Perkembangan Pendidikan Islam pada Periode Indonesia Merdeka

2. Perkembangan Pendidikan Islam pada Periode Indonesia Merdeka

82 Historis Pendidikan (http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_13.html, diakses 13 Maret

(1945-sekarang)

Setelah Indonesia merdeka, pedoman pelaksanaan pendidikan berdasarkan pada UUD 1945. Pada masa ini telah menimbulkan hidup baru dalam segala bidang, termasuk dalam bidang pendidikan. Dengan fenomena tersebut, perubahan sistem pendidikan pun sangat diperlukan

bahkan sangat mendesak. 83

Pada masa awal kemerdekaan, pemerintah dan bangsa Indonesia mewarisi sistem pendidikan dan pengajaran yang dualistis, yaitu :

a) Sistem pendidikan dan pengajaran pada sekolah-sekolah umum yang sekuler, tak mengenal ajaran agama, yang merupakan warisan dari pemerintah kolonial Belanda.

b) Sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Islam sendiri, baik yang bercorak isolatif-tradisional maupun yang bercorak sintesis dengan berbagai

variasi pola pendidikannya sebagaimana uraian di atas. 84

Kedua sistem pendidikan tersebut sering dianggap saling bertentangan serta tumbuh dan berkembang secara terpisah satu sama lain. Hal ini diakui oleh Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia (BP-KNIP) dalam usul rekomendasinya yang disampaikan kepada pemerintah tentang Rencana Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran Baru, pada tanggal 29 Desember 1945.

83 Abdullah Idi, Op.Ci.t, hlm 19 84 Muhaimin, Op .Cit., hlm 82

Untuk kepentingan ini, maka pada tahun 1946 dibentuk Departemen Agama antara lain mengurusi pelajaran agama di sekolah negeri dan swasta, pengajaran umum madrasah, dan penyelenggaraan Pendidikan Guru Agama (PGA) serta Pendidikan Islam Hakim Negeri (PIHN). Pembentukan Departemen Agama dengan beberapa tugas itu pun sebetulnya sudah lebih dulu didirikan lembaga serupa pada masa

pemerintahan Jepang. 85

Berbagai cara dilakukan pemerintah guna menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, sebagaimana yang termaktub dalam pasal 31 UUD 1945, yang menyatakan ” Pendidikan dan pengajaran nasional bersendi agama dan kebudayan bangsa serta menuju ke arah keselamatan dan kebahagiaan masyarakat” , dan bahwa ” Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan bangsa” . Dari pernyataan tersebut bukanlah sistem pendidikan dan pengajaran warisan pemerintah kolonial Belanda yang bercorak sekuler dan netral terhadap agama, tetapi bukan pula sistem pendidikan Islam warisan dari umat Islam. Nampaknya pemerintah menghendaki terjadinya perpaduan atau integrasi antara kedua sistem pendidikan dan pengajaran warisan budaya

bangsa tersebut menjadi ”satu sistem pendidikan nasional”. 86

Di tahun 1975 sampai dengan 1984, Depag menyusun kurikulum

85 Mukti Ali, Op.Cit, hlm 49. 86 Muhaimin, Op.Cit, hlm 83-85.

1975 yang diberlakukan secara intensif mulai 1978, kemudian kurikulum 1975 ini disempurnakan lagi melalui kurikulum 1984 sebagaimana dinyatakan dalam SK Menteri Agama No. 45 tahun 1987. penyempurnaan ini sejalan dengan perubahan kurikulum sekolah di lingkungan Depdikbud. Pada komposisi kurikulum 1984, madrasah memberikan 70% pelajaran umum dan 30% mata pelajaran. Di tingkat Ibtidaiyah terdiri dari

15 pelajaran yang terdiri dari 30% bidang agama (5 pelajaran), dan 70% pelajaran umum (10 pelajaran). Di tingkat Tsanawiyah terdiri dari 16 pelajaran yang terdiri dari 5 pelajaran agama (Quran Hadits, aqidah akhlak, Fiqh, Sejarah dan Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab), 3 mata pelajaran dalam jenis pendidikan dasar umum, dan 2 mata pelajaran dalam jenis pendidikan keterampilan.

Sedangkan di tingkat Aliyah, terbagi dalam dua program yaitu inti dan pilihan. Termasuk dalam program inti adalah pendidikan agama yang mencakup 5 mata pelajaran dan pendidikan dasar umum terdiri dari 19 mata pelajaran, sedangkan program pilihan hanya memuat pengembangan pendidikan yang mata pelajarannya berbeda antara satu jurusan dengan

jurusan lainnya. 87

Di tahun 1994 bisa jadi merupakan satu periode penting dalam perkembangan madrasah di Indonesia. Pada tahun itu, Depag telah menetapkan berlakunya kurikulum baru yang kemudian dikenal dengan ”kurikulum 1994” yang mensyaratkan pelaksanaan sepenuhnya kurikulum

87 Mukti Ali, Op.Cit, hlm 59-60.

sekolah umum di bawah di bawah Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, pada kurikulum 1994 madrasah diwajibkan menyelenggarakan sepenuhnya 100% mata pelajaran umum sebagaimana diberikan di sekolah-sekolah umum di bawah Depdikbud.

Dengan kurikulum 1994, dualisme ”ilmu agama” dan ”ilmu umum” di madrasah berusaha dihilangkan. Ajaran-ajaran Islam tidak lagi diberikan dalam bentuk mata pelajaran formal, melainkan diintegrasikan secara penuh dalam mata pelajaran umum. Diharapkan, beberapa mata pelajaran umum diberikan di madrasah dengan tetap mempertahankan nuansa Islam. Madrasah diharapkan menyelenggarakan pelajaran yang terintgrasi sepenuhnya dengan mata pelajaran umum. Kurikulum 1994 tampaknya diarahkan untuk meningkatkan mutu siswa madrasah. Depag tampaknya bertujuan untuk menghapus atau mengurangi perbedaan dan kesenjangan sekolah umum Depdikbud dengan madrasah, atau

mengkovergensikannya. 88

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan sementara bahwa corak pendidikan Islam yang diinginkan oleh mereka hingga sekarang adalah :

a) Sintesa dari berbagai sistem pendidikan yang pernah ada.

b) Menumbangkan konsep dualisme dikotomik antara ilmu agama dan ilmu umum, atau melakukan integrasi antara keduanya.

88 Ibid., hlm 61-62.

c) 89 Sistem pendidikan yang sesuai dengan jiwa Islam.