Kerangka Konsepsi Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit

kepada risiko bisnis. Risiko itu terkadang berada diluar kemampuan maksimal Direksi. Oleh Karena itu, guna melindungi ketidakmampuan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan manusia, maka Direksi dilindungi oleh doctrine business judgment rule. 50 Doktrin ini mendudukkan manusia pada proporsi yang sebenarnya dengan segala kekurangannya, yang sering mengalami pencapaian atau harapan dari prediksi yang dirancang. Seorang Direksi bagaimanapun tidak mungkin selalu benar dalam menjalankan usahaya, karena kekeliruan adalah kelengkapan manusia. Jadi, sudah sepantasnya seorang Direksi Perseroan tidak di generalisir untuk bertanggung jawab atas kesalahan dalam mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan unsur manusiawinya. Doctrine business judgment rule memberikan perlindungan kepada Direksi Perseroan atas kemungkinan adanya kesalahan yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang wajar dan manusiawi. 51

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian adalah untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang di generalisirkan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional. 52 Soerjono 50 Try Widiyono, op. cit., hal. 46. 51 Ibid. 52 Samadi Surya Brata, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998, hal. 28. Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 Soekanto berpendapat bahwa kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih kongkrit dari krangka teoritis yang sering kali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian. 53 Pentingnya defenisi operasional bertujuan untuk menghindari perbedaan salah pengertian atau penafsiran. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus dibuat beberapa defenisi konsep dasar sebagai acuan agar penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan, yaitu : a. Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. 54 b. Tanggung Jawab Direksi 55 adalah semua kewajiban yang harus dijalankan Direksi sebagai wakil Perseroan yang dilakukan dengan itikad baik dan penuh 53 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, op. cit., hal.133. 54 Lihat pasal 92 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan : Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan Undang-Undang ini dan atau anggaran dasar. 55 Tanggung jawab Direksi ini timbul apabila Direksi yang memiliki wewenang atau memiliki kewajiban untuk melakukan pekerjaan mengurus Perseroan telah mulai menggunakan wewenangnya. Agar Direksi sebagai orang yang sehari-hari mengurus Perseroan dapat mencapai prestasi yang besar maka ia harus diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu yang telah diberikan kepadanya. Tanggung jawab berarti suatu kewajiban seorang individu untuk melaksanakan aktivitas- aktivitas yang ditugaskan kepadanya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Idealnya, jika wewenang itu dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawabnya dan sebaliknya tanggung jawab harus diberikan sesuai dengan wewenang yang dimilikinya. Sebagaimana dikutip dalam Winardi, Asas Asas Manajemen, Bandung : Alumni, 1983, hal. 144. Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 tanggung jawab 56 , baik kepada Perseroan, pemegang saham Perseroan, maupun kepada pihak ketiga yang berhubungan hukum langsung maupun tidak langsung dengan Perseroan. 57 c. Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam mata uang Indonesia atau mata uang asing, baik secara langsung maupun yang timbul dikemudian hari, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberikan hak kepada kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur. 58 d. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. 59 e. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim pengawas. 60 f. Kreditur adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang- Undang yang pelunasannya dapat ditagih dimuka pengadilan. 61 56 Lihat penjelasan Pasal 97 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang dimaksud dengan penuh tanggung jawab adalah memperhatikan Perseroan dengan seksama dan tekun. 57 Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Perseroan Terbatas, op. cit., hal. 113 58 Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan. 59 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 60 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan. Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 g. Debitur adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang- Undang yang pelunasannya dapat ditagih dimuka pengadilan. 62 h. Business Judgment Rule adalah aturan yang memberikan kekebalan atau perlindungan bagi manajemen Perseroan dari setiap tanggung jawab yang lahir sebagai akibat dari transaksi atau kegiatan yang dilakukan olehnya sesuai dengan batas-batas kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepadanya, dengan pertimbangan bahwa kegiatan tersebut telah dilakukan dengan memperhatikan standar kehati-hatian dan itikad baik. 63 i. Fiduciary Duty adalah suatu tugas dari seseorang yang disebut dengan trustee yang terbit dari suatu hubungan hukum antara trustee tersebut dengan pihak lain yang disebut dengan beneficiary, dimana pihak beneficiary memiliki kepercayaan yang tinggi kepada pihak trustee, dan sebaliknya pihak trustee juga mempunyai kewajiban yang tinggi untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin, dengan itikad baik yang tinggi, fair dan penuh tanggung jawab, dalam menjalankan tugasnya atau untuk mengelola hartaatau aset milik beneficiary dan untuk kepentingan beneficiary, baik yang terbit dari hubungan hukum atau jabatannya selaku trustee secara teknikal atau dari jabatan-jabatan lain seperti 61 Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan. 62 Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan. 63 Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, op. cit., hal. 66. Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 lawyer dengan kliennya, perwalian guardian, executor, broker, kurator, pejabat publik, atau Direksi dari suatu Perseroan. 64 j. Trustee adalah pihak yang memegang sesuatu secara kepercayaan untuk kepentingan pihak lain. 65 k. Beneficiary adalah pihak yang memberikan kepercayaan kepada pihak lain untuk mengelola harta bendanya secara baik sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 66

G. Metode Penelitian

Pengertian metode penelitian yang dilakukan dalam tesis ini adalah suatu cara penyelidikan atau pemeriksaan dengan menggunakan penalaran yang berpikir logis berdasarkan nilai-nilai, asas-asas dan norma-norma, serta teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

1. Jenis dan Sifat Penelitian