9r& ôM|¡s)sù ߉tBF{$# ãNÍköŽn=tã tA$sÜsù ã@ö6s% `ÏB |=»tGÅ3ø9$# (#qè?ré& tûïÏ%©!$%x. (#qçRqä3tƒ Ÿwur

ÇÊÏÈ šcqà)Å¡»sù öNåk÷]ÏiB ׎•ÏWx.ur ( öNåkæ5qè=è%

Artinya : ” Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang Telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya Telah diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.

Dari pelajaran tersebut dapat dikelompokkan bahwa KH. Ahmad Dahlan banyak menyampaikan materi yang berkaitan dengan keimanan, akhlak dan semangat untuk berjuang membela agama dan membantu sesama. Dalam hal ini pula Hadjid merangkum dalam sebuah tulisan tujuh falsafah atau tujuh perkara pelajaran Ahmad Dahlan dalam bukunya Pelajaran KHA Dahlan; 7 Falsafah Ajaran & 17 Kelompok Ayat Al- Qur’an, yaitu :

a. Pelajaran pertama: mempelajari tentang perkataan ulama tentang manusia itu semuanya mati.

b. Pelajaran kedua: mempelajari tentang perkataan ulama tentang manusia yang mementingkan diri-sendiri (individual).

c. Pelajaran ketiga: mempelajari tentang perkataan ulama tentang akal fikiran, perasaan, kehendak, dan perbuatan.

d. Pelajaran keempat: mempelajari tentang perkataan ulama tentang golongan manusia dalam satu kebenaran.

e. Pelajaran kelima: mempelajari tentang perkataan ulama tentang penyucian diri.

f. Pelajaran keenam: mempelajari tentang perkataan ulama tentang ikhlas dalam memimpin.

g. Pelajaran ketujuh: mempelajari tentang perkataan ulama tentang ilmu pengetahuan dibagi atas pengetahuan atau teori (belajar ilmu), dan

mengerjakan, mempraktekkan (belajar amal). 186 Selain itu menurut KH. Ahmad Dahlan, materi pendidikan adalah al

Quran dan Hadits, membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, dan menggambar materi al Quran dan Hadits meliputi ibadah, persamaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya, musyawarah, pembuktian kebenaran al Quran dan Hadits menurut akal, kerjasama antara agama-kebudayaan-kemajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan, nafsu dan kehendak, demokratisasi dan liberalisasi, kemerdekaan berpikir, dinamika kehidupan dan peranan manusia di

dalamnya dan budi pekerti. 187 Sejalan dengan ide pembaharuannya, KH. Ahmad Dahlan adalah

seorang pendidik yang sangat menghargai dan menekankan pendidikan akal. KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa akal merupakan sumber pengetahuan. Tetapi sering kali, akal tidak mendapatkan perhatian yang semestinya, seperti biji yang terbenam dalam bumi. Karena itulah, pendidikan harus memberikan siraman dan bimbingan yang sedemikian rupa sehingga akal manusia dapat berkembang dengan baik. Hal ini penting karena itu menurutnya akal merupakan instrumen penting untuk

186 Ibid., hlm 7-31 187 Samsul Nizar, Op Cit, Hlm 108 186 Ibid., hlm 7-31 187 Samsul Nizar, Op Cit, Hlm 108

mantiq di lembaga-lembaga pendidikan. 188 Selain itu, menurut KH. Ahmad Dahlan pengembangan diri manusia

merupakan proses integrasi ruh dan jasad. Karena dalam proses kejadian manusia, manusia diberikan Allah dengan ruh dan akal. Untuk itu pendidikan hendaknya menjadi media yang dapat mengembangkan potensi ruh untuk menalar petunjuk pelaksanaan ketundukan dan kepatuhan manusia kepada Tuhannya. Di sini eksistensi akal merupakan potensi dasar bagi peserta didik yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Namun dalam al Quran juga mengakui akan keterbatasan kemapuan akal. Ada realitas yang tidak dapat dijangkau oleh indera dan akal manusia. Hal ini disebabkan karena wujud yang ada di alam ini memiliki dua dimensi yaitu metafsika dan fisika. Manusia merupakan integrasi dari kedua dimensi

