Relevansi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam Konteks Pendidikan Islam di Abad 21

C. Relevansi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam Konteks Pendidikan Islam di Abad 21

Pendidikan adalah amal usaha Muhammadiyah yang diadakan pertama kali oleh KH. Ahmad Dahlan, bahkan sebelum Muhammadiyah lahir dan berkembang oleh pendirinya sendiri. Kini setelah lebih dari tujuh puluh tahun, pendidikan itulah yang merupakan amal usaha yang paling besar, banyak dan berpengaruh, di samping usaha dakwah melalui jalan non formal seperti pengajian rutin, jumlahnya agak jauh lebih besar dari amal usaha Muhammadiyah melalui sekolahan tersebut. Amal usaha ini merupakan

205 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Op Cit, Hlm 105- 106 205 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Op Cit, Hlm 105- 106

meluas. 206 Zaman selalu maju dan berubah, demikian pula manusia tak henti-

hentinya mencari yang baru, guna menyempurnakan hidupnya. Agama Islam diyakini ajarannya cocok untuk segala zaman. Oleh karena itu, memerlukan pembaharuan cara memahaminya. Di antara usaha yang telah dilakukan KH. Ahmad Dahlan melalui pendidikan Muhammadiyah dan tarjih, di samping muktamar Muhammadiyah selalu berusaha mendapatkan cara-cara baru dalam melaksanakan ajaran Islam, sehingga bisa lebih dipahami dan diamalkan oleh

umat Islam Indonesia 207 . Apalagi dalam kehidupan abad 21 telah menuntut manusia unggul dan hasil karya unggul juga. Hal ini disebabkan karena

masyarakat abad 21 adalah masyarakat terbuka yang memberikan berbagai jenis kemungkinan pilihan. Dengan sendirinya, hanya manusia unggul yang dapat survive dalam kehidupan yang penuh persaingan dan menuntut kualitas kehidupan.

KH. Ahmad Dahlan adalah pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa yang tersirat dalam Tafsir al Manar (karya tulis Muhammad Abduh). Sehingga, meskipun KH. Ahmad Dahlan tidak punya latar belakang pendidikan Barat, beliau membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas melalui ajaran Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid. KH. Ahmad Dahlan dapat dikatakan sebagai suatu ”model” dari bangkitanya sebuah

206 Abdul Munir Mulkhan, Warisan Intelektual dan Amal Usaha Muhammadiyah, Op Cit, hlm 94 207 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan , (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm 97.

generasi yang merupakan titik pusat dari suatu pergerakan yang bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi golongan Islam yang berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan dan kejumudan paham agama

Islam. 208 Pendidikan di Indonesia saat itu terpecah menjadi dua. Yaitu,

pendidikan sekolah-sekolah barat yang sekuler, yang tak mengenal ajaran- ajaran yang berhubungan dengan agama, dan pendidikan di pesantren yang hanya mengajar ajaran-ajaran yang berhubungan dengan agama. Dihadapkan pada dualisme sistem pendidikan ini, KH. Ahmad Dahlan gelisah dan bekerja keras sekuat tenaga untuk mengintegrasikan, atau paling tidak mendekatkan kedua sistem pendidikan itu.

Cita-cita pendidikan yang digagas Dahlan adalah lahirnya manusia- manusia yang baru yang mampu tampil sebagai ulama intelek atau antelek ulama, yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, KH. Ahmad Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus, yaitu memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Barat yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum

bersama-sama diajarkan. 209 Kedua tindakan itu di abad 21, sudah menjadi fenomena umum, yang

pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide KH. Ahmad Dahlan tentang

208 Adi Nugraha, Op Cit, hlm 121 209 Ibid, hlm 122 208 Adi Nugraha, Op Cit, hlm 121 209 Ibid, hlm 122

perkembangan ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan. 210 Dalam rangka menjamin kelangsungan sekolahan yang KH. Ahmad

Dahlan dirikan, maka beliau mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada 1912. Ini lah warisan dari pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang berkembang hingga abad 21. Metode pembelajaran yang dikembangkan KH. Ahmad Dahlan bercorak kontekstual melalui proses penyadaran. Contoh klasik adalah ketika KH. Ahmad Dahlan menjelaskan surat al Maun kepada santri-santrinya secara berulang-ulang sampai santri itu menyadari bahwa surat itu menganjurkan supaya manusia itu harus saling memperhatikan dan menolong fakir miskin, dan harus mengamalkan isinya. Setelah santri-santri itu mengamalkan perintah itu, baru diganti surat berikutnya. Ada semangat yang mesti dikembangkan oleh pendidik Muhammadiyah, yaitu bagaimana merumuskan sistem pendidikan ala al Maun sebagaimana dipraktikkan KH.

