Demokratisasi pendidikan Islam dan penciptaan lembaga-lembaga pendidikan Islam alternatif

d) Demokratisasi pendidikan Islam dan penciptaan lembaga-lembaga pendidikan Islam alternatif

Proses demokrasi dalam lembaga pendidikan Islam menjadi sangat penting, karena mengingat pendidikan Islam merupakan sebagai subsistem pendidikan nasional diharapkan dapat ikut serta melakukan demokratisasi pendidikan. Dengan demokratisasi, proses pendidikan Islam dapat menyiapkan peserta didik agar terbiasa bebas berbicara dan mengeluarkan

102 Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), hlm 146 103 Djuwarijah , 2008, Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan Islam

(http://journal.uii.ac.id/index.php/JPI/article/viewFile/185/174, diakses 17 April 2009 ) (http://journal.uii.ac.id/index.php/JPI/article/viewFile/185/174, diakses 17 April 2009 )

Dalam menghadapi kancah global abad 21, lembaga pendidikan Islam agar bisa meraih tempat terpandang di kancah pergaulan global, maka lembaga pendidikan sebagai tempat menggodok individu-individu yang unggul memang perlu membekali peserta didik dengan seperangkat kemampuan intelektual. Namun, persoalan yang tidak kalah penting justru bagaimana sekolah bisa menghasilkan manusia yang berkarakter yang berlandaskan keimanan dan akhlak mulia.

Apabila lembaga pendidikan hanya mengedepankan aspek pembentukan keterampilan intelektual, dan pembentukan nalar spiritual semata tanpa ada penekanan karakter, keimanan yang tangguh serta akhlak mulia maka generasi masa depan akan gamang dalam menghadapi tantangan global. Lembaga pendidikan Islam memiliki peran yang cukup signifikan dalam membangun manusia-manusia yang memang benar-benar memiliki kemapuan intelektual yang mumpuni, kritis dalam merespon problem masyarakat dan siap menghadapi tantangan dalam era globalisasi.

Keberadaan lembaga pendidikan Islam yang cukup variatif, sekalipun mungkin peran dan fungsinya masih dipertanyakan dalam konfigurasi pendidikan nasional. Untuk itu fungsi pendidikan Islam dari lembaga atau tempat pendidikan tersebut, perlu dirumuskan secara lebih spesifik, efektif, dan bermutu tinggi agar dapat menjawab tantangan yang dihadapi.

Kalau ditelaah literatur dalam pendidikan Islam, maka diketahui bahwa fungsi dan tujuan pendidikan Islam diletakkan jauh lebih berat tanggungjawabnya bila dibandingkan dengan fungsi pendidikan pada umumnya. Sebab, fungsi dan tujuan pendidikan Islam harus memberdayakan atau berusaha menolong manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Oleh karenanya, maka konsep dasarnya bertujuan untuk melahirkan manusia-manusia yang bermutu yang akan mengelola dan memanfaatkan bumi ini dengan ilmu pengetahuan untuk kebahagiannya, yang dilandasai pada konsep spritual untuk mencapai

kebahagian akhiratnya. 104

Oleh karena itu lembaga pendidikan Islam perlu mendesain ulang fungsi pendidikannnya dengan memilih apakah 105 :

a. Model pendidikan yang mengkhususkan diri pada pendidikan keagamaan saja untuk mempersiapkan dan melahirkan ulama-ulama

104 Hujair AH. Sanaky , Konsep Pendidikan Islam di Indonesia (http://tenjocity.wordpress.com/2008/11/21/konsep-pendidikan-islam-di-indonesia/, diakses 17

April 2009) 105 Salamuddin, Format Ideal Pendidikan Islam (http://zakiyahblog.blogspot.com/, diakses 17

April 2009) April 2009)

b. Model pendidikan umum Islami, kurikulumnya integratif antara materi-materi pendidikan umum dan agama, untuk mempersiapkan intelektual Islam yang berfikir secara komprehensif.

c. Model pendidikan sekuler modern dan mengisinya dengan konsep- konsep Islam.

d. Atau menolak produk pendidikan barat, berarti harus mendisain model pendidikan yang betul-betul sesuai dengan konsep dasar Islam dan sesuai dengan lingkungan sosial-budaya Indonesia.

e. Pendidikan agama tidak dilaksanakan di sekolah-sekolah tetapi dilaksanakan di luar sekolah, artinya pendidikan agama dilaksanakan di rumah atau lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat berupa kursus-kursus, dan sebagainya.