tersebut, yaitu dimensi ruh dan jasad. 189 Batasan di atas memberikan arti, bahwa dalam epistemologi

pendidikan Islam ilmu pengetahuan dapat diperoleh apabila manusia mendayagunakan berbagai media, baik yang diperoleh melalui persepsi inderawi, akal, kalbu, wahyu maupun ilham. Oleh karena itu, aktivitas pendidikan dalam Islam hendaknya memberikan kemungkinan yang sebesar-besarnya bagi pengembangan ke semua dimensi tersebut. Jadi, menurut KH. Ahmad Dahlan, pengembangan merupakan proses integrasi

188 Abdul Kholiq, Op Cit, Hlm 203-204. 189 Samsul Nizar, Op Cit, hlm 104-105 188 Abdul Kholiq, Op Cit, Hlm 203-204. 189 Samsul Nizar, Op Cit, hlm 104-105

prinsip al Quran dan Sunnah, bukan semata-mata dari kitab tertentu. 190 Sehubungan dengan amal pendidikan KH. Ahmad Dahlan, terdapat

beberapa pokok pikiran Ahmad Dahlan 191 , antara lain :

a. Daya kritis, sikap terbuka, akal sehat dan hati yang suci adalah jalan untuk mencapai pengetahuan tertinggi mengenai kesatuan hidip.

b. Sikap kritis terhadap segala tradisi adalah langkah awal mencapai kesatuan hidup.

c. Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia.

d. Logika atau manthiq adalah pendidikan tertinggi bagi akal.

e. Kecerdasan adalah kesediaan menerima dan memahami pikiran yang baik dan kebijaksanaan.

f. Kekuatan seseorang ditentukan oleh kesediaan mengakui kebaikan dan kebenaran orang lain.

Selanjutnya dari prasaran Muhammadiyah dalam Kongres Besar Islam ke 1 tahun 1921 dapat dikemukakan beberapa pandangan KH. Ahmad Dahlan mengenai kurikulum dan prinsip-prinsip pendidikan Islam. Dalam kaitan ini sebagaimana dikutib oleh Abdul Munir Mulkan, dalam bukunya “Paradigma Intelektual Muslim: Pengantar Filsafat Pendidikam Islam dan Dakwah”, dijelaskan bahwa pandangan tersebut antara lain :

190 Ibid, hlm 105 191 Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intelektual Muslim: Pengantar Filsafat Pendidikam Islam dan Dakwah , (Yogyakarta : SIPRESS, 1993) Hlm 146-147 190 Ibid, hlm 105 191 Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intelektual Muslim: Pengantar Filsafat Pendidikam Islam dan Dakwah , (Yogyakarta : SIPRESS, 1993) Hlm 146-147

b. Seorang Muslim wajib memiliki sifat belajar dan mengajar sekaligus.

c. Pendidikan adalah merupakan kebutuhan umat, oleh karena itu perlu disusun suatu kesatuan sistem dan asas pendidikan dan pengajaran Islam.

d. Isi pendidikan Islam adalah pengajaran Islam yang bersumber al Quran, di samping pelajaran membaca, berhitung, menulis, ilmu bumi dan menggambar.

e. Garis besar isi al Quran adalah; a). ibadah, b). persamaan derajat, c). fungsi perbuatan manusia dalam penentuan nasibnya, d). musyawarah, e). pembuktian dan penjelasan kebenaran al Quran dengan akal, f). perlu kerja sama antara agama, kebudayaan dan kemajuan, g). Perubahan kehidupan ditentukan oleh hukum kausal, h). Pengarahan nafsu dan kehendak, i). Demokratisasi dan liberalisasi kemerdekaan berpikir, j). Perkembangan kehidupan duniawi bersifat prigresif sebagi bagian dari peran aktif iman manusia, k). Perbaikan akhlak dan budi pekerti, l).

