Silsilah dan Alat Mempererat Hubungan Sosial

81

BAB IV DAMPAK PEMBANGUNAN

TAMBAK TERHADAP PERKEMBANGAN DESA TANGGA BATU I

4.1 Silsilah dan Alat Mempererat Hubungan Sosial

Membangun tambak nenek moyang merupakan suatu tuntutan adat yang dianut oleh masyarakat Batak Toba. Dalam hal ini Schreiner mengatakan: ”... Adat adalah merangkum seluruh aspek kehidupan agama dan peradilan, hubungan keluarga dan kematian, sebagai hukum yang berlaku bukan hanya memberikan ketetapan tentang bagaimana menghukum pencuri, bagaimana menyatakan perang, bagaimana menyatakan suatu perundingan perdamaian. Melainkan juga mengatur bagaimana cara pemuda melamar seorang gadis, bagaimana mengatur pakaian kedua mempelai, dan pergaulan satu samaa lain. Antar keluarga Dalihan Na tolu serta cara membuat peti jenazah serta hewan yang akan di sembelih untuk pesta penguburan. ” 56 Dari uraian diatas adat adalah kekuatan hidup yang mempertahankan eksistensi, maka penetapan adat dan hukum adalah bersifat konstitutif dan secara mutlak normatif. Adat harus dilakonkan dan hukum dipatuhi setiap pribadi dan keluarga dan mampu bertahan dalam kekuatan adat mendapatkan kesempurnaan dalam arti mempunyai status dalam kehidupan masyarakat adat. Seperti yang diyatakan pepatah Batak: Tuat dolok atungkotkon siala gundi Dipungka omputa na parjoloma adat dohot uhum Diihuthon pomparan sian pudi 56 Schreiner, op.cit. hal. 20. Universitas Sumatera Utara 82 ”Turun menyusuri gunung bertongkatkan tongkat gaib” ”Nenek moyang kita yang menciptakan hukum dan adat” ”kita keturunannya mematuhi dan melakukannya” Kenyataan yang tidak dapat kita pungkiri, bahwa adat merupakan penurunan dari generasi ke generasi dalam satu kurun waktu tertentu dan merupakan kewajiban bagi generasi sekarang melaksanakan adat dan hukum yang diciptakan leluhur suku Batak Toba. Adat juga memiliki sifat-sifat normatif yang menjadi tatanan hidup yang ideal serta di dalamnya terkandung harapan dan berkat dari penciptanya. 57 Dengan demikian masyarakat dan anggota keluarga yang ikut berpartisipasi dalam pembangunan tambak pomparan marga dianggap orang yang mampu melaksanakan kehidupan adat leluhurnaya. Dari uraian di atas dapat diketahui dari keturunan mana dan nomor atau generasi keberapa. Misalnya: penulis bermarga Sitorus yaitu keturunan nairasaaon dan nomor atau generasi ke 14 dari garis keturunan Sitorus. Jadi penelusurannya silsilah dari garis keturunan dengan pembangunan tambak merupakan suatu usaha untuk mendapatkan kata sepakat, sebab terwujudnya pembangunan tambak sudah menunjukkan kesepakatan dan kebulatan tekat seluruh pendukungnya. Hal ini dilakukan karena kebutuhan mencari garis keturunan akan semakin mendesak bila mereka mulai merasa asing dalam kehidupannya di daerah perantauan. Pengetahuan tentang silsilah sudah samar-samar, kebutuhan seperti ini dituntut pemecahan dan hanya dapat direalisasasikan dalam kegiatan adat istiadat dan pembangunan tambak. 57 Ibid, hal 60 Universitas Sumatera Utara 83 4.2 Tambak Sebagai Gengsi Sosial Social Prestige Sifat kedinamisan masyarakat Batak Toba mengakibatkan mereka harus mengadopsi nilai-nilai baru di lingkungan perkotaan. Identitasnya selama ini yang dimiliki pada kehidupan suku mulai hilang, menyebabkan mereka ingin memastikan identitasnya. 58 Kesadaran para perantau untuk memastikan identitasnya semakin mendesak setelah merasakan hidup di luar daerah asal sebagai ”diaspora” perserakan yaang mungkin diperoleh dalam kelompok genealogis 59 Merupakan kebanggaan apabila satu kelompok dapat mengaktualkan diri kepada kelompok lain dengan menunjukkan kebesaran keturunan. Karena pembangunan tambak harus didukung oleh keturunan dari leluhur yang sedang dibuatkan tambaknya. Seseorang yang dikatakan sempurna tidak diukur dari jumlah usianya tetapi diukur dari jumlah keturunannya. Kebesaran ini mencakup hamoraon, hagabeon, dan hasangapon . Di sekitar pembangunan tambak juga akan terbentuk suatu kelompok sosial yang terpisah dan bersaing dengan kelompok kelompok genealogis dan teritorial lain. Setelah berdiri tambak-tambak kelompok marga pada awal perkembangannya, maka kelompok marga lain akan mendesak para perantau untuk membiayai pembangunan tambak buat kelompoknya. Karena ada anggapan bahwa makin besar biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pihak keluarga untuk pembangunan dan pesta tambak, makin bertambah pulalah identitas dan kemampuan kelompok marga itu karena besarnya 58 Schreiner, op.cit., hal 186 59 Sitor Situmorang, op.cit hal . 