Kalau kembali menoleh kepada pendidikan Islam di Indonesia dewasa ini, maka kelihatannya yang paling siap adalah Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama, artinya dari segi kelembagaan. Dengan lembaga-lembaga yang sudah ada, apakah lembaga-lembaga tersebut sanggup membuka diri untuk menjadi wadah bagi bakal manusia-manusia raksasa yang setiap waktu siap untuk menerima momentum-momentum historis yang dilontarkan oleh Yang Maha Pencipta? Apakah lembaga-lembaga tersebut sanggup membenahi diri sehingga ia bukan hanya menjadi transmisi Kalau kembali menoleh kepada pendidikan Islam di Indonesia dewasa ini, maka kelihatannya yang paling siap adalah Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama, artinya dari segi kelembagaan. Dengan lembaga-lembaga yang sudah ada, apakah lembaga-lembaga tersebut sanggup membuka diri untuk menjadi wadah bagi bakal manusia-manusia raksasa yang setiap waktu siap untuk menerima momentum-momentum historis yang dilontarkan oleh Yang Maha Pencipta? Apakah lembaga-lembaga tersebut sanggup membenahi diri sehingga ia bukan hanya menjadi transmisi

Jadi kesimpulannya, format pendidikan Islam abad 21 yang ideal adalah pendidikan Islam yang berwawasan pada mutu. Dengan kata lain, visi pendidikan Islam abad 21 adalah terciptanya sistem pendidikan yang Islami, populis, berorientasi pada mutu, dan kebhinekaan. Pendidikan Islam hendaknya membiarkan dengan pengelolaan yang baik, tumbuh dan berkembangnya aneka ragam lembaga pendidikan Islam mulai dari pesantren, madrasah dan majelis taklim serta kelompok kajian.

Pendidikan Islam harus mengedepankan pendidikan sains dan teknologi dalam bingkai agama, artinya tetap berpegang teguh pada nilai-nilai dasar- dasar ajaran Islam. Hukum Allah berjalan pasti dan sekali-kali tidak mengalami perubahan dan hanya pemahaman manusialah yang perlu terus

diperbaiki dan dikembangkan 107 . Selain itu pendidikan Islam harus menuju integritas antara ilmu agama dan ilmu umum untuk tidak melahirkan jurang

pemisah antara ilmu ilmu agama dan ilmu umum. Karena dalam Islam bahwa ilmu pengetahuan adalah satu yaitu yang berasal dari Allah SWT 108 .

Pendidikan Islam didesain untuk dapat membantu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan untuk bekerja lebih produktif sehingga dapat

106 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21, (Jakarta :Pustaka Al Husna, 1988), hlm 75.

107 M. Mastuhu, 2008, Reorientasi Pendidikan Islam di Indonesia (http://www.kampusislam.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=202, diakses 15 Maret

2009) 108 Hujair AH. Sanaky. Studi Pemikiran Pendidikan Islam Modern

(http://www.sanaky.com/materi/STUDI_PEMIKIRAN_PENDIDIKAN_ISLAM_MODERN.pdf, diakses 15 Maret 2009) (http://www.sanaky.com/materi/STUDI_PEMIKIRAN_PENDIDIKAN_ISLAM_MODERN.pdf, diakses 15 Maret 2009)

ikatan masyarakat modern. 109

Format pendidikan Islam yang ideal tidak lepas dari berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadist, karena keduanya adalah pondasi besar dalam menentukan baik-buruknya sistem kehidupan. Jika selama ini banyak orang selalu terkacaukan oleh banyaknya suguhan-suguhan metode yang ditawarkan dalam rangka penyempurnaan sistem pendidikan, maka langkah cerdasnya marilah kembali pada rujukan terbesar dan terbenar yaitu Al-Quran dan

Hadist. 110 Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 2 :

ÇËÈ z`ŠÉ)-FßJù=Ïj9 “W‰èd ¡ Ïm‹Ïù ¡ |=÷ƒu‘ Ÿw Ü=»tGÅ6ø9$# yy7Ï9ºsŒ

Artinya : “ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa .

109 Ibid.. 110 Salamuddin, Format Ideal Pendidikan Islam (http://zakiyahblog.blogspot.com/, diakses 17 April 2009)

Dan salah satu sabda nabi Saw: “ Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al Qur'an) dan sunnah Rasulullah Saw. ” (HR. Muslim)

Selain itu, banyak ayat-ayat al Quran yang menunjukkan seharusnya pendidikan Islam berwawasan mutu. Hal ini seharusnya dilakukan oleh setiap lembaga pendidikan Islam, berpegang kepada firman Allah QS. Al Baqarah 148, yang intinya sekalipun ada perbedaan pendapat atau pandangan antar sesama, tetapi diperintahkan untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan, sehingga berhasil memasuki kelompok yang dikenal dengan sebutan kuntum khoiro ummah yang sangat diharapkan (QS ali Imran ayat 110). Manusia ini lah yang akan dapat menghadapi segala tantangan tidak hanya global,

ekonomi dan politik tetapi juga tantangan yang lebih besar. 111

ª!$# ãNä3Î/ ÏNù'tƒ (#qçRqä3s? $tB tûøïr& 4 ÏNºuŽö•y‚ø9$# (#qà)Î7tFó™$$sù ( $pkŽÏj9uqãB uqèd îpygô_Ír 9e@ä3Ï9ur ÇÊÍÑÈ Ö•ƒÏ‰s% &äóÓx« Èe@ä. 4’n?tã ©!$# ¨bÎ) 4 $·èŠÏJy_

Artinya : “ Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” . (QS. Al Baqarah 148).

111 Imam Machaly, dkk, Op.Cit., hlm 38

Ì•x6ZßJø9$# Ç`tã šcöqyg÷Ys?ur Å$rã•÷èyJø9$$Î/ tbrâ•ßDù's? Ĩ$¨Y=Ï9 ôMy_Ì•÷zé& >p¨Bé& uŽö•yz öNçGZä.

ãNßg÷ZÏiB 4 Nßg©9 #ZŽö•yz tb%s3s9 É=»tGÅ6ø9$# ã@÷dr& šÆtB#uä öqs9ur 3 «!$$Î/ tbqãZÏB÷sè?ur ÇÊÊÉÈ tbqà)Å¡»xÿø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur šcqãYÏB÷sßJø9$#

Artinya : “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Upaya Sinergitas antara Intelegensia Question (IQ), Emotional Question (EQ) dan Spiritual Question (SQ) dalam Pendidikan Islam di Abad 21

Melihat realitas yang ada di abad 21, memang kontribusi pendidikan agama belum maksimal. Hal ini dikarenakan pembelajaran agama baru mencakup aspek kognitif (hafalan) dan belum menyentuh aspek afektif. Kondisi inilah yang menyebabkan agama hanya menjadi ilmu dan belum tercermin dalam pengamalan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Nilai siswa yang tinggi disekolah tidak bisa menjadi jaminan pengamalannya baik. Terbukti masih ada sebagian siswa yang melakukan penyimpangan dari ketentuan aqidah, misalnya belum tertib dalam menjalankan ibadah sholat, toleransi dan kepedulian antar teman yang masih lemah serta kurang tertib

dalam kedisiplinan di sekolah 112 .

112 Syamsuri, 2007, Guru Profesional Untuk Pendidikan Berkualitas (http://upik.jogja.go.id/news/index.cfm?berita_id=28112007085659&x=2, diakses 9 Mei 2009)

Substansi manusia dalam Al-Qur’an mempunyai tiga unsur, yaitu unsur jasmani, unsur nafsani, dan unsur rohani. Keterangan seperti ini dapat difahami di dalam beberapa ayat, antara lain Q.S. al-Mu’minn ayat 12-14.