Bimbingan bagi seluruh umat manusia. 192

3. Metode atau Tehnik Pengajaran

Di dalam menyampaikan pelajaran agama, KH. Ahmad Dahlan tidak menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual. Lalu bagaimana KH. Ahmad Dahlan mengajarkan agama, antara lain dijelaskan oleh Mas Mansur, salah seorang murid dan teman seperjuangan KH. Ahmad Dahlan. Dalam kaitan ini sebagimana dikutib Amir Hamzah Wirjosukarto, menjelaskan :

KHA. Dahlan gemar sekali mengupas tafsir dan pandai pula tentang hal itu. Kalau menafsirkan sebuah ayat, beliau selidiki lebih dahulu tiap-tiap perkataan dalam ayat itu satu demi satu. Beliau lihat kekuatan atau perasaan yang terkandung oleh perkataan itu di dalam ayat yang lain-lain, barulah beliau sesuaikan dengan keadaan hingga

keterangan beliau itu hebat dan dalam serta tepat. 193

192 Ibid, 193 Abdul Khaliq, Op Cit, hlm 205

Di samping menggunakan penafsiran yang kontekstual, KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi. Gagasan KH. Ahmad Dahlan tentang ”pembumian” ajaran al Quran tersebut antara lain tercermin dalam pengajaran surat al Maun yang dalam perkembangannya melahirkan majelis pembinaan kesejahteraan umat.

Bagi KH. Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan dijadikan pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktikkan. Betapa pun bagusnya suatu program, menurutnya jika tidak dipraktikkan tidak bakal bisa mencapai tujuan bersama. Karena itu, KH. Ahmad Dahlan tidak terlalu banyak mengelaborasi ayat-ayat al Quran, tetapi beliau lebih banyak mempraktikkan dalam amal nyata. Praktik amal nyata yang fenomenal ketika menerapkan apa yang disebut dalam QS. Al Maun yang secara tegas memberi peringatan kepada kaum muslim agar mereka menyayangi anak-anak yatim dan membantu fakir miskin. Aplikasi dari QS. Al Maun ini ditandai dengan terealisirnya rumah-rumah yatim dan

menampung orang-orang miskin, terjadi zaman penjajahan. 194 Ketika menerapkan QS. Asy Syu’aro ayat 80, yang menyatakan

bahwa Allah menyembuhkan sakit seseorang. Oleh karena itu, KH. Ahmad Dahlan bersama perkumpulan Muhammadiyah mendirikan balai kesehatan masyarakat atu rumah-rumah sakit. Lembaga ini didirikan,

194 Adi Nugraha, Op.Cit, hlm 123 194 Adi Nugraha, Op.Cit, hlm 123

dunia. 195 Konsepsi tehnik pengajaran adalah suatu pemikiran awal (cita-cita)

pembaharuan pengajaran dengan segenap komponennya, sesuai dengan gagasan pembaharuan tehnik pengajaran KH. Ahmad Dahlan yang dipengaruhi oleh situasi sistem pendidikan Islam tradisional yang berbasis di pondok-pondok pesantren.

Dalam pembahasan pembaharuan tehnik pendidikan dan pengajaran KH. Ahmad Dahlan, maka dalam lukisan dari Raden Sosrosugondo yang dimuat dalam majalah ”Adil” tentang sekolah yang mula-mula didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan dengan peristiwa-peristiwa yang menyertainya. Dalam kaitan ini sebagaimana dikutip oleh Amir Hamzah Wirjosukarto dalam bukunya ”Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam oleh Pergerakan Muhammadiyah”, menjelaskan :

