Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa lampau manusia untuk sebagian besar tidak dapat ditampilkan kembali, bahkan mereka yang dikaruniai ingatan sekalipun tidak akan dapat menyusun kembali masa lampau secara utuh. Di dalam proses kehidupan manusia sudah tentu ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan manusia yang paling melekat dalam pikiran manusia sebagai sebuah kesan, sedangkan yang tidak meninggalkan kesan mendalam seringkali dilupakan oleh manusia sebagai suatu peristiwa sejarah. Dengan demikian, sebenarnya peristiwa sejarah baik yang berkesan maupun yang tidak berkesan dalam pikiran manusia secara moral merupakan tanggung jawab sejarawan untuk mengeksplorasikan untuk direkonstruksi menjadi sebuah historiografi. 1 Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik bersama dengan proses belajar dari keseluruhan budi pekertinya. 2 Kebudayaan mengandung unsur-unsur yang universal sekalian merupakan isi dari kebudayaan yang ada di dunia yaitu: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian 1 Koentjaraningrat, Metode- metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1983, hal. 27 2 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1983, hal 195. Universitas Sumatera Utara 13 hidup, dan sistem teknologi dan peralatan. 3 Masyarakat yang berbudaya hidup dari berbagai faktor yang menentukan cara kehidupan masyarakat itu sendiri. Seseorang yang memiliki perilaku berdasarkan nilai-nilai budaya, terutama nilai moral dan etika maka akan disebut sebagai manusia yang berbudaya. Nilai-nilai kebudayaan ini kemudian merupakan dasar yang spesifik untuk mengharapkan orang-orang bertingkah laku secara benar pada waktu yang tepat. Budaya menjadi pengikat diri individu-individu yang memberi ciri khas keanggotaan suatu kelompok yang berbeda dengan individu-individu dari kelompok budaya lain. Para etnosains 4 percaya bahwa ideologi sebuah masyarakat terhadap prinsip itu biasanya dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup komunitasnya. 5 Masyarakat Batak Toba adalah salah satu masyarakat berbudaya yang dikenal di Indonesia. Masyarakat Batak Toba mengakui kehidupan sosial mereka tidak dapat terlepas dari kebudayaan yang dimiliki. Konsep Hamoraon , Hagabeon dan Hasangapon kekayaan, kemuliaan dan keberhasilan merupakan hal-hal yang sangat diidam-idamkan orang Batak. Hal ini sangat terlihat jelas dari ketaatan melaksanakan berbagai upacara adat merupakan cara yang harus ditempuh untuk menjamin tercapainya tujuan yang dimaksud. Dengan melakukan pemujaan kepada roh dari para leluhurnya, maka roh-roh tersebut akan memberkati segala yang dikerjakannya. Bagi masyarakat Batak Toba di 3 Ibid , hal. 124. 4 Etnosains kurang lebih berarti pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau lebih tepat lagi suatu suku bangsa atau kelompok sosial tertentu dimana penekanannya di sini adalah pada sistem atau perangkat pengetahuan, yang merupakan pengetahuan yang khas dari suatu masyarakat, karena berbeda dengan pengetahuan masyarakat yang lain. 5 William Haviland, Antropologi, Jilid II, Edisi keempat, Jakarta: Erlangga Ihromi, 1998, hal.13. Universitas Sumatera Utara 14 Sumatera Utara, mengangkat martabat sebuah marga itu merupakan hal yang penting. Salah satunya dengan melaksanakan ritual mangongkal holi 6 memindahkan tulang belulang leluhur, bangunan permanen yang di khususkan untuk orang meninggal dan kerangka manusia untuk dikumpulkan di satu tempat baru yang lebih baik yang disebut Tambak . Masyarakat Batak Toba percaya bahwa kematian bukan akhir perjalanan hidup, namun justru tahap untuk mencapai kesempurnaan. 