Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sarana untuk membentuk, dan mengembangkan karakteristik manusia yang yang tangguh dan unggul dalam ilmu pengetahuan intelektualitas, amal, ibadah, harta kekayaan, sikap dan terlebih prilaku-sopan santun kepada diri, keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar. Tanpa pendidikan yang memadai, manusia akan jatuh harkat dan martabatnya dihadapan manusia lain, karena pendidikan adalah upaya untuk mewujudkan eksistensi diri dan menumbuh-kembangkan kedewasaan melalui penanaman pengetahuan, nilai- nilai kebudayaan dan keagamaan serta sebagai bekal untuk hidup di masa yang akan datang dibawah bimbingan seorang pendidik. Karena pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam rangka untuk membina dan mengararahkan peserta didik guna menjadikan peserta didik menjadi manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, berkarakter, bertanggungjawab, bijak, dan berakhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan orang lain. Secara lebih filosofis Muhammad Natsir menerangkan dalam tulisannya Ideologi Pendidikan Islam sebagaimana yang dikutip oleh Azyumadri Azra, menyatakan bahwa : “yang dinamakan pendidikan adalah suatu PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools pimpinan jasmani dan rohani menuju kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya ”. 1 Akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia. Berakhlak mulia sebagai salah satu dari kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya dan sebagai salah satu tujuan pendidikan juga sebagai refleksi kehidupan bermasyarakat yang berperadaban. Maka sandaran umat Islam dalam mengambil contoh figur yang terbaik dalam akhlak adalah Rasulullah saw. Beliau adalah sebaik-baiknya manusia yang pernah hidup di dunia karena akhlaknya beliau adalah akhlak al-Quran dan langsung dididik oleh Sang Maha Pendidik. Sebagaimana firman Allah:     “Dan sesungguhnya kamu Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang agung. ” Q.S. Al-Qalam68 ayat 4. Dan penjelasan tentang akhlak Nabi juga banyak diterangkan oleh hadits beliau, diantaranya yang paling populer adalah : “Sesungguhnya Aku Muhammad diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. H.R. Malik. Akhlak sebagaimana menurut Imam al-Ghazali seperti yang dikutip oleh Ahmad Mustofa merupakan perbuatan yang lahir secara reflek dan tiba dari seseorang tanpa pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu, 2 mempunyai peran yang sangat signifikan dalam mencapai keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt., dan menggapai kebahagiaan baik sebagai individu maupun masyarakat. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: “Bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan kepada pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan kepada Tuhan 1 Azyumardi Azra, Pendidikan Isam Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002, cet. IV, h. 4 2 Ahmad Musthafa, Akhlaq Tasawuf, Bandung; Pustaka Setia, 1997, cet. V, h. 11-12 PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. ” 3 Dengan merujuk pernyataan di atas, bahwasannya berakhlak mulia sangatlah sulit untuk ditimbulkan karena perlu proses yang sangat panjang dan dengan proses yang berkelanjutan, tidak boleh setengah-setengah. Karena pembentukan akhlak yang mulia itu tidak segampang membalikkan telapak tangan. Menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik adalah proses belajar, pembelajaran, dan pendidikan yang guru sebagai pendidik harus kompeten dan mampu menciptakan susana pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga hasil belajar yang didapatkan bisa maksimal dan dapat mereka peserta didik optimalkan secara baik. Berangkat dari tujuan pendidikan di atas kalau dibandingkan dengan keadaan masyarakat Indonesia sekarang ini, sangat jauh dari kata berakhlak mulia. Karena kita lihat fenomena yang terjadi di sekitar kita banyak terjadi kerusuhan, korupsi, pelecehan seksual, penjarahan, pemakaian obat-obatan terlarang, minum minuman keras, free sex menjadi tren generasi muda sekarang, hamil