40
penghasil kertas tersebut. Adanya program tanggung jawab sosial oleh pabrik, semakin menambah kepercayaan terhadap perusahaan.
21
Dalam implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan PT. TPL memberikan bantuan terhadap masyarakat setempat dengan memberikan lapangan
pekerjaan yang dibutuhkan masyarakat setempat demi meningkatkan perekonomian keluarga mereka, pemberian beasiswa terhadap siswa-siswi, perbaikan sarana dan
prasarana yang mendukung perekonomian masyarakat seperti pemberian pupuk dan bibit, pembangunan jalan dan asuransi kesehatan serta adanya pemberian dana ganti
rugi kepada setiap kepala rumah tangga untuk perbaikan atap rumah masyarakat.
2.2 Motif Pendorong Masyarakat Batak Toba Membangun
Tambak
2.2.1 Sistem Nilai Budaya yang Dianut Masyarakat
Sistem nilai budaya adalah suatu sistem yang terdiri dari konsep-konsep yang hidup di dalam pikiran sebagian besar masyarakat, tentang hal-hal yang mereka
anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia, merupakan keputusan
yang kurang tegas yang biasa dirasakan. Kemudian dimunculkan sebagai suatu tindakan, walaupun kadang-kadang kurang rasional.
22
Sistem nilai di dalam masyarakat memberi pola bertingkah laku atau dengan kata lain memberikan seperangkat model untuk bertingkah laku. Sistem ini dihayati
benar oleh masyarakat pendukungnya dalam kurun waktu tertentu sehingga
21
http:www.lifestyle.roll.co.idfashionista25-latest36304- Taput-gunakan-cd-pt-tpl-untuk- infrastuktur.html.
22
Koentjaraningrat, Kebudayaan mentalitet dan Pembangunan, Jakarta: P.T.Gramedia, 1974,hal.32.
Universitas Sumatera Utara
41
mendominasi keseluruhan kehidupan dalam arti mengarahkan bertingkah laku. Konsepsi nilai budaya telah berakar dalam pikiran kelompok masyarakat berkenaan
dengan bagaimana masyarakat memandang hidup, karya, waktu, dan alam pikiran dengan hubungan sosial antar sesama mereka dalam kelompok kekerabatan yang
luas.
23
Masyarakat Batak Toba di Desa Tangga Batu I umumnya menganut konsep totalitas yaitu bahwa komunitas, dan individu merupakan kesatuan dan totalitas yang
satu sama lain tidak terpisahkan.
24
Hal ini di pengaruhi oleh tiga unsur yang memperngaruhi tingkah laku masyarakat Batak Toba. Ketiga unsur
hagabeon, hamoraon, dan hasangapon
tersebut adalah suatu yang fungsional dan harus harmonis. Putusnya hubungan manusia dengan salah satu unsur tersebut berarti
memusnahkan kehidupan dunia.
25
Totalitas dipandang sebagai unsur pertemuan, kesatuan, kesempurnaan, kepunahan dan penjumlahan yang terakhir dan tanpa akhir
pandangan totalitas
ini memperngaruhi
sistem nilai
keagamaan dan
kemasyarakatan.
26
Demikian juga dalam memecahkan suatu masalah, tidak memenggal sedemikian rupa tetapi secara intuitif mereka mencari hubungan yang ada atau
dianggap saling mengisi. Misalnya persoalan senioritas dalam silsilah yang kemungkinan menjadi pokok permasalahan, justru dapat diselesaikan secara tuntas
dengan cara memperkuat rasa solidaritas. Cita-cita bekerja produktif dan terencana
23
Ibid., hal 34.
24
Hotman Siahaan, Persekutuan agama Budaya Orang Batak Toba, Khusus HKBP, Prima 2 februari 1979. Hal 20.
25
Ibid hal 20
26
J.C.Vergowen, Op.Cit., hal 80
Universitas Sumatera Utara
42
mendorong masyarakat untuk selalu bekerja keras. Bagaimanapun sulitnya dalam mencari nafkah keinginan untuk sukses selalu melintas dalam pikiran orang Batak
Toba. Kesadaran bersama merupakan cara berpikir dan bertindak masyarakat Batak
Toba. Pesta
tambak
menuntut tanggung jawab bersama. Selama mereka menyadari ada usaha bersama, maka mereka akan memelihara dan membuat sukses setiap
upacara adat. Setiap pribadi atau keluarga rela berkorban dalam hal memenuhi kebutuhan kelompok marganya. Pandangan terhadap sesama ini sangat erat kaitannya
dengan dilandasi prinsip
Dalihan Na Tolu.
27
tiga motto peraturan budaya Batak Toba karena satu sama lain merupakan kelompok yang tidak dapat dipisahkan.
Setiap anggota masyarakat adat termasuk kedalam suatu marga. Anggota semarga adalah kerabat yang paling dekat hubungannya.
Hak dan kewajiban anggota-anggota masyarakat yang diikat prinsip
Dalihan Na
Tolu
dimanifestasikan sebagai
tanda solidaritas
kebersamaan dan
kegotongroyongan yang mengambarkan suatu sistem nilai sosial. Semua anggota yang terpadu dalam masyarakat
Dalihan Na Tolu
akan selalu menuntut dan melaksanakan kewajibannya. Secara kontekstual masing-masing memberikan status
inisial terhadap yang lain, sehingga setiap pribadi, keluarga dan kelompok masyarakat akan selalu berusaha untuk ikut serta dalam setiap upaya adat yang
dianggap menyangkut diri dan tanggung jawabnya.
27
Dalihan NaTolu dalam adat Batak Toba merupakan struktur sosial Batak Toba yang terdiri
dari: Hula-Hula pemberi dari istri, Dongan Sabutuha anggota klen sendiri, dan Boru penerima istri.
Universitas Sumatera Utara
43
2.2.2 Cita- Cita Dasar dalam Hidup