Hasil Penelitian yang Relevan

bawah pimpinan Arrasulli Karisulli dan Jalaluddin La Mbila. Ekspedisi ini berhasil mengalahkan kejahatan Salisi, Salisi bersama pengikutnya berhasil melarikan diri sampai ke Dompu. Ia terus dikejar oleh pengikut Abdul Kahir hingga Salisi terpaksa melarikan diri ke Desa Mata wilayah Sumbawa dan tinggal di Mata sampai dia meninggal. 82 Setelah berita kemanangan Jamaluddin La Mbila terdengar di Makassar, maka Sultan Makassar II Muhammad Said anak Sultan Alauddin pengganti ayahnya yang telah meninggal mengirimkan Abdul Kahir dan Bumi Jara Awaluddin kembali ke tanah tumpah darah Bima tercinta dan setelah tiga bulan kemen angan ekspedisi ketiga, yaitu pada tanggal 15 Rabi’ul Awal 1050 5 Juli 1640 M Sultan Abdul Kahir dinobatkan sebagai Sultan Bima I oleh Majelis Hadat Dana Mbojo dan mulai saat itu berdirilah Negara Islam yang bernama Kesultanan berdasarkan ajaran Islam dan adat sistim budaya yang Islami. 83 Jadi walaupun Islam di tanah Bima telah tersiar sejak abad XVI, namun baru diproklamirkan secara resmi pada abad XVII yaitu 5 Juli 1640 M. yang sampai sekarang dijadikan sebagai hari jadi Bima.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail, penulis berusaha melakukan kajian terhadap beberapa pustaka ataupun hasil pemelitian yang relevan dengan topik penulisan karya ilmiah ini. Buku-buku dan karya ilmiah yang sebelumnya pernah ditulis dan ditelusuri sebagai bahan perbandingan maupun rujukan dalam penulisan karya ilmiah ini, yakni: Dalam skripsi yang berjudul Pergeseran Budaya Rimpu Cadar ala Mbojo dan Pengarugnya terhadap Pendidikan Akhlak Remaja. Ditulis oleh Hanafi di Institut PTIQ Jakarta pada tahun 2008. Inti pembahasan dalam skripsi ini adalah Membahas tentang bagaimana budaya Bima Mbojo yang dikenal dengan budayanya yang kental dengan warna Islam sehingga apapun bentuk budaya dan kebiasaan asing sulit 82 M. Hilir Ismail, Peran Kesultanan Bima..., h.60 83 M. Hilir Ismail, Peran Kesultanan Bima..., h.81 PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools untuk masuk ke dalam kebiasaan masyarakat Mbojo setempat masa dulu. Dalam hal pakaian atau style, dou Mbojo dikenal dengan pakaiannya yang longgar dan menutup aurat yang disebut dengan Budaya “Rimpu 84 ”. Budaya ini adalah budaya yang secara turun temurun yang diwasiatkan oleh nenek moyang Dou Mbojo terdahulu yang diproklamirkan sebagai budaya Mbojo yang Islami sejak tahun 1640 M. yang dipertahankan dan dilestarikan hingga sekarang karena budaya Rimpu ini terbukti mampu merubah dan menjaga kaum wanita dewasa hawa suku Mbojo dari hal-hal yang tidak diperkenankan oleh Islam seperti memamerkan aurat kepada yang bukan mahram dan hal-hal yang berbau maksiat dan mampu menjadikan gadis-gadis suku Mbojo sebagai perempuan yang berakhlak mulia. Budaya Rimpu ini sejalan dengan budaya dan kewajiban dalam Islam yaitu kewajiban menutup aurat atau berhijab berjilbab yang dalam Al- Quran dan Hadis Nabi banyak kita jumpai perintah berjilbab atau menutup aurat, larangan memperlihatkan aurat kepada bukan mahram, berpakaian yang berbentuk ketat dan sejenisnya. Dalam buku yang berjudul Pantun Melayu; Titik Temu Islam dan Budaya Lokal Nusantara yang ditulis oleh Abd. Rachman Abror yang berisi 400 halaman dan dicetak pada tahun 2009. Buku ini membahas tentang bagaimana pantun merupakan salah satu generasi puisi Melayu tradisional yang paling akrab dengan kehidupan orang Melayu. Demikian dekatnya hubungan pantun dan manusia Melayu sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pantin adalah Melayu dari segi manusia dan dunianya. Karena itu, pantun menjadi sarana yang paling efektif dalam mendokumentasikan dan mensosialisasikan nilai-nilai luhur agama dan adat kepada masyarakat Melayu. Ajaran-ajaran kehidupan dan agama disampaikan dengan sesuatu kebiasaan masyarakat dan yang masyarakat senangi yaitu dengan berpantun. Menyampaikan beberapa ajaran agama dengan berpantun, masyarakat yang mendengarkan ajaran-ajaran yang disampaikan mudah dipahami sehingga dapat dilaksanakannya. 84 Rimpu adalah sejenis kerudung yang berbentuk cadar dari sarung tradisional kain tenun yang dipakai oleh kaum hawa untuk menutup aurat ketika meninggalkan kediaman. PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools Perbedaan dari tulisan pertama di atas dengan apa yang penulis teliti adalah terletak pada subyek yang diteliti yang pertama membahas tentang budaya rimpu cadarjilbab ala Bima sedangkan penulis membahas tentang budaya Bima lainnya yaitu ziki guru bura syair tasawuf yang terdapat di Bima. Yang membedakan dengan karya yang kedua di atas adalah obyek atau sasaran dari yang diteliti dan fokus pembahasannya.

C. Kerangka Berfikir