diluar nikah dan aborsi sudah menjadi biasa dan bahkan tawuran antar pelajar menjadi kebanggan tersendiri. Fenomena-fenomena seperti itu membangkitkan rasapenasaran yang amat mendalam di hati sanubari penulis, sehingga penulis membaca kembali karya- karya yang telah ditulis oleh para pendidik yang telah berpengalaman dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan peserta didik dengan semaksimal mungkin dan juga menelaah kembali kecerdasan dan kearifan lokal local wisdem yang mulai lemah dan tercabut dari akar budayanya oleh datangnya westernisani dan modernisasi pendidikan yang berorientasi pada lieralisasi dan kapitalisasi pendidikan. Kita cenderung lupa dan meninggalkan warisan leluhur kita yang sangat berharga, sehingga kita tidak tahu lagi apa yang telah diwariskan oleh para leluhur kita dahulu. Padahal kita menikmati hidup sekarang berkat kerja keras yang 3 Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006, h. 3-4 PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools dilakukan oleh para leluhur dan pelaku sejarah di masa lalu. Bukankah kita tahu dan sering kita dengar sebuah pepatah “belajarlah dari pengalaman, karaena pengalaman adalah guru yang terbaik”, baik itu pengalaman pribadi atau orang lain. Karena pengalaman itu adalah sejarah, sesuatu yang telah terjadi. Apa jadinya kalau masyarakat kita sampai tidak menghargai sejarah bangsa. Masyarakat zaman sekarang bisa hidup seperti sekarang karena adanya sejarah yang telah dibuat oleh para pelaku sejarah di masa lalu. Bangsa yang arif dan bijak adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya. Bangsa-bangsa yang hidup di masa lalu mengalami puncak kejayaannya karena senantiasa belajar dari masa lalu. Firman Allah swt.:         ”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang- orang yang mempunyai akal.” Q.S. Yusuf12 ayat 111. Abraham Lincoln mantan president Amerika pernah mengatakan seperti yang dikutip oleh Ghazali Ama La Nora bahwa “one can not escape history” tidak ada satu orang pun yang bisa menghindari sejarah. Dan dipertegas oleh mantan president Indonesia, Soekarno; “Bukan saja tidak mungkin menghindar dari sejarah, tetapi jangan sekali- kali kita meninggalkan sejarah.” 4 Bahkan dalam buku Soerakrno The Leadership Seckrets Of yang dikutip oleh Argawi Kandito bahwa Soekarno juga pernah mengatakan “JASMERAH” jangan sekali- kali melupakan sejarah. 5 Akan tetapi tidak sedikit diantara kita yang terlalu silau dengan kemajuan yang ditimbulkan oleh negara-negara modern dan mengkonsumsinya dengan mentah, karena yang seperti itu juga belum tentu cocok dengan kebiasaan dan karakteristik bangsa kita. Masyarakat kita yang terlalu banyak mengkomsumsi berbagai paham dan budaya dari luar, mengakibatkan masyarakatnya cenderung 4 Ghazali Ama La Nora, Mutiara Donggo; Biografi Perjuangan Tuan Guru Abdul Majid Bakry, Jakarta: NCI Perss, 2008, h.24 5 Argawi Kandito, Soekarno ”The Leadership Secrets Of” Depok: Oncor Semesta Ilmu, 20011, cet. I, h. vi PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools mengenyampingkan dan meninggalkan paham dan budaya bangsa dan daerahnya. Bahkan tidak sedikit masyarakatnya yang lupa dan tidak tahu bagaima kecendrungan dan kebudayaan yang telah ditanamkan oleh para tokoh dan pendahulu mereka. Dan tidak sedikit juga masyarakatnya yang melenceng dari koridor kehidupan berbudaya dan bermasyarakat. Padahal nilai-nilai kearifan lokal local wisdom yang telah diciptakan oleh para pendahulu kita dari berbagai suku dan budaya yang tersebar luas diseluruh nusantara ini telah menjadi pegangan dan sandaran masyarakat Indonesia, terlebih khusus penulis menitik beratkan pada karakteristik masyarakat Mbojo 6 Bima NTB dalam menerjemahkan dan memahami pesan-pesan pendidikan yang pernah diciptakan oleh tokoh-tokoh yangpernah hidup di Mbojo yang menggambarkan bentuk dari kehidupan masyarakatnya pada zaman dahulu yang tidak bertentangan dengan model kehidupan sekarang, dan bisa sejalan bahkan masyarakat Mbojo sekarang bisa menjadikannya contoh mengembangkannya, yaitu salah satunya adalah dziki guru bura, sehingga bisa