&ûüÅ3¨B 9‘#t•s% ’Îû ZpxÿôÜçR çm»oYù=yèy_ §NèO ÇÊËÈ &ûüÏÛ `ÏiB 7's#»n=ß™ `ÏB z`»|¡SM}$# $oYø)n=yz ô‰s)s9ur $VJ»sàÏã sptóôÒßJø9$# $uZø)n=y‚sù ZptóôÒãB sps)n=yèø9$# $uZø)n=y‚sù Zps)n=tæ spxÿôÜ‘Z9$# $uZø)n=yz ¢OèO ÇÊÌÈ ÇÊÍÈ tûüÉ)Î=»sƒø:$# ß`|¡ômr& ª!$# x8u‘$t7tFsù 4 t•yz#uä $¸)ù=yz çm»tRù't±Sr& ¢OèO $VJøtm: zO»sàÏèø9$# $tRöq|¡s3sù

Artinya : “ Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”

Sejalan dengan itu pula, kalangan ilmuan menemukan tiga bentuk kecerdasan dalam diri manusia, yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Bermula awal abad ke-20, IQ menjadi isu besar dalam dunia pendidikan. IQ merupakan ukuran kemampuan seseorang dalam mengingat serta memecahkan persoalan dengan

menggunakan pertimbangan logis, metodis, dan strategis 113 . Pada masa- masanya, IQ merupakan kecerdasan tertinggi yang akan menentukan masa

depan seseorang dan juga masyarakat. Oleh karenanya lalu berkembang

113 Supaat I. Lathief, 2009, IQ, EQ, SQ, dan TI : Membentuk Individu Paripurna (http://sil- lmg.blogspot.com/2009/01/iq-eq-sq-dan-ti-membentuk-individu.html, diakses 9 Mei 2009) 113 Supaat I. Lathief, 2009, IQ, EQ, SQ, dan TI : Membentuk Individu Paripurna (http://sil- lmg.blogspot.com/2009/01/iq-eq-sq-dan-ti-membentuk-individu.html, diakses 9 Mei 2009)

disebut kecerdasan intelektual yang bersifat tunggal 114 , Namun sejalan dengan tantangan dan suasana kehidupan modern yang

serba kompleks, ukuran standar IQ ini memicu perdebatan sengit dan sekaligus menggairahkan di kalangan akademisi, pendidik, praktisi bisnis dan bahkan publik awam, terutama apabila dihubungkan dengan tingkat kesuksesan atau prestasi hidup seseorang. Pada perkembangan umat manusia selanjutnya ternyata IQ tidak mampu mewujudkan keberhasilan dalam menghantarkan manusia pada keberhasilan dan kehangatan horisontal. IQ telah gagal membina hubungan antar sesama. IQ hanyalah merupakan kecerdasan yang semata-mata digunakan untuk memecahkan masalah-masalah

logika, rasional dan strategis. 115 . Di pertengahan 1990-an, Daniel Goleman menunjukkan penemuan

barunya, bahwa kecerdasan manusia tidak hanya bisa diukur dengan IQ. Ada jenis kecerdasan lain yang lebih penting dari IQ yaitu EQ ( Emotional Quotient ). Dan di akhir abad ke-20 (1990-an) Danah Zohar dan Ian Marshall

114 Akhmad Sudrajat, 2008, IQ, EQ dan SQ; dari Kecerdasan Tunggal ke Kecerdasan Majemuk (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/iq-eq-dan-sq-dari-kecerdasan-tunggal-ke-

kecerdasan-majemuk/, diakses 9 Mei 2009)

ESQ, Konvergensi Nilai Kecerdasan Manusia (http://www.strategifokus.com/leadership-101/,

diakses 9 Mei 2009) diakses 9 Mei 2009)