7 Lewat rangkaian mangongkal holi ini maka akan tercapai hasangapon , atau kemuliaan sebuah keturunan marga. Dengan kehidupan masyarakat yang makmur masyarakat Batak Toba dapat mendirikan Tugu. Tugu pada umumnya adalah sebuah bangunan peringatan, akan tetapi pada masyarakat Batak Toba istilah Tugu lebih mendekati arti yang sering disebut tambak . Bagi masyarakat Batak mendirikan Tambak menjadi sangat penting karena masyarakat Batak masih mempercayai adanya hubungan orang yang masih hidup dengan orang yang sudah meninggal. Jadi, dalam tulisan ini penulis selanjutnya akan menggunakan kata tambak . Tambak merupakan bagian penting bagi kebudayaan Batak Toba. Berbagai upaya dilakukan kelompok marga untuk dapat mendirikannya. Semakin mewah bentuknya dan semakin besar ukurannya, maka semakin bangga kelompok yang memilikinya. Mendirikan tambak sangat penting, karena sebagian orang Batak Toba 6 Mangongkal Holi panangkok saring-saring merupakan salah satu upacara adat suku batak toba. “Mangongkal ” artinya menggali,Sedangkan ”Holi” artinya adalah Tulang, makan dapat dikatakan Mangongkal Holi adalah mengggali Tulang. Mangongkal Holi berasal dari kultur Batak Toba Pra-Kristen Yang menganggap upacara ini perlu sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada orang tua atau leluhur yakni dengan meninggikan posisi tulang belulang di atas tanah khususnya di bukit yang tinggi dan batu yang keras. 7 Basyral Harahap dan Hotman Siahaan Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak, Jakarta:Sanggar William Iskandar, 1987, hal.15. Universitas Sumatera Utara 15 masih mempercayai adanya hubungan manusia dengan roh orang yang sudah meninggal. Kemegahan tambak dan besarnya biaya pesta tambak merupakan sarana marga itu untuk menunjukkan kehebatan mereka di hadapan marga lainnya. Masyarakat Batak Toba sangat bersemangat untuk menunjukkan kehebatan masing-masing marga mereka. Kemegahan tambak merupakan sarana untuk menunjukkan ketinggian gengsi sosial social prestige terhadap marga-marga lainnya. Cara tersebut ditempuh sebagai salah satu jalan untuk memperoleh pengakuan dari marga lain akan kehebatan atau kemuliaan marganya. Masyarakat Batak Toba untuk menunjukan kehebatan marga mereka di depan marga lainnya ada nilai-nilai yang dipegang yang mendasari motif- motif penentu keberhasilan Suku Batak. Ada tiga bentuk motif pada individu yang mempengaruhi filsafat hidup masyarakat Batak Toba ketiga motif itu, yaitu 1 achievement motive 2 power motive dan 3 affiliation motive . 8 Atau lebih kita kenal dengan istilah motif prestasi, motif kekuasaan dan motif persatuan. Ini menunjukkan bahwa meskipun suku bangsa Batak Toba mayoritas penduduknya hanya bermata pencaharian sebagai petani dengan kehidupan yang sederhana, mereka memperlihatkan kompetensi akademis dan kebutuhan berprestasi yang sangat besar. Masyarakat Batak Toba meletakkan pendidikan sebagai hal yang utama dalam kehidupan mereka. Antara keluarga Batak Toba yang satu dengan yang lainnya saling 8 Irmawati , Nilai-Nilai yang Mendasari Motif-Motif Keberhasilan Suku Batak, studi psikologi ulayat, Disertasi, 2007. Universitas Sumatera Utara 16 berkompetisi dalam menyekolahkan anak-anaknya. Dengan pendidikan yang tinggi, orang Batak Toba semakin mudah untuk menembus kesuksesan. Nilai-nilai hamoraon, hagabeon, dan hasangapon mengandung prinsip menguasai yang dalam bentukan psikologis menumbuhkan motif untuk mempengaruhimenguasai