Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap Keragaman Epibentik di Perairan Pulau Ungge, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Epibentik yang didapatkan sebanyak 7 genus Epibentik yang tergolong ke dalam 2 filum, 5 kelas, 7 ordo, dan 7 famili. b. Indeks Keanekaragaman H’ pada stasiun penelitian sebesar 1,08-1,46 tergolong keanekaragaman rendah. Indeks Keseragaman E pada stasiun penelitian sebesar 0,60-0,91 tergolong keseragamannya merata. c. Berdasarkan nilai Indeks Similaritas IS yang didapatkan, stasiun yang mempunyai kriteria sangat mirip adalah antara stasiun 1 dengan 2, stasiun 1 dengan 3, sedangkan stasiun yang mempunyai kriteria mirip adalah antara stasiun 2 dengan 3. d. Suhu, salinitas dan DO berpengaruh sangat kuat terhadap Indeks Keanekaragaman H’ epibentik dengan arah korelasinya searah.sedangkan COD, dan TSS berpengaruh sangat kuat terhadap Indeks Keanekaragaman H’ epibentik dengan arah korelasinya berlawanan.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis epibentik pada rataan terumbu karang berdasarkan kedalaman. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2002. Modul Sosialisasi dan Ruang Orientasi Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Departement Kelautan dan Perikanan. Alexander, H. 2011. Kelimpahan Dan Keragaman Megabentos Di Perairan Teluk Ambon. Pusat Penelitian Oseanografi. LIPI. 372. Arbi, U.Y Supono. 2012. Kelimpahan Dah Keragaman Echinodermata Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. LIPI Bitung. 41. Barnes, R.S.K R.N.Hughes. 1999. An Introduction To Marine Ecology. 3rd ed. Great Britain, The University Press Of Cambrige. Barus, T. 2004. Pengantar Limnologi Study Tentang Ekosistem Air Daratan. Medan: Biologi FMIPA USU. Brower, J.E., H.Z. Jerrold. Car I.N. Von Ende. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Third Edition. USA, New York: Wm. C. Brown Publisher. Brotowidjojo, M.D. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga. Connel. D.W. Miller. G. J. 1995. Kimia Ekotoksikologi Pencemaran. Koestoer Y, Sehati. Penerjemah. Jakarta: UI Press. Clark, A. M. and F. W. E. Rowe. 1971. Monograph of Shallow Water Indo West Pacific Echinoderm. Trustees of Brit. Muss: 234 Dahuri, H. R., Rais, J., Ginting, P. S., Sitepu, M. J. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita. Edward. Muhajir. F. Ahmad. A. Rozak. 2004. Pengamatan Beberapa Sifat Kimia dan Fisika Air Laut di Ekosistem Terumbu Karang Pulau Sipora dan Siberut, Kepulauan Mentawai Sumatera Barat. Ternate: Universitas Sultan Hairun. 3860. Edward. Tarigan, M.S. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi Total Suspended Solid di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Jakarta: LIPI. 73. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. PT. Kanisius. Estradivari., Syahrir, M., Susilo, N., Yusri, S., Timothius, S. 2007. Terumbu Karang Jakarta. Jakarta: Yayasan Terumbu Karang Indonesia Terangi. Handayani, S. 2008. Keanekaragaman Makrozoobentos, Meiofauna dan Foraminifera di Pantai Pasir Putih Barat dan Muara Sungai Cikamat Pangandaran, Jawa Barat. Jakarta: Universitas Nasional. 11. Hutahuruk, E. L. 2009. Study Keanekaragaman Echinodermata di Kawasan Perairan Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam. [Skripsi]. Medan: FMIPA USU. Jauhara, H. 2012. Struktur Komunitas Polychaeta Pada Lima Muara Sungai di Teluk Jakarta. [skripsi]. Depok: UI. Kastoro, W.W., B.S. Soedibjo, A. Aziz, I. Aswandy dan I. Al Hakim. 1982. The Macrobenthos Community of Seribu Island. Jakarta: Indonesia. Proc. Of the reg Sym, On Living Resources in Coastal Areas. Katili, A.D.2011. Struktur Komunitas Echinodermata pada Zona Intertidal di Gorontalo. Gorontalo: Universitas Negri Gorontalo. Kordi, K.M.G.H. 2010. Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Krebs, C. J. 1985. Ecology. Third Edition. New York: Harper Row Publisher. Lasmana, A. H. 2004. Struktur Komunitas dan Distribusi Meiofuna di Perairan Bojonegoro, Teluk Banten, Kabupaten Serang. [Skripsi]. Bogor: FKIP IPB. Mahida, U.N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo. Michael, P. 1984. Metode Ekologi Untuk penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Muhaimin, H. 2013. Distribusi Makrozobentos pada Sedimen Bar Pasir Penghalang Di Intertidal Pantai Desa Mappakalompo Takalar. [skripsi]. Makasar: Universitas Hasanuddin Makasar. Mudjiono. 