14 melibatkan aspek-aspek keprilakuan manusia terkait dengan proses
pengambilan keputusan ekonomi. Larasati dan Laksito 2013 menyatakan bahwa akuntansi keperilakuan mempertimbangkan antara perilaku
manusia dan sistem akuntansi, menggambarkan dimensi-dimensi sosial dan budaya pada suatu organisasi sehingga menjadi pelengkap untuk
informasi keuangan yang dilaporkan oleh para akuntan. Menurut Zahroh 2011 penelitian adalah jembatan antara teori dan
praktik. Ada teori-teori keperilakuan, kemudian dihubungkan dengan praktik-praktik yang terjadi di akuntansi melalui penelitian, maka upaya
menjembatani itu terjadi. Teori yang sudah terkonfirmasi, bisa menjadi panduan untuk menjelaskan dan fenomena dunia nyata. Penelitian ini
mengkaji tentang aspek perilaku manusia seperti profesionalisme, komitmen organisasi, stres kerja, dan kinerja auditor internal. Diharapkan
penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan praktek- praktek akuntansi di Indonesia.
2. Teori Sikap dan Perilaku
Dalam Cahyasumirat 2006, teori sikap dan perilaku dikembangkan oleh Triandis 1971 menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh sikap,
aturan-aturan sosial dan kebiasaan. Sikap terdiri dari komponen kognitif yaitu keyakinan, komponen afektif yaitu suka atau tidak suka, berkaitan
dengan apa yang dirasakan dan komponen perilaku yaitu bagaimana seseorang ingin berperilaku terhadap sikap. Sikap menurut Fishbein dan
Jazzen 1975 menyatakan: 1 sikap dapat dipelajari, 2 sikap
15 mendefinisikan predisposisi kita terhadap aspek-aspek yang terjadi di
dunia, 3 sikap memberikan dasar perasaan bagi hubungan antara pribadi kita dengan orang lain, 4 sikap diatur dan dekat dengan inti kepribadian.
Menurut Robbins 2003 sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan maupun tidak tentang obyek, orang, atau peristiwa. Sikap
mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu Cahyasumirat, 2006.
Sikap memberikan pemahaman tentang tendensi atau kecenderungan untuk bereaksi. Sikap bukan perilaku tetapi lebih pada kesiapan untuk
menampilkan suatu perilaku, sehingga berfungsi mengarahkan dan memberikan pedoman bagi perilaku. Pemahaman terhadap perubahan
sikap karyawan akan membantu pihak manajemen dalam memprediksi perilaku kerja dan mengantisipasi sikap negatif yang dapat menghambat
perusahaan Khikmah, 2005.
3. Audit Internal
Definisi audit internal menurut Sawyer, et. al., 2009:10 adalah: Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda- beda dalam organisasi untuk menentukan apakah 1 infomasi keuangan
dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; 2 risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; 3 peraturan
eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; 4 kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; 5 sumber
daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan 6 tujuan organisasi telah dicapai secara efektif-semua dilakukan dengan tujuan
untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
16 Dalam Boynton, et. al., 2003:491 Institute of Internal Auditors
IIA mendefinisikan auditing internal sebagai: Auditing internal adalah aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi
yang independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Auditing internal membantu organisasi
mencapai tujuannya dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan efektivitas proses
manajemen risiko, pengendalian, dan pengelolaan.
IIA memperkenalkan Standards for the Professional Practice of Internal Auditing-SPPIA Standar yang berisi definisi berikut ini:
Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya
sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan dalam Sawyer, et. al., 2009:8-9.
Hiro Tugiman 1995 mengemukakan internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian independen dalam
suatu organisasi yang bertujuan menguji dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan organisasi. Tujuan dari pemeriksaan internal adalah
membantu para anggota organisasi dalam keefektifan pelaksanaan tanggungjawabnya. Oleh karena kegiatan audit internal dilaksanakan di
lingkungan yang berbeda-beda dan pada organisasi-organisasi yang tujuan, ketentuan, dan kebiasaan yang berbeda, maka akan mempengaruhi
pelaksanaan audit internal di masing-masing lingkungan. Sawyer, et. al., 2009:7-8 menyebutkan tanggung jawab utama
auditor eksternal adalah memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Sedangkan auditor internal memberikan informasi yang
diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara
17 efektif. Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk
menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan.
Berikut merupakan perbedaan utama antara auditor internal dan eksternal:
Tabel 2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Eksternal
Auditor Internal Auditor Eksternal
Merupakan karyawan perusaahaan atau bisa saja merupakan entitas
independen. Merupakan orang yang independen
di luar perusahaan.
Melayani kebutuhan
organisasi, meskipun fungsinya harus dikelola
oleh perusahaan. Melayani
pihak ketiga
yang memerlukan informasi keuangan
yang dapat diandalkan. Fokus pada kejadian-kejadian di
masa depan dengan mengevaluasi kontrol
yang dirancang
untuk meyakinkan
pencapaian tujuan
organisasi. Fokus
pada ketepatan
dan kemudahan
pemahaman dari
kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan
dalam laporan
keuangan. Langsung
berkaitan dengan
pencegahan kecurangan
dalam segala bentuknya atau perluasan
dalam setiap aktivitas yang ditelaah. Sekali-kali
memerhatikan pencegahan
dan pendekatan
kecurangan secara umum, namun akan memberikan perhatian lebih
bila kecurangan tersebut akan memengaruhi laporan keuangan
secara material.
Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia untuk
menanggapi kebutuhan
dan keinginan dari semua tingkatan
manajemen. Independen terhadap manajemen
dan dewan direksi baik dalam kenyataan maupun secara mental.
Menelaah aktivitas secara terus- menerus.
Menelaah catatan-catatan
yang mendukung
laporan keuangan
secara periodik – biasanya sekali
setahun. Sumber: Sawyer, et. al., 2009:8
18 Auditor internal dan eksternal haruslah berkoordinasi. Auditor internal dan
eksternal mencerminkan dua profesi yang berlainan yang harus saling menghargai satu sama lain dan memanfaatkan kelebihan masing-masing.
Berdasarkan pengertian-pengertian audit internal yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah
penilaian yang dilakukan di dalam suatu organisasi secara independen dan objektif terhadap pelaksanaan seluruh aktivitas organisasi agar tujuan
organisasi dapat tercapai secara efektif.
4. Standar dan Pedoman Praktik Audit Internal