195 Ibid, hlm 124

Sering di dalam perjamuan Kyai Dahlan mesti membicarakan tenang baiknya peraturan di dalam perguruan Gupermen. Orang-orang sama dipancing supaya sama ketarik pada buahnya perguruan dan peraturan sekolahan. Para santri yang mendengarkan keterangan itu hampir semuanya sama membantah, sebab mereka sama tidak cocok sama caranya memberi pelakaran di sekolah gupermen. Mereka sama menagtakan bahwa menurut peraturan Islam, caranya memberikan pelajaran di sekolah gupermen itu termasuk bid’ah artinya cara baru yang tidak sesuai dengan peraturan yang biasa ketika hidupnya kanjeng Nabi Muhammad SAW. Cara baru yang dibicarakan oleh Kyai Dahlan tadi disebut cara yang jelek. Kyai Dahlan mendapat perlawana yang demikian itu, namun Kyai Dahlan seolah-olah kelihatan tenteram. Pula jawabannya tetap tenang, menunjukkan bahwa telah banyak perubahan baru yang bukan termasuk bid’ah. Jalannya peristiwa yang diganti dengan cara yang lebih sempurna itu namanya bukan bid’ah. Malahan menurut ceritanya Kyai Dahlan, bahwa semua peristiwa buat orang Islam itu harus sering-sering berganti dengan cara yang baru yang lebih baik, sebagai caranya kalau ular berganti kulit. Sekalipun tak ada yang bisa membantah keterangan Kyai tadi, toh mereka hatinya sama belum bisa cocok terhadap cita-cita Kyai. Kyai juga tak berhenti-henti berdaya upaya supaya orang-orang itu sama ketarik terhadap adanya sekolahan. Beliau membikin bangku American, sedangkan meja tulis sudah mempunyanya. Bangku-bangku itu diatur diletakkan di emper sebelah barat. Kyai telah mempunyai murid satu dua orang yang mau memasuki sekolahnya. Kayi berikhtiar mencari tambahan murid dan jumlahnya sekarang jadi delapan. Mereka itu disuruh duduk di

bangku American tersebut.... . 196

Dari pernyataan tersebut, gagasan pembaharuan tehnik pengajaran KH. Ahmad Dahlan yang dilakukannya adalah dalam setiap pertemuan KH. Ahmad Dahlan sering membicarakan segi-segi positif pola pendidikan pemerintah kolonial Belanda kepada teman-temannya bila dibandingkan dengan pola pendidikan Islam tradisional. KH. Ahmad Dahlan juga menawarkan ide-ide pembaharuannya tentang tehnik pengajaran yang harus diterapkan di dalam lembaga-lembaga pendidikan

196 Amir Hamzah Wirjosukarto, Op Cit, hlm 93-95.

Islam tradisional tersebut. Menurutnya sistem pendidikan kolonial adalah sistem pendidikan yang paling modern. Seperti pola klasikal yang lebih efisien dan efektif, murid-murid mendapatkan fasilitas ruang belajar, meja kursi, metode dan materi pelajaran yang tersusun sistematis. Pada kesempatan yang lain murud-murid juga mendapatkan pelajaran tambahan yang sering dikenal dengan istilah ko-kurikuler.

Namun, kendala yang dihadapinya cukup komplek, namun ia tetap konsisten dengan pendiriannya. Untuk itu, KH. Ahmad Dahlan telah menyiapkan komponen-komponen pokok yang dibutuhkan dalam sistem

klasikal dan rumahnya merupakan modal dasarnya 197 . Paparan di atas secara eksplisit dapat dipertegas demikian :

a. KH. Ahmad Dahlan dengan pemikiran progresifnya telah mencoba mengadopsi sistem pendidikan Barat, sekalipun kondisi sosio-kultural masyarakat pada waktu itu belum begitu siap untuk menanggalkan pola-pola tradisionalnya.

b. Dualisme sistem pendidikan terutama pada materi pelajaran sebagai perangkat lunaknya, telah dicoba dipadukan menjadi suatu sistem pendidikan modern. Pola pendidikan yang dicetuskan KH. Ahmad Dahlan ini merupakan embrio sistem pendidikan Muhammadiyah yang ada pada saat ini.

