Perseroan Terbatas Sebagai Subjek Hukum

tersebut, maka berlakulah ketentuan Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atas seluruh harta kekayaan debitor pailit, yang berlaku umum bagi semua kreditur konkuren dalam kepailitan, tanpa terkecuali, untuk memperoleh pembayaran atas seluruh piutang- piutang konkuren mereka.

1. Perseroan Terbatas Sebagai Subjek Hukum

Subjek hukum adalah setiap pihak yang menjadi pendukung hak dan kewajiban dalam melakukan hubungan hukum. Subjek hukum adalah yang berhak atas hak-hak subjektif dan pelaku dalam hukum objektif. 116 Menurut Soenawar Soekawati, subjek hukum adalah manusia yang berkepribadian hukum legal personality da n se gala s esuatu yang berdasar ka n t untuta n ke but uhan masyarakat o1eh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban. Manusia sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan lbunya 117 telah bertindak sebagai subjek hukum. Dalam ilmu hukum, dikenal ada 2 dua pihak yang bertindak sebagai subjek hukum, yaitu : 1. Manusia sebagai natuurlijk persoon, yaitu subjek hukum alamiah dan bukan hasil kreasi manusia tetapi ada kodrat; 2. Badan Hukum sebagai rechts persoon, yaitu subjek hukum yang merupakan hasil kreasi hukum. 116 Chidir Ali, Badan hukum., op. cit., hal. 6. 117 Lihat Pasal 2 ayat 1 KUH Perdata bahwa anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap sebagai telah dilahirkan bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya. Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 Manusia sebagai makhluk hidup memiliki rasa, karsa dan akal budi, sehingga mempunyai kepentingan perseorangan. Untuk melindungi kepentingannya, manusia dilengkapi hak di samping adanya kewajiban. Di samping kepentingan p e r s e o r a n g a n , m a n u s i a j u g a m e m p u n y a i k e p e n t i n g a n b e r s a m a y a n g memperjuangkan sesuatu tujuan tertentu, berkumpul dan mempersatukan diri. 118 Untuk mencapai kepentingan bersama yang mempunyai tujuan tertentu, dapat berhimpun dalam suatu wadah yang berbadan hukum seperti Perseroan Terbatas, Yayasan, dan Koperasi. Walaupun badan hukum sebagai subjek hukum, badan hukum tetap berbeda dengan manusia. Ada beberapa perbuatan hukum yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, tetapi tidak dapat dilakukan oleh badan hukum, seperti melahirkan anak, melakukan perkawinan, mati, dan lain-lain. Manusia mampu menjalankan hak dan kewajibannya secara sendiri tanpa bantuan apa pun, berbeda dengan badan hukum, dalam menjalankan hak dan kewajibannya, badan hukum memerlukan bantuan dari suatu organ pengurus. Ini memperlihatkan bahwa meskipun badan hukum sebagai subjek hukum, manusialah yang harus tetap berperan di belakang badan hukum tersebut. Status manusia sebagai subjek hukum tidak mungkin hilang atau dicabut, sebelum manusia meninggal dunia. Berbeda dengan badan hukum, statusnya sebagai subjek hukum dapat hilang setiap saat seperti Perseroan Terbatas X dibubarkan sesuai dengan Pasal 142 UU No. 40 118 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf., op. cit., hal. 2. Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 Tahun 2007 Setelah pembubaran, status badan hukum dari PT X menjadi hilang. Dengan demikian status Perseroan Terbatas sebagai badan hukum, yang mampu melakukan hubungan hukum atau perbuatan hukum baik antara Perseroan Terbatas dengan manusia, Perseroan Terbatas dengan Perseroan Terbatas lainnya, maupun Perseroan Terbatas dengan badan hukum lainnya.

2. Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Perseroan