Mesin computer bisa memilki IQ yang tinggi, binatang bisa memilki EQ yang tinggi, tetapi keduanya tidak pernah memiliki ‘kegelisahan’ dan tidak pernah berpikir tentang dirinya, tentang orang lain dan tentang hidup secara umum. Mereka juga tidak pernah berfikir bagaimana merekayasa ataupun merubah keadaan yang ada pada dirinya. Padahal dengan berfikir menunjukkan esensi dari kemanusiaan manusia yang

sebenarnya. 116

Membangun mutu insani yang berkualitas tidaklah cukup dengan hanya mengandalkan kecerdasan intelektual (IQ) semata, maka harus didukung oleh kecerdasan emosi (EQ). Kedua kecerdasan tersebut harus pula didukung oleh kecerdasan spiritual (SQ), yaitu kesadaran akan kebenaran sejati yang didorong oleh kekuatan dan kesadaran untuk mencari ridho Allah , sehingga terbentuk suatu pribadi yang memiliki komitmen dan integritas tinggi serta ketakwaan. Ini lah jawaban untuk mengatasi krisis multidimensi yang sedang

melanda Indonesia saat ini. Dalam surat al-A'raf ayat 96, Allah berfirman 117 :

ÇÚö‘F{$#ur Ïä!$yJ¡¡9$# z`ÏiB ;M»x.t•t/ NÍköŽn=tã $uZóstGxÿs9 (#öqs)¨?$#ur (#qãZtB#uä #“t•à)ø9$# Ÿ@÷dr& ¨br& öqs9ur ÇÒÏÈ tbqç7Å¡õ3tƒ (#qçR$Ÿ2 $yJÎ/ Mßg»tRõ‹s{r'sù (#qç/¤‹x. `Å3»s9ur

Artinya : “ Sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, tentulah Kami bukakan baginya (pintu) rahmat dari langit dan bumi...."

116 Imam Mawardi, 2008, Mendidik Esq 1: Pola Pengembangan Kepribadian Anak (http://yayansuyanto.multiply.com/journal/item/192, diakses 9 Mei 2009)

Revitalisasi esq dalam kehidupan kampus Materi

(http://www.unp.ac.id/downloads/pkmb08/bab-8.pdf, diakses 9 Mei 2009)

Di dalam Al-Qur’an, ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dijelaskan secara terperinci. Namun, masih perlu dikaji lebih mendalam beberapa kata kunci yang berhubungan dengan ketiga pusat kecerdasan yang dihubungkan dengan ketiga substansi manusia, yaitu unsur jasad yang membutuhkan IQ, unsur nafsani yang membutuhkan EQ, dan unsur roh yang membutuhkan SQ. Untuk lebih memperjelas bahasan IQ, EQ dan SQ berikut ini akan diuraikan sekilas hal yang mendasari fenomena tersebut, yang mana dalam diri manusia ada berbagai macam kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, kecerdasan yang dimiliki oleh manusia terbagi menjadi 3 jenis yang pertama yaitu:

a) Intelegence Qouitent (IQ) IQ ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas akal yang

berpusat di otak. Secara umum IQ mencakup pada aspek logic-matematik dan linguistik-verbal. Kecerdasan inteligensi yang selalu diberdayakan akan membantu seseorang dalam memahami, menganalisis, berbicara,

menghitung dan bepikir 118 .

Inti kecerdasan intelektual merupakan aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri manusia. Beratnya hanya sekitar 1,5 kg atau kurang lebih 5% dari total berat badan manusia. Adapun cara untuk melatih kecerdasan ini adalah dengan cara belajar dengan benar, banyak membaca, sering latihan, selalu mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas- tugas, dan menghafal dengan rutin.

118 Ibid..

b) Emotional Qoutient (EQ) EQ adalah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas emosional

yang berpusat di dalam jiwa, atau kecerdasan kalbu yang berkaitan dengan pengendalian nafsu-nafsu impulsif dan agresif. Kecerdasan ini mengarahkan manusia untuk bertindak secara hati-hati, waspada, tenang, sabar dan tabah ketika mendapat musibah, dan berterima kasih ketika mendapat kenikmatan. EQ sesungguhnya lebih merupakan keterampilan ( skill ) daripada potensi seperti dalam konsep intelegensi pada umumnya, dan ketrampilan ini harus diajarkan oleh masyarakat tempat individu yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Keterampilan yang terkait dengan EQ adalah: 1) memahami pengalaman emosi pribadi, 2) mengendalikan emosi, 3) memotivasi diri, 4) memahami emosi orang lain, dan 5)

mengembangkan hubungan dengan orang lain 119 .