Jadi, maksud dari tehnik pendidikan dan pengajaran adalah mengenai penggunaan peralatan dan cara-cara penyelenggaraan pendidikan. Disebut

197 Khozin, Op Cit, Hlm 44-45.

pembaharuan, karena usaha-usaha itu memang baru apabila dibanding sistem pondok lama. Untuk memudahkan dalam pembahasan tentang pembaharuan tehnik ini, ditetapkan enam pokok penting meliputi masalah didaktik, metodik, dan policy pengajaran. Untuk menunjukkan di mana letaknya ”barunya”, digunakannya metode komparasi dalam hal ini,

sebagai berikut 198 :

a. Cara belajar dan mengajar . Di pondok pesantren tradisional masih memakai cara belajar dengan sistem sorogan dan weton, tetapi di pondok Muhamadiyah digunakan sistem klasikal dengan memakai cara-cara yang terhitung modern. Yang dimaksud sistem klasikal adalah suatu cara belajar dalam satu ruangan kelas dari murid-murid yang sebaya dan memiliki pengetahuan yang sejajar, diajar oleh guru yang sama dengan buku pelajaran yang sama pula. Untuk mengetahui kemajuan murid diadakan ulangan-ulangan pada waktu-waktu tertentu. Tempat belajar dilengkapi dengan meja dan bangku dan papan tulis. Cara-cara semacam ini diambil dari sekolah-sekolah Barat.

b. Bahan pelajaran . Di pondok tradisional, bahan pelajaran semata-mata hanya agama. Kitab karangan ulama pembaharu belum dipakai, tetapi di pondok Muhammadiyah di samping pelajaran agama, juga diajarkan ilmu pengetahuan umum, dan kitab-kitab yang diajarkan di samping terdapat karangan ulama salaf juga terdapat karangan ulama modern.

198 Amir Hamzah Wirjosukarto, Op Cit, hlm 98-198 198 Amir Hamzah Wirjosukarto, Op Cit, hlm 98-198

d. Pendidikan di luar waktu-waktu belajar . Di pesantren tradisional, pendidikan para santri di luar waktu belajar terlalu bebas dan kurang terpimpin, sedangkan di pondok Muhammadiyah, pendidikan para santri di luar waktu belajar diselenggarakan dalam asrama yang terpimpin secara teratur.

e. Pengasuh dan guru . Di pesantren tradisional, para pengasuhnya hanya terdiri dari mereka yang berpengalaman agama saja, tetapi di pondok Muhammadiyah di samping ada guru-guru agama juga terdapat guru- guru ilmu pengetahuan umum.

f. Hubungan guru dan murid . Di pesantren tradisional, hubungan guru dengan murid lebih bersifat otoriter, sedangkan di pondok Muhammadiyah diusahakan suasana yang lebih akrab antara guru dengan para santri.

Dari uraian yang bersifat membanding ini, menjadi jelaslah pembaharuan dari segi tehnik yang digagas oleh KH. Ahmad Dahlan, yakni penggunaan dan cara-cara mengajar dan belajar. Sekolah-sekolah Dari uraian yang bersifat membanding ini, menjadi jelaslah pembaharuan dari segi tehnik yang digagas oleh KH. Ahmad Dahlan, yakni penggunaan dan cara-cara mengajar dan belajar. Sekolah-sekolah

yang banyak diambil dari cara-cara sekolah Barat. 199 Dalam bidang tehnik pengajarannya, KH. Ahmad Dahlan membawa

cara-cara penyelenggaraan seperti yang terdapat pada sekolah Barat yang waktu itu masih dihindari oleh para ulama kuno dengan alasan ”menyamai orang kafir”, namun KH. Ahmad Dahlan hanya mengambil cara-cara yang dianggap baik dan tidak menguntungkan seperti sifat-sifatnya yang

materialistis, individualistis, dan intelektualistis dihindarinya 200 . KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa untuk memajukan pendidikan

