Teknik Pengumpulan Data Tanggung Jawab Renteng Antar Sesama Anggota Direksi

a. Bahan hukum primer, yaitu berupa undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan tugas dan tanggung jawab Direksi dalam hal pengelolaan Perseroan. Dalam hal ini khususnya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan undang-undang serta peraturan-peraturan lainnya. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, 69 seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, bahan dokumen pribadi berupa pendapat pakar hukum yang erat kaitannya dengan objek penelitian. c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan hukum yang sifatnya penunjang untuk dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun skunder, seperti jurnal hukum, jurnal ilmiah, kamus umum dan kamus hukum. 70 Surat kabar, internet, serta majalah mingguan juga dapat menjadi bahan dalam penulisan tesis ini, sepanjang memuat informasi yang berkaitan dengan objek penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan library research untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahulu yang 69 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982, hal. 24. 70 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Rajawali Pers, 1990, hal. 14-15. Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 berhubungan dengan objek telaahan penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, hasil penelitian dan dokumen lainnya yang berkaitan erat dengan objek penelitian.

5. Analisis Data

Bahan hukum yang diperoleh dari penelitian tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah sehingga diperoleh bahan hukum yang mempunyai kaedah-kaedah hukum yang mengatur tentang tanggung jawab Direksi Perseroan jika Perseroan yang diurusnya mengalami pailit. Kemudian bahan hukum tersebut disistematisasikan sehingga dapat dihasilkan klasifikasi yang sejalan dengan permasalahan tentang tanggung jawab Direksi Perseroan. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan dianalisis secara induktif kualitatif untuk sampai pada suatu kesimpulan. 71 Diharapkan melalui penelitian ini dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas lagi mengenai bagaimana pertanggungjawaban Direksi Perseroan sehingga nantinya dapat ditarik suatu kesimpulan tentang asas-asas hukum atau kaedah-kaedah hukum guna penyempurnaan ataupun penyesuaian pengaturan mengenai tanggung jawab Direksi Perseroan jika Perseroan yang diurusnya mengalami pailit. 71 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum Suatu Pengantar, op. cit., hal. 195-196. Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009

BAB II TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN

A. Tanggung Jawab Direksi Berdasarkan Ketentuan UUPT Nomor 40 Tahun 2007

Sebagai organ Perseroan, Direksi bertanggung jawab penuh atas kegiatan pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan dalam mencapai tujuan Perseroan, serta mewakili Perseroan dalam melakukan tindakannya, baik didalam maupun diluar pengadilan. Pasal 92 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menunjukkan bahwa, apa yang menjadi “kepentingan Perseroan” dan apa yang menjadi “maksud dan tujuan Perseroan” adalah mengandung syarat “kumulatif mutlak”. Artinya jika yang dilakukan oleh anggota Direksi itu hanya dengan alasan kepentingan Perseroan namun bertentangan dengan maksud dan tujuan Perseroan atau sebaliknya, maka tidakan tersebut adalah bertentangan dengan pasal 92 UUPT Nomor 40 tahun 2007. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 telah membuat batasan yaitu pegurusan itu adalah untuk “kepentingan” Perseroan dan harus “sesuai dengan maksud dan tujuan” Perseroan. Anggota Direksi harus mengelola Perseroan untuk kepentingan Perseroan, bukan untuk kepentingan pribadi. Tidak dibenarkan anggota Direksi mengejar keuntungan untuk diri sendiri. Oleh karena itu, untuk memahami konsep pengrusan Perseroan oleh Direksi, harus dipahami apa yang Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 menjadi “kepentingan Perseroan” dan apa pula yang menjadi “maksud dan tujuan Perseroan”. Kepentingan Perseroan sebenarnya adalah kepentingan bisnis yang berorientasi kepada keiginan mendapakan keuntungan. Dalam hal ini berarti pengelolaan harta kekayaan Perseroan dimaksudkan adalah untuk mendapatkan keuntungan demi kepentingan Perseroan, namun walaupun begitu harus sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan yang dicantumkan dalam anggaran dasar Perseroan. Dalam melaksanakan pengelolaan Perseroan, Direksi harus mengarahkan pengelolaan tersebut agar tetap sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Konsep tugas yang harus dijalankan Direksi dalam hal ini adalah sesuai ketentuan pasal 92 UUPT Nomor 40 tahun 2007. Pada sisi lain sebagai efek samping pengelolaan Perseroan, yang menimbulkan kerugian pada Perseroan, tidak terlepas dari pertanggungjawaban Direksi. Begitu juga dengan persoalan mengenai tanggung jawab Direksi tentu tidak terlepas dari penyelenggaraan tugasnya. Demikian yang satu selalu terkait dengan yang lain, penciptaan norma pada satu pihak mencerminkan pelaksanaan norma itu pada pihak yang lain. Ketentuan yuridis tentang “pengaturan” tugas pengelolaan Perseroan oleh Direksi telah diatur dalam ketentuan pasal 92 UUPT Nomor 40 tahun 2007, sedangkan pengaturan “tanggung jawab” Direksi, diatur pada ketentuan pasal 97 UUPT Nomor 40 tahun 2007. Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 Adapun rumusan lengkap dari pasal 97 UUPT Nomor 40 tahun 2007 dimaksud adalah Sebagai berikut di bawah ini : 1 Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1. 2 Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. 3 Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2. 4 Dalam hal Direksi terdiri dari 2 dua anggota Direksi atau lebih tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 3 berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi. 5 Anggota Direksi tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan : a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya ; b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbulnya atau berlanjutnya kerugian tersebut. 6 Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili sedikitnya 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan; 7 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 tidak mengurangi hak anggota Direksi lain danatau anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama Perseroan. Dari pengkajian terhadap ketentuan Pasal 97 ini, terlihat bagaimana sebenarnya konsep tugas dan tanggung jawab anggota Direksi yang diinginkan oleh UUPT Nomor 40 tahun 2007. Adapun pertanggungjawaban yang terdapat Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 didalam undang-undang Perseroan Terbatas tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tanggung Jawab Renteng Antar Sesama Anggota Direksi