dikembangkan sebagai konsep pendidikan yang bermoral dan dapat menciptakan generasi bangsa yang berakhlak mulia, jujur, bertanggungjawab, dan berkarakter. Menurut Ahmad Tafsir : “Karakter itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak dalam pandangan Islam adalah kepribadian.kepribadian itu kompenennya ada tiga, yaitu tahu pengetahuan, sikap, dan prilaku. Yang dimaksud dengan kepribadian utuh adalah bila penhetahuan sama dengan sikap dan prilaku. Dan kepribadian pecah adalah bila pengetahuan sama dengan sikap, tapi tidak sama dengan prilakunya. Atau pengetahuan tidak sama dengan sikap, dan tidak sama dengan prilaku.” 7 Penulis beranggapan bahwa kehancuran moral bangsa ini akibat dari pola pendidikan yang tidak seimbang antara pengembangan intelektualitas dengan peningkatan budipekerti akhlak mulia, walaupun dalam undang-undang kita tercantum jelas bahwa proses pendidikan bertujuan untuk menciptakan manusia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan berbudipekerti luhur, sehingga 6 Ada yang mengatakan Mbojo itu berasal dari bahasa Jawa, yaitu bojo yang artinya pasangan. Ada juga yang mengatakan Mbojo itu berasal dari bahasa lokal, yaitu babuju yang artinya berbukit-bukit. Dan untuk selanjutnya penulis akan menelitinya. 7 Abdul Majid Dian Andayani, Pendidikan Karakter Berspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 20011, cet. I, h. iv PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools mereka peserta didik bisa berguna bagi kehidapan bermasyarakat, agama dan bangsa, tapi hal itu hanya ada dalam tulisan saja. Kenyataan yang kita dapatkan di lapangan sangat berbeda dari apa yang kita harapkan. Pendidikan yang ada sekarang hanya cenderung mengembangkan ranah kognitifnya saja tanpa menghiraukan sisi afektifnya. Yang lebih pahit lagi, para pendidik juga tidak jarang hanya mengejar untuk menyampaikan materi pengajaran tentang akhlak. Padahal pendidikan akhlak bukanlah rangkaian teori dan materi yang susah, sehingga terkesan menakutkan bagi peserta didik. Akan tetapai akhlak adalah contoh praktis dari seorang pendidik yang lahir dari hati sanubari yang suci tanpa dibuat-buat, sehingga harapan itu akan menjadi sebuah kenyataan dan bukan harapan yang kosong. Pada level keluarga, sekolah dan masyarakat pendidikan akhlak bertumpuk pada figuritas yang akan memberikan warna terhadap pola perilaku anak peserta didik, dalam hal ini Azyumardi Azra memberikan tiga cara untuk meningkatkan nilai-nilai moral dan akhlak, yaitu: “Pertama, menerapkan pendekatan modeling atau exemplary atau uswatun hasanah. Yakni, mensosialisasikan lingkungan sekolah untuk menghidupkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model dan keteladanan. Setiap guru dan tenaga kependidikan lain di lingkungan sekolah hendaknya mampu menjadi uswah hasanah yang hidup living exemplary bagi setiap peserta didik; Kedua menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik secara terus terang tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk; Ketiga menerapkan pendidikan berdasarkan karakter character based education. Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan character based approach ke dalam setiap pelajaran yang ada disamping matapelajaran- matapelajaran khusus untuk pendidikan karakter, seperti pelajaran agama, sejarah, pancasila dan sebagainya. ” 8 Penulis tidak memprioritaskan terhadap moderenitas pandidikan, baik yang bersumber dari Barat maupun dari Timur. Akan tetapi penulis ingin menggabungkan keduanya, agar kita menjadi manusia yang menghargai warisan leluhur yang selaras dengan ajaran Islam dan sekaligus terbuka terhadap pandangan baru. 8 Azyumardi Azra, “Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokrastisasi” Jakarta: Kompas, 2006 , h. 176-177. PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools Maka dari penjelasan tersebut diatas dan keinginan untuk melestarikan warisan budaya yang luhur penulis mengangkat judul skripsi ini yaitu: “KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FALSAFAH ZIKI GURU BURA PADA MASYARAKAT MBOJO BIMA, NTB ”

B. Identifikasi Masalah