diperlukan cara-cara sebagaimana yang digunakan dalam sekolah yang maju. Meniru model penyelenggaraan sekolah tidak berarti mengabaikan ajaran agama sebab penyelenggaraan sistem pendidikan merupakan

wilayah muamalah yang harus ditentukan dan dikembangkan sendiri. 201 Untuk mewujudkan gagasan pemikiran tersebut, KH. Ahmad Dahlan

menggunakan dua langkah sistem pendidikan 202 yaitu :

a. Sekolah yang mengikuti pola gubernemen yang ditambah dengan pelajaran agama. Pada sistem ini, guru-guru pribumi dilibatkan dalam

199 Ibid, hlm 108-109 200 Amir Hamzah Wirjosukarto, Op Cit, HLm 110 201 Abdul Khaliq, dkk, Op Cit, hlm 206 202 Suwendi., Op.Cit, hlm 97-102 199 Ibid, hlm 108-109 200 Amir Hamzah Wirjosukarto, Op Cit, HLm 110 201 Abdul Khaliq, dkk, Op Cit, hlm 206 202 Suwendi., Op.Cit, hlm 97-102

Tabel Kurikulum MULO

Mata Pelajaran Kelas I II III

Membaca 3 3 2 Bahasa Belanda

5 4 4 Menulis (Okasional) Berhitung dan Matematika

8 9 7 Sejarah (Belanda dan jajahan)

1 1 2 Sejarah (Dunia)

1 1 1 Geografi

3 3 3 Ilmu Alam

3 3 4 Bahasa Perancis

2 4 4 Bahasa Inggris

4 4 3 Bahasa Jerman

Dari tabel di atas, terlihat bahwa kurikulum MULO yang dikembangkan pemerintah tidak menawarkan materi-materi keagamaan. Dalam kaitan ini, agaknya sekolah yang dikembangkan KH. Ahmad Dahlan melengkapi kekurangan itu sehingga ada keseimbangan antara materi keagamaan dengan nonkeagamaan atau paling tidak ada wacana keagamaan, dengan penambahan pelajaran Bahasa Arab dan Tafsir .

b. Sistem madrasah yang lebih banyak mengajarkan ilmu-ilmu agama. Sekolah yang dibangun KH. Ahmad Dahlan itu agaknya sama dengan sekolah setingkat dalam sistem pendidikan Hindia Belanda. Sekolah ini

tampaknya sekolah Islam swasta pertama yang memenuhi persyaratan untuk menerima subsidi pemerintah Belanda yang kemudian memang mendapat subsidi tersebut. Di antara madrasah yang didirikan KH. Ahmad Dahlan yang cukup berjasa dan didrikan pada masa penjajahan adalah Kweekscool Muhammadiyah, Muallimin Muhammadiyah, Muallimat Muhammadiyah, Zu’ama/Za’imat, Kulliyah Muballighin/Muballighat, Tabligh School, dan HIK Muhammadiyah. Pada madrasah itu diberikan mata pelajaran umum dan mata pelajaran secara terbatas. Untuk sekedar melihat kurikulum salah satu sekolah yang didirikan KH. Ahmad Dahlan, dalam hal ini Madrasah Diniyah Muhammadiyah terdiri dari 5 kelas, yang diterima menjadi murid adalah anak-anak yang berumur 7 sampai 9 tahun. dapat dikemukakan sebagai berikut :

Tabel Rencana Pelajaran Madrasah Diniyah Muhammadiyah No

Kelas Kelas Jumlah Pelajaran

IV V 1. Hijaiyah

3 2 2 2 2 11 5. Menulis Arab

1 jam = 30 menit. Ciri khas lembaga pendidikan yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan adalah keharusan pembinaan al-Islam (meliputi tauhid, ibadah, akhlak dan ilmu dalam pendidikan al-Islam) dan Ke-Muhammadiyahan melalui dua jalan, yaitu jalan kurikulum dan di luar kurikulum. Dengan pembinaan tersebut akan 1 jam = 30 menit. Ciri khas lembaga pendidikan yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan adalah keharusan pembinaan al-Islam (meliputi tauhid, ibadah, akhlak dan ilmu dalam pendidikan al-Islam) dan Ke-Muhammadiyahan melalui dua jalan, yaitu jalan kurikulum dan di luar kurikulum. Dengan pembinaan tersebut akan

