20 program pendidikan dan pelatihan; f. sebagai gambaran prinsip dasar
praktik audit internal yang seharusnya. SPAI 2004:6 menyebutkan bahwa standar perilaku auditor internal
dimuat di dalam kode etik yang ditetapkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal. Standar perilaku tersebut membentuk prinsip-
prinsip dasar dalam menjalankan praktik audit internal. Pelanggaran terhadap standar perilaku dapat mengakibatkan dicabutnya keanggotaan
auditor internal dari organisasi profesinya. Untuk itu auditor internal diharuskan untuk mengusahakan berbagai upaya agar selalu mematuhi dan
melaksanakan Standar Profesi Audit Internal.
5. Profesionalisme
Salah satu syarat utama yang harus dimiliki seorang auditor dalam menjalankan tugasnya adalah mempertahankan sikap profesionalisme
Prabhawa dkk, 2014. Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri
suatu profesi atau yang profesional. Menurut Putri dan Suputra 2013, profesionalisme adalah sikap tanggung jawab dari seorang auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan auditnya dengan keikhlasan hati sebagai seorang auditor dan tidak semata-mata melihat pekerjaan tersebut merupakan suatu
profesi atau bukan. Prabhawa dkk 2014, auditor yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang
dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Baotham 2007 dalam Futri dan
21 Juliarsa 2014, mengatakan bahwa profesionalisme auditor mengacu pada
kemampuan dan perilaku profesional. Kemampuan didefinisikan sebagai pengetahuan, pengalaman, kemampuan beradaptasi, kemampuan teknis,
dan kemampuan teknologi, dan memungkinkan perilaku profesional auditor untuk mencakup faktor-faktor tambahan seperti transparansi dan
tanggung jawab, hal ini sangat penting untuk memastikan kepercayaan publik.
SPAI 2004:7, auditor internal tidak boleh menerima imbalan dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok, ataupun mitra
bisnis organisasinya, sehingga dapat mempengaruhi pertimbangan profesionalnya. SPAI 2004:9-10 menyebutkan bahwa dalam menerapkan
kecermatan profesional auditor internal perlu mempertimbangkan: a. Ruang lingkup penugasan.
b. Kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan. c. Kecukupan dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan
proses governance. d. Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan.
e. Penggunaan teknik-teknik audit berbantuan komputer dan teknik- teknik analisis lainnya.
Profesionalisme meliputi kemampuan penguasaan baik secara teknis maupun secara teoritis bidang keilmuan dan ketrampilan yang
berhubungan dengan tugasnya sebagai pemeriksa Prabhawa dkk, 2014.
22 Menurut Hall 1968 dalam Wahyudi dan Mardiyah 2006 terdapat
lima dimensi profesionalisme, yaitu: a.
Pengabdian pada profesi Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme
dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimilki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan
ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai
tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang
diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi.
b. Kewajiban sosial
Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun
profesional karena adanya pekerjaan tersebut. c.
Kemandirian Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang
profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi.
Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.
23 d.
Keyakinan terhadap peraturan profesi Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang
paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam
bidang ilmu dan pekerjaan mereka. e.
Hubungan dengan sesama profesi Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan
profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan.
Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional.
Konsep yang dikembangkan oleh Hall di atas banyak digunakan oleh para peneliti untuk mengukur profesionalisme dari profesi auditor internal yang
tercermin dari sikap dan perilaku, yaitu perilaku profesionalisme adalah refleksi
dari sikap
profesionalisme dan
demikian sebaliknya
Cahyasumirat, 2006. Sumardi 2001, auditor harus selalu meningkatkan profesionalisme
sehingga mereka accountable baik terhadap mereka sendiri maupun terhadap orang lain. Oleh karena itu pendidikan profesional berkelanjutan
mutlak diperlukan baik menyangkut komputerisasi data, kompleksitas transaksi, pendekatan-pendekatan terbaru di bidang audit maupun
perubahan drastis di bidang keuangan yang menyangkut pengukuran nilai mata uang. Menurut Morrow dan Goetz 1988 dalam Sumardi 2001,
24 mengatakan bahwa pandangan profesionalisme penting untuk dijelaskan
dan profesionalisme merupakan bentuk lain dari komitmen kerja.
6. Komitmen Organisasi