Tanggung jawab Direksi Perseroan terhadap pihak ketiga terwujud dalam kewajiban Direksi untuk melakukan keterbukaan disclosure terhadap pihak ketiga
atas setiap kegiatan Perseroan, yang dianggap dapat mempengaruhi kekayaan Perseroan.
90
Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 satu orang anggota Direksi, maka yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi kecuali
ditentukan lain dalam UUPT danatau Anggaran Dasar. Hal ini disebabkan oleh UUPT menganut sistem perwakilan kolegial, artinya bahwa tiap-tiap anggota
Direksi berwenang mewakili Perseroan. Oleh karena itu, kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan tersebut adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat,
kecuali ditentukan lain dalam UUPT, anggaran dasar, atau keputusan RUPS. Keputusan RUPS tidak boleh bertentangan dengan ketentuan UUPT danatau
anggaran dasar Perseroan.
1. Standar Kehati-hatian Dalam Pengeolaan Perseroan Oleh Direksi
Berbeda dengan orang perseorangan manusia, karena Pe r s e r oa n , s e k a l i p u n m e r u p a k a n s u b j e k h u k u m mandiri, adalah suatu artificia person,
maka Perseroan mutlak memerlukan Direksi sebagai wakilnya. Dapat dikatakan bahwa Perseroan tidak akan dapat berfungsi yaitu menjalankan hak
dan kewajibannya, tanpa bantuan Direksi. Direksi merupakan organ yang mewakili kepentingan Perseroan selaku subjek hukum mandiri. Tugas dan
90
Ibid.
Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009
tanggung jawab pengurusan dan perwakilan yang dimiliki Direksi itu bersumber pada dua hal, yaitu: kebergantungan Perseroan pada Direksi
dipercayakan dengan kepengurusan dan perwakilan Perseroan dan Perseroan adalah sebab bagi keberadaan Direksi, apabila tidak ada Perseroan, juga
tidak ada Direksi. Karena itu, tepat dikatakan bahwa antara Perseroan dan Direksi terdapat fiduciary relationship hubungan kepercayaan yang
melahirkan fiduciary duties bagi para anggota Direksi. Disamping itu, pengurusan dan perwakilan Perseroan yang dilakukan Direksi juga
berpedoman p a d a k e ma mp u a n d a n k e h a t i - h a t i a n n y a d a l a m b e r t i n d a k duty of skill and care.
Menurut sistem hukum di Indonesia, demiki an juga hukum di k e b a n y a k a n n e g a r a y a n g m e n g a n u t s i s t e m C i v i l L a w , hubungan
antara Direksi dengan perusahaan adalah bersifat kontraktual. Artinya, sungguhpun antara perusahaan dengan Direksinya tidak terdapat suatu
kontrak tertentu, tetapi oleh hukum dianggap ada kontrak pemberian kuasa.
91
Karena itu, hubungan antara Direksi dengan p e r u s a h a a n t i d a k m e r u p a k a n h u b u n g a n a n t a r a t r u s t e e dengan beneficiary seperti dalam sistem
Anglo Saxon.
92
Sebagai konsekuensi yuridisnya, Direksi s e ba ga i p e me g a n g k u a s a t i d a k b o l e h b e r t i n d ak me l e bi hi dari ke kua saa n ya ng
91
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Ketiga, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 93.
92
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Kesatu Bandung : Citra Aditya Bakti, 1994, hal. 59.
Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009
d iberi ka n kep ada ny a. Se bera pa ja uh kekuasaan diberikan kepadanya, dapat dilihat dalam anggaran d a s a r p e r u s a h a a n y a n g b e r s a n g k u t a n .
A p a b i l a Direksi bertindak melampaui wewenang yang diberikan kepadanya tersebut, Direksi tersebut ikut bertanggung jawab secara
pribadi. Jika perusahaan yang bersangkutan kemudian jatuh pailit, beban tanggung jawab tidak cukup ditampung oleh harta perusahaan harta pailit,
maka Direksipun ikut bertanggung jawab secara renteng.