Berdasarkan pada teori EQ, maka keberhasilan seseorang tidak ditentukan oleh tinggi-rendahnya IQ seseorang yang bersangkutan, tetapi ditentukan oleh bagaimana seseorang tersebut mengelola hubungan antarpersonal secara lebih bermakna. EQ juga memberikan kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan milik orang lain. Berbeda dengan IQ yang relatif tak berubah pada diri manusia, EQ bisa mengalami perubahan. EQ bisa meningkat dan menurun. EQ bisa dipelajari untuk terus ditingkatkan dan disempurnakan. Bahkan EQ

119 Imam Mawardi, 2008, Mendidik Esq 1: Pola Pengembangan Kepribadian Anak (http://yayansuyanto.multiply.com/journal/item/192, diakses 9 Mei 2009) 119 Imam Mawardi, 2008, Mendidik Esq 1: Pola Pengembangan Kepribadian Anak (http://yayansuyanto.multiply.com/journal/item/192, diakses 9 Mei 2009)

Adapun cara untuk melatih EQ adalah dengan belajar dengan tekun, mulai dari hal yang mudah dulu, kemudian bertahap kepada yang sulit. Kalau sudah bisa mengerjakan soal yang biasa lalu ditingkatkan dengan soal-soal yang baru dan lebih sulit dan menantang untuk melatih kreativitas. Boleh juga dengan cara belajar kelompok, diskusi, pemecahan masalah dengan teman sehingga akan melatih kecerdasan emosi seseorang untuk dapat menyelesaikan masalah. Akan tetapi kalau sudah pintar jangan terlalu bangga dengan kemampuan diri sendiri, sebaiknya tetap rendah hati

dan tidak meremehkan tugas 121 .

c) Spiritual Qoutient (SQ) EQ mencermikan jaringan asosiatif syaraf otak dan IQ

mencerminkan jaringan serial syaraf otak. Proses primer dan sekunder saling berebut kendali dan ekspresi, oleh karenanya terjadi persaingan antara keduanya. Sedangkan SQ ditengarai sebagai proses psikologi yang ketiga dan didasarkan pada sistem syaraf otak ketiga, yakni osilasi-syaraf sinkron yang menyatukan data di seluruh bagian otak. SQ memfasilitasi dialog antara IQ dan EQ. SQ merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai hidup, menempatkan perilaku

120 ESQ, Konvergensi Nilai Kecerdasan Manusia (http://www.strategifokus.com/leadership-101/, di akses 9 Mei 2009)

121 Kurniawan, 2009, Melatih Kecerdasan Otak (http://kurniawansite.info/2009/04/27/melatih- kecerdasan-otak, diakses 9 Mei 2009) 121 Kurniawan, 2009, Melatih Kecerdasan Otak (http://kurniawansite.info/2009/04/27/melatih- kecerdasan-otak, diakses 9 Mei 2009)

Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan kalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin belum tersentuh oleh akal fikiran manusia. Pendek kata kecerdasan spiritual merupakan kesadaran dalam diri yang membuat manusia menemukan dan mengembangkan bakat-bakat bawaan, intuisi, otoritas batin, kemampuan membedakan yang salah dan benar serta kebijaksanaan. Para ilmuwan menggambarkan orang yang memilki kecerdasan spiritual (SQ) sebagai orang yang mampu bersifat fleksibel, mampu beradaptasi secara spontan dan aktif, mempunyai kesadaran diri yang tinggi, mampu menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, rasa sakit, memiliki visi dan prinsip nilai,

mempunyai komitmen dan bertindak penuh tanggung jawab 123 . Kecerdasan spritual merupakan ruh Intelektual Quotient (IQ) dan

Emotional Quotient (EQ). Tanpa Spiritual Quotient (SQ) yang tinggi, ada kemungkinan seseorang akan bunuh diri, saling dendam bahkan mungkin

saja saling membunuh apabila dihadapkan dengan beberapa masalah dalam diri seseorang.