dalam memikirkan dan tindakan. 203 Kh. Ahmad Dahlan sangat menekankan pendidikan akal, oleh karena

itu, beliau menganjurkan ilmu mantiq diajarkan dalam lembaga pendidikan yang didirikan KH. Ahmad Dahlan. Karena beliau menganggap dengan ilmu mantiq bisa melatih seseorang bisa berpikir sistematis. Di samping pendidikan akal, KH. Ahmad Dahlan juga mementingkan pendidikan spiritual. Dengan demikian, KH. Ahmad Dahlan tidak hanya mengharapkan lahirnya generasi yang mampu berpikir, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia dan jiwa yang bersih. Dengan pendidikan spiritual diharapkannya moral yang tinggi akan terbentuk, sehingga sikap-sikap yang mencerminkan kerendahan moral dapat terhapuskan.

203 Tim Pembina al Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Malang., Op. Cit, hlm 158-160.

Tujuan tersebut diwujudkannya dalam seperangkat kurikulum sejak dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah tingkat atas. Kurikulum yang

dimaksudkannya adalah 204 :

a. Tingkat Sekolah Dasar : membaca, menulis, berhitung sampai dengan tingkat tertentu, pelajaran agama (bahan-bahannya adalah akidah versi Ahl Sunnah, fikih, akhlak yang berkaitan halal dan haram, serta perbuatan baik dan buruk), dan sejarah (yang mencakup sejarah Nabi dan para sahabat, akhlak mereka yang mulia, serta jasa mereka terhadap agama.)

b. Tingkat Menengah : Mantiq atau logika dan dasar-dasar penalaran, akidah, fikih dan akhlak (pada tingkat ini pelajaran fikih dan akhlak hanya memperluas bahan yang diberikan pada tingkat dasar), dan sejarah Islam

c. Tingkat Atas : tafsir, hadis, bahasa Arab dengan segala cabangnya, akhlak dengan pembahasan yang terinci sebagaimana yang diuraikan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin , ushul fikh, retorika dan dasar-dasar berdiskusi, dan ilmu kalam.

Ketiga paket kurikulum di atas merupakan gambaran umum dari kurikulum pelajaran agama yang diberikan dalam setiap tingkat. Dalam hal ini, KH. Ahmad Dahlan tidak memasukkan ilmu umum ke dalam kurikulum yang direncanakannya. Menurutnya, ilmu-ilmu tersebut, seperti ilmu pasti, ilmu sosial, ilmu bahasa dan sebagainya dipelajari bersama-sama dengan ilmu-ilmu dalam kurikulum yang dikemukakan di atas.

204 Ibid., hlm 162

Dilihat dari siswanya, sekolah yang didirikan KH. Ahmad Dahlan juga menawarakan gagasan baru. Di sekolah tersebut KH. Ahmad Dahlan tidak hanya menerima siswa laki-laki tetapi juga siswa perempuan. Umumnya, sekolah menerima siswa laki-laki dan perempuan yang bisa sekolah biasanya mereka yang berasal dari ningrat. Sedangkan di pesantren, siswa laki-laki dan perempuan biasanya dipisah, tidak diajar bersama-sama. Dalam kaitan ini, KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa wanita merupakan bagian penting yang sangat menentukan masa depan umat dan bangsa. Para wanita tersebut pada akhirnya akan menjadi ibu, dan di tangan para ibu lah masa depan pendidikan dan keagamaan anak digantungkan.