93
L a i n h a l n y a h u k u m d i n e g a r a - n e g a r a y a n g m e n g a n u t sistem Anglo Saxon, seperti Inggris dan Amerika. Di sana Direksi berkedudukan
sebagai agen trustee dari perusahaan, yang mempunyai tugas serta hubungan fiduciary. Dalam hal tersebut, Direksi haruslah selalu
melakukan duty of care terhadap perusahaan yang dipimpinnya. Jika dia melanggar prinsip duty of care tersebut, dia akan bertanggung jawab pribadi,
termasuk dalam hal perusahaan pailit atau dilikuidasi.
94
Dalam hukum USA, Direksi akan bertanggung jawab secara pribadi jika dia menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan standar tertentu, misalnya
Direksi dengan sengaja menyalahgunakan wewenang atau menyalahgunakan dana perusahaan. Juga akan bertanggung jawab secara pribadi jika mengisukan
saham sebagai saham yang disetor penuh padahal secara faktual, saham tersebut
93
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Ketiga, op. cit., hal. 93.
94
Ibid.
Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009
belum disetor sama sekali.
95
Di samping itu, menurut hukum di USA, tanggung jawab Direksi s e c a r a p r i b a d i t i d a k l a h t e r j a d i h a n y a k a r e n a kedudukannya sebagai
Direksi, tetapi untuk dibebankan tanggung jawab, Direksi tersebut harus telah melakukan hal-hal sebagai berikut ini terhadap tindakan perusahaan:
1. Direksi mengizinkan perbuatan tersebut, atau
2. Direksi meratifikasi perbuatan tersebut, atau
3. Ikut berpartisipasi dengan cara apapun dalam perbuatan tersebut.
96
Di negara-negara yang menganut common law system acuan yang dipakai adalah standard of care atau standar kehati-hatian. Apabila
Direksi telah bersikap dan bertindak melanggar standar of care, Direksi tersebut dianggap telah melanggar duty of care-nya, sehingga dapat
dimintai pertanggungjawaban secara pribadi atas perbuatan hukum yang dilakukannya yang melampaui standar kehati-hatian.
Sebagai contoh dari standar kehati-hatian itu, antara lain misalnya sebagai berikut:
97
1. Anggota Direksi tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan atas
beban biaya Perseroan, apabila tidak memberikan sama sekali atau memberikan sangat kecil manfaat pribadi yang diperoleh oleh anggota
95
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Kesatu, op. cit., hal. 58.
96
Ibid.
97
Sutan Remy Sjahdeini, Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris. Jurnal Hukum Bisnis Volume 14, Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2001, hal. 100.
Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009
Direksi yang bersangkutan. Meskipun demikian, hal itu dapat dikecualikan, apabila dilakukan atas beban biaya representasi
jabatan dari anggota Direksi yang bersangkutan berdasarkan keputusan RUPS;
2. An g g o t a D i r e k s i t i d a k b o l e h me n j a d i p e s a i n g b a g i P erseroan
yang dipimpinnya, misalnya dengan mengambil sendiri kesempatan bisnis yang seyogianya disalurkan k e p a d a P e r s e r o a n l a i n y a n g d i d a l a m n y a
t e r d a p a t kepentingan pribadi anggota Direksi itu; 3.
An g g o t a D i r e k s i h a r u s me n o l a k u n t u k me n g a m b i l keputusan mengenai sesuatu hal yang diketahuinya atau sepatutnya diketahui akan dapat
mengakibatkan Perseroan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sehingga Perseroan terancam dikenai sanksi oleh otoritas
yang berwenang, misalnya dicabut izin usahanya atau dibekukan kegiatan usahanya, atau digugat oleh pihak lain;
4. Anggota Direksi dengan sengaja atau karena kelalaiannya te1ah tidak
melakukan atau telah tidak cukup melakukan upaya atau tindakan yang perlu diambil untuk mencegah timbulnya kerugian bagi Perseroan;
5. Anggota Direksi dengan sengaja atau karena kelalaiannya telah tidak
melakukan atau telah tidak cukup melakukan D a y a a t a u t i n d a k a n y a n g p e r l u d i a m b i l u n t u k me ningkat kan keuntungan Perse roan.