122 ESQ, Konvergensi Nilai Kecerdasan Manusia (http://www.strategifokus.com/leadership-101/, diakses 9 Mei 2009

123 Imam Mawardi, 2008, Mendidik Esq 1: Pola Pengembangan Kepribadian Anak (http://yayansuyanto.multiply.com/journal/item/192, diakses 9 Mei 2009)

Dapat dikatakan, SQ bisa menjadikan manusia sebagai makhluk yang komplit atau insan kamil secara intelektual, emosional, dan spiritual. Karena berbagai fungsi dan peran strategisnya itulah maka SQ disebut

sebagai 124 the ultimate intelligence . Jadi dengan SQ manusia bisa mengobati penyakit dirinya sendiri. Akibat krisis multidimensi seperti

krisis eksistensi (existential crisis), krisis spiritual dan atau krisis makna. Adapun cara untuk melatih kemampuan ini adalah dengan cara selalu berdoa sebelum dan sesudah belajar. Selalu ingat dengan kepada Tuhan serta selalu melaksanakan kewajiban untuk beribadah kepada Tuhan.

Dari paparan di atas menyimpulkan bahwa sinergisitas antara intelegensia quotient (IQ), emotional quotient (EQ) dan spiritual quotient (SQ) adalah prasyarat keberhasilan pendidikan pada umumnya, dan pendidikan Islam pada khususnya, apalagi memasuki abad 21. Selain itu juga menumbuh-kembangkan anak didik yang memiliki responsibility , honestly (kejujuran) dan kepedulian. Hal ini lah yang harus diperhatikan oleh tenaga didik dalam mendidik anak murid di sekolah. Fakta membuktikan bahwa 70 % kemajuan negara di dunia sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya

dan 30 % lagi di tentukan oleh sumber daya alamnya 125 . Ada 8 hal yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam dinamika pendidikan Islam abad 21 ini. Hal

tersebut adalah siswa harus memiliki rasa kejujuran, integritas, responsibility

124 Supaat I. Lathief, 2009, IQ, EQ, SQ, dan TI : Membentuk Individu Paripurna (http://sil- lmg.blogspot.com/2009/01/iq-eq-sq-dan-ti-membentuk-individu.html, diakses 9 Mei 2009)

125 Syamsuri , 2007, Guru Profesional Untuk Pendidikan Berkualitas (http://upik.jogja.go.id/news/index.cfm?berita_id=28112007085659&x=2, diakses 9 Mei 2009) 125 Syamsuri , 2007, Guru Profesional Untuk Pendidikan Berkualitas (http://upik.jogja.go.id/news/index.cfm?berita_id=28112007085659&x=2, diakses 9 Mei 2009)

Maka untuk menyiapkan generasi yang berkualitas, harus diciptakan proses pembelajaran yang kondusif dengan meningkatkan kapasitas kemampuan metode mengajar guru. Metode mengajar guru memegang peranan penting karena dengan metode yang baik dan tepat akan dapat memaksimalkan potensi siswa dari sisi kognitif, psikomotorik maupun afektif. Selain itu untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas harus didukung juga dengan budaya masyarakat yang mendukung budaya belajar

masyarakat 126 .

Berkembangnya pemikiran tentang kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) menjadikan rumusan dan makna tentang kecerdasan semakin lebih luas. Kecerdasan tidak lagi ditafsirkan secara tunggal dalam batasan intelektual saja. Sebagai pribadi, salah satu tugas besar seseorang dalam hidup ini adalah berusaha mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang dimiliki, melalui upaya belajar learning to do, learning to know (IQ), learning to be (SQ), dan learning to live together (EQ), serta berusaha untuk memperbaiki kualitas diri-pribadi secara terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri dan prestasi hidup yang

126 Ibid..

sesungguhnya ( 127 real achievement ) .

Sebagai pendidik (calon pendidik) dalam mewujudkan diri sebagai pendidik yang profesional dan bermakna, tugas kemanusiaan adalah berusaha membelajarkan para peserta didik untuk dapat mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang dimilikinya melalui pendekatan dan proses pembelajaran yang bermakna ( meaningful learning /SQ), menyenangkan ( joyful learning /EQ) dan menantang atau problematis ( problematical learning /IQ), sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang diharapkan oleh zaman.

