sehingga kebutuhan akan oksigen juga meningkat. Menurut Dowing 1984, dalam Sudarja 1987, mengatakan bahwa kadar DO yang dibutuhkan oleh
epibentik berkisar 1,00-3,00 mgl. Semakin besar kadar DO dalam suatu ekosistem, maka semakin baik pula bagi kehidupan epibentik yang mendiaminya.
4.5.6 BOD
5
Biochemical Oxygen Demand
Hasil BOD
5
yang diperoleh dari 3 stasiun berkisar antara 1,7-2,1 mgl. Nilai BOD
5
yang tertinggi pada stasiun 3 yaitu 2,1 mgl sedangkan terendah pada stasiun 1 sebesar 1,7 mgl. Nilai BOD
5
pada setiap stasiun menunjukkan bahwa perairan pulau ungge masih bersih dari pencemaran, pengujian BOD
5
penting dalam aktivitas pengendalian pencemaran perairan. Dalam hal ini perairan pulau
ungge masih cocok untuk kehidupan epibentik. Menurut Brower et all., 1990 dalam
Hutauruk 2009 menyatakan bahwa, apabila konsumsi oksigen selama 5 hari berkisar 5 mgl O
2
, maka perairan tersebut tergolong baik. Sebaliknya apabila konsumsi oksigen antara 10-20 mgl O
2
menunjukkan bahwa tingkat pencemaran
oleh senyawa organik tinggi.
4.5.7 COD Chemical Oxygen Demand
Hasil COD yang diperoleh dari 3 stasiun berkisar antara 2,6-3,5 mgl. Nilai COD yang tertinggi pada stasiun 3 yaitu 35 mgl sedangkan terendah pada
stasiun 2 sebesar 2,6 mgl. Hasil pengukuran nilai COD menunjukkan bahwa perairan pulau Ungge ini masih dalam kondisi yang baik dan belum tercemar,
karena nilai COD kurang dari 20 mgl dalam suatu perairan belum tercemar sehingga pada perairain ini biota laut khususnya epibentik dapat hidup di perairan
ini. Menurut Effendi 2003, COD sebagai jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi
secara biologi maupun yang sukar didegradasi menjadi CO
2
dan H
2
O. Perairan yang mengandung kadar COD yang tinggi, memerlukan oksigen untuk proses
oksidasi kimia, hal ini menurunkan cadangan oksigen dalam air.
4.5.8 TDS Total Dissolved Solid
Hasil TDS yang diperoleh dari 3 stasiun berkisar antara 31,5-32,6 mgl. Nilai TDS yang tertinggi pada stasiun 3 sebesar 32,6 mgl sedangkan terendah
pada stasiun 1 sebesar 31,5 mgl. Menurut Levintto 1982, bahwa nilai total dissolved solid
mencerminkan banyaknya zat-zat padat yang terlarut dalam suatu perairan. Nilai TDS mempengaruhi kecerahan dan warna air, semakin tinggi
jumlah zat padat yang terlarut dalam air maka sifat transparasi air akan berkurang sehingga menurunkan produktivitas air sehingga secara langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi kehidupan dari biota laut termasuk epibentik.
4.5.9 TSS Total Suspended Solid
Hasil TSS yang diperoleh dari 3 stasiun berkisar antara 5-6 mgl. Nilai TSS yang tertinggi pada stasiun 3 sebesar 6 mgl sedangkan terendah pada stasiun
1 2 sebesar 5 mgl. Nilai TSS yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat pencemaran dan menghambat penetrasi cahaya kedalam air sehingga
mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis dari biota air. Menurut Effendi 2003, menyatakan bahwa, padatan tersuspensi dan kekeruhan memiliki korelasi
positif yaitu semakin tinggi nilai padatan tersuspensi maka semakin tinggi pula nilai kekeruhan yang akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam suatu
perairan yang selanjutnya akan menghambat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan akhirnya berpengaruh terhadap kehidupan epibentik.
4.6. Analisis Korelasi