UUPT ternyata mengakui prinsip personal liability dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian anggota Direksi sebagaimana
Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009
dirumuskan dalam Pasal 104 ayat 2 UUPT. Menurut Pasal 104 ayat 2 UUPT, bahwa dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi
dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk menutupi kerugian akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng
bertanggung jawab atas kerugian itu. Ketentuan ini ada persamaan dengan ketentuan Pasal 47 ayat 2 K U H D y a n g me n y a t a k a n b a h w a a p a b i l a
P e r s e r o a n menderita kerugian sebesar 75 dari modal dasar, Perseroan itu demi hukum bubar dan para pengurusnya dengan diri sendiri secara tanggung
menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya terhadap pihak ketiga atas segala perikatan yang telah mereka lakukan. Karena itu, berdasarkan
Pasal 104 ayat 2 UUPT ini, seorang anggota Direksi dapat dimintai pertanggungjawaban hukum ketika Perseroan pailit sebagai akibat kesalahan
atau kelalaiannya dalam mengurusi Perseroan.
98
Dari bunyi Pasal 104 ayat 2 UUPT tersebut, dapat diketahui pula kalau UUPT membuat beberapa pengecualian terhadap tanggung jawab anggota
Direksi dalam hal Perseroan pailit, yaitu: 1.
Anggota Direksi hanya akan bertanggung jawab secara pribadi jika Perseroan dinyatakan pailit sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Artinya, jika Perseroan dibubarkan tanpa melalui prosedur kepailitan, dengan sendirinya a n ggota Dire ksi te rlepas dari
tanggung jawab secar a pribadi tersebut;
98
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, op. cit., hal. 181.
Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009
2. Ada unsur kesalahan atau kelalaian yang dilakukan Direksi d a l a m
m e n g u r u s i d a n m e w a k i l i P e r s e r o a n . A r t i n y a , tanggung jawab secara pribadi anggota Direksi akan terkait dengan ada atau tidaknya
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh anggota Direksi dalam mengurusi dan mewakili Perseroan;
3. Tanggung jawab anggota Direksi tersebut bersifat residual, artinya
anggota Direksi hanya akan bertanggung jawab bila kekayaan Perseroan tidak cukup untuk menutupi kerugian akibat kepailitan tersebut;
4. Tanggung jawab anggota Direksi tersebut juga bersifat t a n g g u n g
r e n t e n g , a r t i n y a w a l a u p u n k e s a l a h a n a t a u kelalaian itu dilakukan seorang anggota Direksi, tetapi yang lain juga dipresumsi untuk ikut
bertanggung jawab. Sebab menurut UUPT tugas dan kewajiban pengurusan dan perwakilan Perseroan dilakukan secara kolektif oleh
seluruh anggota Direksi. Pengecualian ini sejalan dengan prinsip tanggung jawab kolegial yang dianut UUPT.
D e n g a n d e m i k i a n , d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a m e n u r u t UUPT anggota Direksi dapat dimintai pertanggungjawaban se c a r a p r i b a d i
j i k a P e r s e r o a n p a i l i t s e b a g a i a k i b a t d a r i kesalahan atau kelalaian anggota Direksi dalam menjalankan ke p e n g u r u s a n d a n p e r w a k i l a n P e r s e r o a n y a n g
mengakibatkan Perseroan jatuh pailit. Meskipun demikian, UUPT masih membuat beberapa pengecualian, atas tanggung jawab pribadi anggota Direksi
dalam hal Perseroan pailit, yaitu: Pers ero an dib ubar ka n ka re na pailit;
Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009
a da nya kes alah an a ta u kelalaian anggota Direksi dalam menjalankan tugas, kewajiban, tanggung jawab dan kewenangannya; tanggung jawab anggota
Direksi bersifat residual dan secara renteng diantara anggota Direksi. Dalam hal ini menurut UUPT yang bertanggung jawab tidak hanya
perusahaan, tetapi juga adalah anggota Direksinya. Sementara itu, menurut sistem hukum Common Law, tanggung jaw a b p r i b a d i s e o r a n g D i r e k s i
a k a n t e r j a d i b i l a d i r i n y a m e me nuhi syarat- syarat ter tentu mengenai k eterli bata nn ya dal a m p e r b u a t a n y a n g d i l a k u k a n n y a . D i r e k s i
y a n g b e r s a n g k u t a n d a p a t p u l a d i b e b a s k a n d a r i t a n g g u n g j a w a b p r i b a d i j i k a p e r b u a t a n a t a u t i n d a k a n y a n g d i l a k u k a n n y a didasarkan
pada standar kehati-hatian atau doktrin business judgment rule.
2. Prinsip Pengelolaan Perseroan Yang Baik GCG