Mengintegrasikan kompetensi tinggi dengan akhlak terpuji (IQ, EQ dan SQ) sehingga mewujudkan pribadi-pribadi tangguh, mungkinkah ada pernyataannya dalam Al Qur’an? Al Quran mengungkapkan banyak tipe karakter manusia dan tanda-tandanya. Konon ada 73 tipe karakter manusia, baik yang terpuji maupun yang tercela. Menurut HD. Bastaman, di antara berbagai karakter manusia yang diungkap al Quran ada sebuah karakter yang paling menggambarakan sinergi antara kompetensi dan akhlak terpuji yaitu

karakter 128 ulul albab . Hal ini didasarkan pada QS. Ali Imran ayat 190-191 .

127 Akhmad Sudrajat, 2008, IQ, EQ dan SQ; dari Kecerdasan Tunggal ke Kecerdasan Majemuk (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/iq-eq-dan-sq-dari-kecerdasan-tunggal-ke-

kecerdasan-majemuk/, diakses 9 Mei 2009) 128 H.D. Bastaman , 2007,Pribadi Tangguh - Integrasi Kompetensi dan Karakter dengan Ulil

Albab sebagai Ilustrasi (http://baitulamin.org/risalah/pribadi-tangguh-integrasi-kompetensi-dan- karakter-dengan-uliil-albab-sebagai-ilustrasi.html, diakses 9 Mei 2009)

É=»t6ø9F{$# ’Í<'rT[{ ;M»tƒUy Í‘$pk¨]9$#ur È@øŠ©9$# É#»n=ÏF÷z$#ur ÇÚö‘F{$#ur ÏNºuq»yJ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû žcÎ)

È,ù=yz ’Îû tbr㕤6xÿtGtƒur öNÎgÎ/qãZã_ 4’n?tãur #YŠqãèè%ur $VJ»uŠÏ% ©!$# tbrã•ä.õ‹tƒ tûïÏ%©!$# ÇÊÒÉÈ Í‘$¨Z9$# z>#x‹tã $oYÉ)sù y7oY»ysö6ß™ WxÏÜ»t/ #x‹»yd |Mø)n=yz $tB $uZ-/u‘ ÇÚö‘F{$#ur ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÊÒÊÈ

Artinya : “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang- orang yang berakal (uulil albaab) (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau maka peliharakanlah kami dari siksa neraka” .

Ayat itu menggambarkan bahwa Ulul Albab adalah seorang yang senantiasa mengingat Tuhan dalam keadaan apa pun, baik dalam keadaan senang maupun susah. Selain itu ia pun senantiasa memfungsikan akal- budinya untuk mengamati, memikirkan, dan menelaah alam semesta ciptaan Tuhan, serta mampu memahami bahwa alam semesta itu tidak acak-acakan, tetapi teratur karena ada hukum-hukum yang mengaturnya ( sunatullah ). Gambaran ini menunjukkan bahwa Ulul Albab adalah pribadi-pribadi yang mendapat dua karunia sekaligus yakni kecerdasan dan keimanan atau karunia fikir dan karunia dzikir, dan ini kembali pada tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya.

Dalam tataran psikologi modern Ulul Albab adalah pribadi-pribadi beriman yang mampu memfungsikan secara optimal potensi-potensi rasional (IQ), emosional (EQ) dan spiritual (SQ). Mereka tidak saja mampu bersikap dan berpikir empiris, tetapi juga transendental serta mampu melaksanakan dengan sebaik-baiknya hubungan dengan Tuhan, hubungan antar pribadi

termasuk hubungan dengan diri sendiri dan alam sekitar 129 . Jadi, pendidikan Islam harus mengarahkan anak didik pada dan berorientasi mengembangkan

seluruh potensi (IQ, EQ, dan SQ) yang telah ada dan dimiliki manusia sejak diikrarkan perjanjian primordial antara Tuhan dan manusia.

129 Ibid..