83 Universitas Sumatera Utara 84 biaya-biaya yang telah di keluarkan selama proses awal pembangunan hingga pesta tambak itu akan meningkatkan kehormatan bagi pelakunya. 60 Ada persaingan untuk membangun tambak lebih indah mentereng dengan memakai bahan-bahan mahal dengan arsitektur modern. Setiap marga menunjukkan kemampuan material, kemanpuan dan kebesaran jumlah marga itu diakui sebagai berkat dari nenek moyang dan dianggap sebagai kelebihan dari suatu marga. Suatu marga akan berusaha melebihi tambak marga lain dalam segala bidang, misalnya: tinggi, besar, indah, konstruksi tambak yang dibangun biasanya di tempatkan di tepi jalan raya, di tempat yang bisa di lihat dari beberapa arah, bahkan tidak luput juga terkadang dibangun di dekat pemukiman masyarakat atau dengan kata lain membangun tambak ditanahnya sendiri yang dekat dengan rumah. Marga akan mendapat pujian dari masyarakat yang tinggal di bona pasogit daerah asal kelahiran. Persaingan dan penonjolan marga atau kelompok marga semakin jelas terlihat dan timbulah apa yang dinamakan dalam istilah Batak Toba Marsitoal-toalan saling menunjukkan kelebihan kelompok marganya. 61 Selanjutnya perlu dijelaskan sejauh mana partisipasi masyarakat Bona Pasogit dan masyarakat perantau terhadap realisasi pembangunan tambak. Secara umum kelompok sosial geneologis akan berpartisipai dalam pembangunan tambak nenek moyang. Anggota kelompok tersebut berpartisipasi tanpa memandang fungsi 60 Usman Pelly. 2004, Pengaruh Modernisasi terhadap Adat dan Budaya di Sumatera Utara, dalam Pelestarian Adat Masyarakat Etnik di Sumatera Utara . Cetakan Pertama, Medan: Forum Komunikasi Antar Lembaga Adat Sumatera Utara. Hal . 80-82. 61 Pasaribu ,op.cit hal 165 Universitas Sumatera Utara 85 tugasnya dalam masyarakat dan dalam badan pemerintahan baik di daerah maupun di luar daerah tanak Batak. Penduduk Bona Pasogit secara langsung terlibat kegiatan pengorganisasian , persiapan-persiapan melayani tamu dalam pesta membangun tambak secara langsung sampai mengikuti segala musyawarah yang berhubungan dengan pesta tambak. Perantau berpartisipasi dalam pengkordinarian di daerah rantau, sekaligus pembiayaan sebagian besar biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses pembangunan hingga pada akhirnya tambak itu dipestakan setelah selesai pembangunannya. Dukungan dan partisipasi yang diberikan oleh seorang anggota kelompok geneologis dapat ditafsirkan dalam dua tingkatan yaitu: 1. Partisipasi aktif Biasanya masyarakat Bona Pasogit terlibat secara langsung dalam persiapan- persiapan pesta sampai pada peresmian. Partisipasi aktif juga mencakup pengertian yang dilandaskan pada kesadaran pribadi akan manfaat yang diperoleh dari membangun tambak nenek moyangnya. Bagi perantau sendiri yang berpartisipasi aktif merasa menemukan pribadinya sendiri dalam kelompok geneologisnya, merasakan kekeluargaan, persahabatan dan persamaan berpikir, ikatan yang ditimbulkan bagi kelompok geneologis secara keseluruhan benar-benar kokoh dan dijiwai bersama. 2. Partisipasi pasif Keikutsertaannya hanya didasarkan karena dalam marga, dan kurang merasakan manfaat. Keikutsertaan ini hanya untuk menghindar dari sanksi sosial dari kerabat semarga yang akanl menganggap jika tidak bisa memberi biaya pembangunan Universitas Sumatera Utara 86 setidaknya berpartisipasi dalam tenaga. Biasanya apabila suatu kelompok marga tidak ikut berpartisipasi akan dianggap tidak memiliki rasa solidaritas untuk persatuan marga dan juga tidak menghormati leluhur yang telah memberikan rejeki bahkan berkat. Biasanya orang yang partisipasi pasif seperti ini tinggal di perantauan ataupun di Bona Pasogit daerah asal marga. Partisipasi pasif ini dimungkinkan oleh: - Kuatnya iman keagmaan. - Kurang memahami tuntutan adat. - Sudah benar-benar hidup dalam pembauran suku bangsa. - Terisolir dari kelompok marga atau keluarga. - Sudah memiliki identitas dan kepribadian yang kuat.

4.3 Dampak Penggalian Tulang-Belulang dan Pembangunan