orang lain the power motive dan motif untuk berprestasi the achievement motive . The power motive dan the achievement motive berada dalam satu kesatuan, kesatuan yang saling berinteraksi dan bersifat melengkapi karena hanya dengan menunjukkan prestasi, seorang individu Batak Toba akan memiliki pengaruh. Selanjutnya, maka the affiliation motive merupakan motif untuk penyatuan dan menunjukkan kehebatan satu kelompok tertentu. Pada akhirnya dari penyatuan ini sering menghadapi kompetisi dan konflik yang merupakan satu kesatuan yang saling berinteraksi. Masyarakat Batak Toba sangat ingin menunjukkan bahwa dari keturunan marganya telah banyak yang memiliki pendidikan tinggi, kekayaan, jabatan, dan berbagai kehebatan lainnya. Untuk menunjukkan kehebatan satu marga dalam masyarakat maka muncul ide untuk membangun kubur tambak orang tua mereka. Membangun tambak juga tidak terlepas dari keikutsertaan sanak saudara yang berada di tanah perantauan. Bagi sanak saudara yang berada di perantauan, keikutsertaan mereka ke dalam acara pesta tambak itu, juga merupakan kesempatan untuk memamerkan kehebatan dan keberhasilan mereka di perantauan. Kepada kerabat marga mereka yang berada di Bona Pasogit daerah asal pertama marga. Semangat melakukan “pameran gengsi sosial” ini telah menimbulkan dorongan di Universitas Sumatera Utara 17 tengah-tengah orang Batak Toba untuk melaksanakan pesta pembangunan tambak marganya dengan sehebat mungkin. Mereka ingin menunjukkan bahwa marganya tidak kalah dengan marga-marga lainnya, bahkan kalau bisa menunjukkan bahwa marga mereka jauh lebih hebat dari marga lainnya. Jika ditelusuri di sepanjang jalan lintas sumatera di kawasan Tobasa, Taput, dan Samosir begitu banyak bangunan tambak orang Batak di sepanjang pinggir jalan dengan aneka ragam desain bermunculan, bersaing menjadi yang paling mewah. Bentuknya beraneka ragam, bahkan banyak yang tampak megah dan unik. Padahal sebelumnya makam asli keluarga Batak cukup hanya ditandai dengan pohon beringin. Orang bahkan banyak yang sudah lupa bahwa istilah makam Batak yang asli adalah tambak . Pembangunan tambak juga terdapat dan berkembang di kecamatan Porsea, di desa Tangga Batu I, Porsea yang mayoritas dihuni masyarakat Batak Toba. Masyarakat di desa ini juga menghormati para leluhurnya dengan cara membangun tambak peringatan terhadap leluhurnya. Meskipun pada awalnya desa Tangga Batu I ini mayoritas berpenghasilan dari pertanian tetapi dengan adanya pembangunan industri di desa ini memacu semakin majunya perekonomian desa ini dan pendapatan masyarakat bertambah. Pembangunan industri yang dimulai tahun 1986 pada akhirnya tidak hanya memajukan perekonomian, akan tetapi juga memajukan pola pikir dan perkembangan pendidikan masyarakat. Dari uraian diatas, penulis tertarik mengangkat topik ini untuk diteliti apa motif masyarakat Batak Toba yang berada di desa Tangga Batu I membangun tambak orang yang sudah meninggal dengan begitu megah. Berdasarkan uraian di atas Universitas Sumatera Utara 18 penulis membuat Judul: Pembangunan Tugu Tambak di Desa Tangga Batu I Kecamatan Porsea 1986 – 2005. Adapun cakupan temporal ditentukan pada tahun 1986 berdasarkan pada awal pembangunan dan beroperasi pabrik Inti Indorayon Utama atau nama baru yaitu PT. Toba Pulp Lestari,Tbk yang menjadi faktor pemicu semakin berkembangnya perekonomian masyarakat pada masa itu. Tahun penelitian ini di akhiri pada tahun 2005 yang merupakan tahun diadakannya pemekaran wilayah sebagai bentuk realisasi otonomi daerah.

1.2 Rumusan Masalah