62
terkait pada jabatan dan kedudukan yang memiliki kewibawaan yang kuat
.
Kewibawaan ini pun merupakan hasil perjuangan meraih kemajuan.
3.2.6
Hamajuon
Gerakan misi Kristen yang memasuki wilayah Toba pada pertengahan abad dan kehadiran penjajahan di wilayah Toba membawa perubahan mendasar terhadap
peningkatan taraf hidup orang Batak Toba. Gagasan-gagasan pembaharuan yang dibawa oleh misionaris membuka cakrawala wawasan yang luas orang Toba.
43
Pendidikan formal, gereja, dan pembangunan sarana kesehatan telah membuka isolasi kawasan budaya Toba. Kedatangan orang kulit putih yang membawa modernisasi dan
ajaran baru kepada orang Toba merupakan gerakan emansipasi yang antara lain berhasil menghapuskan perbudakan dan perang antar
huta.
3.2.7 Hukum
Patik dohot Uhum
Kesadaran hukum tradisional mengandung makna hukum religi sedangkan kesadaran hukum formal mengandung makna hubungan antar manusia. Hukum
tradisional adalah aturan yang datang dari
Debata Mulajadi Na Bolon
melalui nenek moyang
hula-hula
, yang mengatur kehidupan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya, sekaligus mengatur hubungan manusia dengan roh nenek moyang dan
Debata Mulajadi na Bolon
. Sedangkan hukum formal hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia. Ini menjadi lebih jelas, apabila kita baca ungkapan-
ungkapan tradisional tentang kesadaran hukum ini, yang antara lain menyebut sekuat- kuat hukum masih lebih kuat
padan
janji.
44
43
Irmawati, op.cit.hal . 128.
44
Irmawati, log.cit.hal . 131.
Universitas Sumatera Utara
63
Ungkapan tradisional tentang
padan
dan hukum di bawah ini memberikan kesan kadar nilai hukum dalam kehidupan orang Toba :
Dengke ni sabulan ‘Ikan dari sabulan’
Tonggi jala tabo ‘Manis dan enak’
Jolma siose padan ‘Orang pelanggar janji’
Ripur jala mago ‘Musnah dan lenyap’
Hapur di tangan do ahu ‘Kapur di tanganlah aku’
Napuran ni hallungan ‘Sirih di pikulan’
Na ingot di padan do ahu ‘Yang ingat di janjilah aku’
Ingot di paruhuman ‘Ingat di peraturan’
Ganjang jorat ni hoda ‘Panjang tali kekang kuda’
Sai talutuk do oloan ‘Selalu tapal batas yang di turuti’
Manang beha pe balga ni hata ‘Biar bagaimanapun besarnya perkataan’
Sai uhum pansohotan
45
‘Selalu hukumlah penyelesaian’ Diatas telah disinggung bahwa ada perubahan kekuatan
padan
dan hukum yang mengikat erat kesadaran hukum pada orang Batak Toba. Ungkapan di bawah ini
menjelaskan hal tersebut : Togu urat ni bulu
‘Kuat akar bambu’ Toguan urat ni padan
46
‘Lebih kuat akar ilalang’
45
T. M. Sihombing .,Op.cit.hal. 90.
46
Padan adalah perjanjian ikrar, yang disepakati oleh orang yang berjanji.
Universitas Sumatera Utara
64
Togu hata ni uhum ‘kuat kata hukum’
Toguan hata ni padan ‘Lebih kuat lagi kata ikrar’
Orang Batak Toba sangat tegas menindak orang yang terbukti melanggar hukum seperti dinyatakan dalam ungkapan di bawah ini :
Bulung ni bulu ‘Daun bambu’
Diparingat-paringat nihalak ‘Diretak-retakkan orang’
Molo soadong uhummu ‘Kalautak ada hukummu’
Tibu ma ho ditadingkon halak ’Cepat kau ditinggalkan orang’
Orang yang tidak mematuhi
patik dohot uhum
akan segera dikucilkan dari lingkungan masyarakatnya. Hukuman seperti ini merupakan hukuman yang amat
berat dalam kehidupan sosial orang Batak Toba membuat orang yang terkucil sangat terasing dan menderita.
3.2.8
Pengayoman
Kehadiran
pengayoman
dalam kehidupan orang Batak Toba adalah perlu. Namun demikian
pengayoman
menduduki tempat ke 8 dari 9 nilai budaya Batak Toba. Hal ini dapat di jelaskan dengan pengenalan lebih dekat hak dan kewajiban
pengayoman dalam kehidupan orang Batak Toba.
Pengayoman
adalah pemberi kearifan, pemberi kesejahteraan, pelindung yang ditaati, pencipta ketenteraman batin
dalam sistem kekerabatan
dalihan na tolu
diperankan oleh
hula-hula
. Kemandirian yang telah mendarah daging pada orang Batak Toba, menempatkan kedudukan
pengayoman menjadi sangat terhormat. Pengayom hanya diperlukan pada saat-saat yang kritis, Misalnya ketika yang diayomi mengalami penderitaan baik lahir maupun
batin.
Universitas Sumatera Utara
65
3.2.9 Konflik