Pendirian organisasi Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 turut mempercepat pendirian sekolah-sekolah yang baru dengan model yang baru ini. Pada saat yang sama dalam masyarakat sudah mulai tumbuh kesadaran dan kebutuhan akan ilmu pengetahuan umum, sehingga Muhammadiyah mendirikan sekolah di Karangkajen (1913), Lempuyangan (1915), dan Pasargede (1916). Di samping itu pada tahun 1920 Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah di pindah ke Suronatan karena gedung yang lama tidak lagi cukup untuk menampung siswa yang jumlahnya terus bertambah.

Meningkatnya jumlah siswa yang belajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah menuntut adanya sekolah guru. Pada tahun 1918, Muhammadiyah membantu sebuah madrasah yang disebut Qismul al Arqa di rumah KH. Ahmad Dahlan. Lulusan dari sekolah ini diharapkan mampu mengajarkan agama di sekoah-sekolah pemerintah atau sekolah-sekolah

Muhammadiyah. Pada tahu 1920 madrasah ini berubah menjadi Pondok Muhammadiyah.

Perkembangan sekolah Muhammadiyah mengalami ”booming” setelah tahun 1921. Pada tahun itu, pemerintah mengeluarkan peraturan yang memperbolehkan pendirian-pendirian cabang-cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta. Mengikuti diberlakukannya peraturan itu, Muhammadiyah melakukan restrukturisasi organisasi, di mana urusan-urusan sekolah yang sebelumnya di tangani langsung oleh KH. Ahmad Dahlan, kemudian ditangani oleh bagian sekolah. Sebagai dampak positif dari adanya lembaga ini, sekolah- sekolah baru terus dibangun. Pada tahun 1922 Muhammadiyah membangun HIS Met de Quran, yang tingkatnya setara dengan HIS Pemerintah, tetapi mengajarkan pendidikan agama.

Pada masa Indonesia merdeka, Muhammadiyah mendirikan sekolah- sekolah berlipat-lipat ganda banyaknya dari masa penjajahan Belanda dahulu. Meskipun demikian dengan banyaknya sekolah dan perguruan tinggi yang dimiliki Muhammadiyah yang memiliki jurusan dan program studi yang bermacam-macam secara mudah dapat dipastikan bahwa sekolah-sekolah Muhammadiyah telah menghasilkan alumni yang banyak dengan beragam pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk karir mereka sendiri dan juga untuk pembangunan masyarakat muslim di Indonesia. Selain melakukan kegiatan pendidikan sebagaimana tersebut di atas, KH. Ahmad Dahlan juga berkiprah dalam pembinaan kehidupan beragama yang juga Pada masa Indonesia merdeka, Muhammadiyah mendirikan sekolah- sekolah berlipat-lipat ganda banyaknya dari masa penjajahan Belanda dahulu. Meskipun demikian dengan banyaknya sekolah dan perguruan tinggi yang dimiliki Muhammadiyah yang memiliki jurusan dan program studi yang bermacam-macam secara mudah dapat dipastikan bahwa sekolah-sekolah Muhammadiyah telah menghasilkan alumni yang banyak dengan beragam pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk karir mereka sendiri dan juga untuk pembangunan masyarakat muslim di Indonesia. Selain melakukan kegiatan pendidikan sebagaimana tersebut di atas, KH. Ahmad Dahlan juga berkiprah dalam pembinaan kehidupan beragama yang juga

Ketika memasuki zaman kemerdekaan, secara umumnya kurikulum pendidikan Muhammadiyah sama dengan sekolah versi Departemen Pendidikan Nasional. Bedanya, sekolah Muhammadiyah memperoleh tambahan materi, antara lain keMuhammadiyahan dan pelajaran agama Islam. Juga ada kegiatan organisasi ekstrakurikuler semacam Ikatan Pelajaran Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Muhammadiyah telah mengadakan pembaharuan pendidikan agama dengan jalan modernisasi dalam sistem pendidikan, menukar sistem pondok dan pesantren dengan sistem pendidikan yang modern yang sesuai dengan tuntutan dan kehendak zaman.