2009. Telaah Komunitas Moluska di Rataan Terumbu Karang Reef Flat Perairan Kepulauan Natuna Besar, Kabupaten Natuna. Oseonologi dan Limnologi di Indonesia. 352. Muzahar, Jumanto Pratomo. A. 2013. Struktur Komunitas Echinodermata Di Padang Lamun Perairan Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Tanjungpinang: Universitas Maritim Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia: Jakarta. Nyabakken, James. Wiley. 1988. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Biologi. Jakarta. Gra-media . Oktarina, A. 2011. Komunitas Makrozoobentos di Sungai Batang Anai Sumatera Barat. [Skripsi]. Padang: Universitas Andalas. Odum, E.P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press. Pescod, M.B. 1973. Investigation of Ration Effluent and Stream of Tropical Countries. Bangkok: AIT. Pratiwi, R.1992. Komunitas Fauna Epibentik Padang Lamun di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Rosewater, J. 1965. The family Tridacnidae in the Indo-Pacific. Indo-Pacific Mollusca. 1:347-396 Ruswahyuni. 2010. Populasi dan Keanekaragaman Makrozoobentos pada Perairan Tertutup dan Perairan Terbuka di Teluk Awar, Jepara. Semarang: Universitas Diponegoro. 21. Sahri, A. Budiman, W. Andriyana, N. 2000. Keragaman Makrobentos Pada Berbagai Substrat Buatan di Sungai Ciglagah Cilacap. Jurnal Biosfera 15. ISSN: 0853-1625. Seki, H. 1982. Organic Material in Aquatic Ecosystem. Florida: CRC Press, Inc. Setiawan, H. 2013. Ancaman Terhadap Populasi Kima Tridacnidacna sp. dan Upaya Konservasinya di Taman Nasional Taka Bonerate. Makasar: Balai Penelitian Kehutanan Makassar. 102. Simanjuntak, M. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan Kimia, Fisika Terhadap Distribusi Plankton di Perairan Belitung Timur, Bangka Belitung. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi –LIPI. 111. Sinaga, T. 2009. Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai IndikatorKualitas Perairan Danao Toba Balige Kabupaten Toba Samosir. Medan: FMIPA USU. [tesis]. Suci, W. Melani, W. R. Raza’i, T. S. 2004. Struktur Komunitas Moluska Bentik Berbasis Tds Total Dissolved SolidPadatan Terlarut Dan Tss Total Suspended Solid Padatan Tersuspensi Di Pesisir Perairan Sungai Kawal Kabupaten Bintan. University Maritime Raja Ali Haji. Sugiyono. 2005. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Supriharyono, M. 2002. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta: Djamban. Suryanti., Ruswahyuni., Mustaqim, M.M. 2013. Kelimpahan Jenis Bulu Babi Echinoidea, Leske 1778 di Rataan dan Turbir Terumbu Karang di Perairan si Jago-Jago, Tapanuli Tengah. Diponegoro: Universitas Diponegoro. 24. Suin, N.M. 2002. Metoda Ekologi Edisi 2. Padang: Universitas Andalas. Trisnawati, N. 2012. Struktur Komunitas Meiofauna Interstisial di Substrat Padang Lamun Pulau Pari, Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Depok: FMIPA UI. Wijayanti, H. 2007. Kajian Kualitas Perairan di Pantai Kota Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrozobentos. Semarang: Universitas Diponegoro. [tesis]. Wulansari, N. 2012. Konektivitas Komunitas Makrozoobentos Antara Habitat Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta. [Skripsi]. Bogor: IPB Yusron, E. 2010. Diversitas Fauna Echinodermata di Perairan Ternate-Maluku Utara. Oseonologi dan Limnologi di Indonesia. 363. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 2. Bagan DO Dissolved Oxygen Sampel Air 1 ml MnSO 4 1 ml KOHKI Dikocok Didiamkan Sampel Endapan Putih 1 ml H 2 SO 4 Dikocok Didiamkan Larutan Sampel Berwarna Cokelat Diambil 100 ml Dititrasi Na 2 S 2 O 3 0,00125 N Sampel Berwarna Kuning Pucat Ditambah 5 tetes Amilum Sampel Berwarna Biru Dititrasi dengan Na2S2O3 0,00125 N Sampel Bening Dihitung volume Na 2 S 2 O 3 yang terpakai Hasil Suin, 2002 Lampiran 3. Bagan BOD5 Biochemical Oxygen Demand Suin, 2002 dihitung nilai DO akhir diinkubasi selama 5 hari pada temperatur 20°C dihitung nilai DO awal Sampel Air Sampel Air Sampel Air DO Akhir DO Awal Keterangan : • Penghitungan nilai DO awal dan DO akhir sama dengan penghitungan Nilai DO • Nilai BOD = Nilai awal – Nilai DO akhir Lampiran 5. Contoh Hasil Perhitungan a. Kepadatan Achantaster plancii pada Stasiun 1 K = Jumlah Individu Suatu Jenis Ulangan Luas Area K = 120 3 1 K = 0,003 indm 2

b. Kepadatan Relatif Achantaster plancii pada Stasiun 1