UUPT Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menganut prinsip presumsi bersalah presumption of guilt untuk pertanggungjawaban Direksi, bagi semua anggota Direksi. Artinya, hukum menganggap semua anggota Direksi bertanggung jawab renteng personally andor jointly, yaitu secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama atas seluruh kerugian pihak lain, tanggung jawab mana berlaku atas segala perbuatan yang dilakukan oleh Direksi untuk dan atas nama Perseroan, meskipun anggota Direksi tersebut tidak ikut melakukan bahkan tidak mengetahui adanya tindakan tersebut. Jadi, dalam hal ini Direksi dilihat secara keseluruhan dalam satu kesatuan meskipun dalam kenyataannya tindakan tersebut hanya dilakukan oleh seorang Direksi saja. Karena hal tersebut bersifat “presumsi” bersalah, maka ini berarti masih terbuka kemungkinan bagi seorang atau lebih anggota Direksi untuk membuktikan bahwa dia sebenarnya tidak bersalah. Pembuktian tidak bersalah tersebut misalnya dalam hal-hal sebagai berikut : 72 72 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003, op. cit., hal. 79. Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 1. Seorang anggota Direksi sengaja dikucilkan oleh pihak anggota Direksi yang lain. 2. Seorang Direksi tidak diberikan informasi yang cukup oleh Direksi yang lain. 3. Seorang Direksi diberikan informasi keliru oleh Direksi yang lain. 4. Bagaimana jika seorang tidak setuju dengan tindakan tersebut, tetapi dia kalah dalam voting suara rapat Direksi? Karena informasi kepadanya cukup diberikan, hal ini mestinya belum bisa menghilangkan tanggung jawabnya dan selayaknya ikut menanggung risiko dari tindakan tersebut. Hanya saja tanggung jawabnya menjadi lebih ringan dibandingkan dengan tanggung jawab anggota Direksi lain yang menyetujui tindakan tersebut dalam rapat Direksi. Jika anggota Direksi yang tidak setuju dengan tindakan tersebut, agar bisa mengelak dari tanggung jawab dari tindakan Direksi yang membawa kerugian bagi pihak perusahaan atau bagi pihak lain, maka dia dipersilahakan untuk mengundurkan diri sebagai Dire ksi perusahaan tersebut. Dengan ketentuan tanggung jawab renteng tersebut, maka setiap anggota Direksi diharapkan menjadi “controller” satu terhadap yang lainnya, namun demikian dalam prakteknya, fungsi control melalui mekanisme chek and balance sulit dilakukan. Untuk itu maka diperlukan pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 jelas. Dengan adanya pembagian tersebut, ma ka masalah pembuktian anggota Direksi yang sebenarnya harus bertanggung jawab atas tindakannya yang merugikan kepentingan Pers eroan menjadi lebih mudah. 73 Dalam hampir setiap rumusan mengenai pertanggungjawaban Direksi, setiap anggota Direksi selalu dihadapkan pada pertanggungjawaban renteng di antara sesama mereka, kecuali mereka dapat membuktikan bahwa pertanggungjawaban yang dibebankan tersebut adalah di luar kesalahan dan kelalaiannya. Rumusan-rumusan yang diberikan dalam UUPT tersebut bertujuan untuk menegaskan kembali fungsi Direksi sebagai suatu organ dan bukan masing-masing pribadi anggota Direksi yang berkewajiban untuk dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha Perseroan, meskipun masing-masing anggota Direksi berwenang untuk bertindak mewakili untuk dan atas nama Perseroan baik di luar maupun di dalam pengadilan. Dengan pertanggungjawaban renteng ini diharapkan dapat terjadi saling mengawasi diantara sesama anggota Direksi Perseroan atas setiap perbuatan Direksi yang dapat merugikan, baik Perseroan, pemegang saham Perseroan, maupun pihak ketiga yang beritikad baik. Meskipun UUPT memberikan ketentuan berupa sanksi perdata yang sangat berat kepada setiap anggota Direksi Perseroan atas setiap kesalahan atau kelalaiannya, namun pelaksanaan pemberian sanksi itu sendiri sebenarnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan, sesama anggota Direksi yang bersangkutan bertindak sesuai dengan dan tidak menyimpang dari aturan main yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar 73 Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan, op. cit., hal. 69. Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009 Perseroan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Para pemegang saham Perseroan maupun pihak ketiga yang merasa dirugikan oleh tindakan Direksi harus dapat membuktikan apakah memang benar kerugian tersebut terjadi sebagai akibat kesalahan atau kelalaian Direksi. 74

2. Tanggung Jawab Direksi Untuk Menyelenggarakan RUPS