Ahmad Dahlan. 211 Anehnya, yang diwarisi oleh warga Muhammadiyah adalah tehnik

pendidikannya, bukan cita-cita pendidikan, sehingga tidak aneh apabila ada yang tidak mau menerima inovasi pendidikan. Inovasi pendidikan dianggap sebagai bid’ah . Sebenarnya, yang harus ditangkap dari KH. Ahmad Dahlan

210 Ibid 211 Ibid, hlm 123 210 Ibid 211 Ibid, hlm 123

Usia pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang digagas dalam bentuk pendidikan Muhammadiyah kini hampi satu abad. Dalam rentang waktu yang cukup panjang itu, pendidikan Muhammadiyah yang didalamnya terdapat gagasan pemikiran KH. Ahmad Dahlan menghadapi berbagai gelombang perubahan; perubahan sosial-budaya dan perubahan sosial ekonomi. Perubahan-perubahan itu dari waktu ke waktu kian cepat dan tidak jarang mengejutkan. Karena itu, pendidikan Muhammadiyah dituntut selalu siap mengantisipasi segala kecenderungan global yang terjadi di luar lingkungan

lembaga pendidikannya. 213 Oleh karena itu, KH. Ahmad Dahlan tidak meninggalkan pemikiran dalam bentuk tulisan, karena dikhawatirkan kelak

warga Muhammadiyah hanya berpegang teguh pada apa yang ditulisnya tanpa mengembangkan inisiatif dalam mencari yang terbaik terhadap berbagai segi kehidupan umat Islam.

Ada indikasi bahwa pendidikan Muhammadiyah mengalami kebekuan ( jumud) dalam tiga dasawarsa terakhir ini. Spirit pembaruan yang dulu diwariskan KH. Ahmad Dahlan tidak lagi dihidupkan. Dengan perkataan lain, bahwa telah terjadi diskontinuitas pembaruan dalam tubuh pendidikan Muhammadiyah. Yang berjalan saat ini, di abad 21 adalah sekedar melanjutkan gagasan awal pendidikan. Gagasan-gagasan segar yang berusaha melakukan pembaruan dalam ukuran tertentu memang sudah ada, tetapi sering

212 Ibid. 213 Khozin, Op Cit, hlm 53.

hanya berhenti pada tataran pemikiran, belum sampai pada aksi seperti yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan. 214

Usaha-usaha yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan meski diakui sangat terbatas, tetapi gerakannya dalam rangka memperbarui sistem pendidikan boleh dikatakan sebagai revolusi besar dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia. Di abad 21, usaha-usaha pembaruan KH. Ahmad Dahlan secara praktisnya sebagai berikut; memindahkan model pendidikan langgar dan pesantren ke sekolah-sekolah, yaitu dengan memperkenalkan ruangan yang memakai kursi, bangku, kurikulum yang terdiri dari pengetahuan umum dan

agama. 215 Dalam abad 21, boleh dikatakan hampir tidak ada kekhasan yang

membedakan antara pendidikan Muhammadiyah dengan pendidikan lain. Pendidikan Muhammadiyah sangat konvensional dan kehilangan daya pembaruannya. Hal ini jelas terlihat dari sikap konservatif yang mengukur pembaruan pendidikan dari format pembaruan yang dilakukan Sang Suhu (KH. Ahmad Dahlan), dan bukan pada spirit pembaruannya. Akibatnya, pendidikan Muhammadiyah kurang mampu merespon dinamika eksternal karena tidak mampu menawarkan solusi kreatif terutama pada tingkat kelembagaan dan kurikuler.

Format pembaruan pendidikan yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan memang tergolong modern dan kreatif untuk masa itu, tetapi semuanya segera menjadi usang seiring dengan perkembangan waktu yang sudah modern.

214 Ibid, hlm 54 215 Ibid, hlm 55

Isyarat kecenderungan global yang senatiasa berubah cepat ini sebenarnya sudah didengungkan oleh KH. Ahmad Dahlan kepada generasi awal Muhammadiyah. Dalam kaitan ini sebagaimana dikutip oleh Khozin dalam bukunya ”Menggugat Pendidikan Muhammadiyah”, disini dinyatakan bahwa KH. Ahmad Dahlan menasihatkan:

Muhammadiyah sekarang ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Jadilah guru, kembalilah kepada Muhammadiyah, jadilah meester, insinyur, dan lain-lain dan kembalilah kepada

Muhammadiyah. 216

216 Ibid, hlm 57-58