Peningkatan Diri Penyesuaian Diri

bergetar, tetapi bukan buat seseorang yang sudah berkalang tanah. Hanya untuk Majnun, segala titik air mata tertumpah hlm. 164.

5.2.5. Peningkatan Diri

Bonner Siswantoro, 2005: 120 mengatakan: Fungsi peningkatan diri adalah mengijinkan atau memberikan kesempatan kepada individu untuk berbuat sesuatu dalam upaya mencapai tujuan, cita-cita yang dikehandaki. Adalah watak manusia untuk selalu meningkatkan diri dan tidak puas dengan tetap berada di tempat yang sama organisme manusia, sebab didorong oleh desakan-desakan mempertahankan citra diri, akan berusaha meninggalkan kondisi di mana sekarang ia berada untuk bergerak menggapai tataran atau derajat diri yang lebih tinggi. Hanya jiwa atau diri yang tidak sehat sajalah yang mandeg tak berkembang atau pasrah tanpa berbuat untuk tumbuh. Diri manusia tidak hanya berkehendak agar tetap selamat dalam proses penyesuaian diri, namun juga berkehendak untuk berkembang. Akibat dari tekanan sosial dan nilai kultural, terjadi proses identifikasi diri, dan itu ikut menentukan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapainya. Peningkatan diri ditandai oleh hasrat pemenuhan level of aspiration. Level of aspiration adalah tumbuhnya kesadaran akan hasrat pemenuhan dalam usaha mencapai tujuan atau cita-cita tidak lepas dari interaksi individu dengan individu lain di dalam interaksi sosial. Masyarakat menilai individu, dan individu sendiri menilai diri dan juga membuat perbandingan dengan individu lain dan terlibat di dalam persaingan atau kompetisi. Semua itu mendorong individu menyesuaikan diri dan meningkatkan citra dirinya Siswantoro, 2005: 120-121. Kegagalan dan keberhasilan adalah fenomena alamiah yang ada pada setiap individu. Hal ini membuat individu menata kembali yang berjalan terus-menerus atas Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 diri sesuai dengan tingkat sukses atau keberhasilan yang hendak ia capai. Di sini kegagalan bergandeng dengan usaha peningkatan diri. Reaksi frustrasi yang merupakan penyesuaian diri berpasangan dengan usaha peningkatan diri. Individu tidak ingin terpuruk menghadapi kegagalan, hambatan, pengalaman lain yang tidak menyenangkan. Ia akan berusaha dan kesadaran memenuhi tuntutan akan meraih sesuatu yang dihasrati atau dicita-citakan perlahan tumbuh di dalam diri. Usaha peningkatan diri Majnun dapat dilihat pada usahanya untuk merubah sikap dan perilakunya setelah bertemu dengan Naufal. Ia merubah pikiran liarnya dan ia bertingkah laku layaknya orang normal. Dari hari ke hari Majnun menunjukkan perubahan. Majnun melihat cahaya dan harapannya tumbuh kembali setelah mendengar kata-kata Naufal yang ingin mengembalikan Layla padanya. Keajaiban terjadi, dari hari ke hari Majnun mulai menunjukkan perubahan. Ia mulai mau berpakaian, menyantap hidangan yang disediakan hingga tubuhnya menjadi sehat dan wajahnya bercahaya. Majnun mulai dapat tertawa dan minum dengan penuh semangat. Kesuraman berubah menjadi kecemerlangan. Sejak bersama Naufal, Majnun merasakan harapannya kembali bersinar hlm. 89-90. Peningkatan diri Syed Omri dapat dilihat dari usahanya untuk mencari Majnun. Ia merasa telah gagal membahagiakan puteranya. Penyesalan membuatnya seperti kembali muda. Ia bertekad untuk mencari dan menemukan Majnun yang dapat dilihat pada kutipan berikut ini: Dia berjalan melalui sela-sela pepohonan dan hutan rimba, mencari puteranya yang malang. Saat cahaya siang telah hilang berganti malam, dia beristirahat di gua yang kelam. Seharian berjalan membuat tubuh tuanya menjadi lelah, tetapi semangatnya untuk mencari jantung hati semata wayang Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 itu tidak pudar. Beristirahat di dalam gua membuat hatinya gelisah, dia tidak bisa merasa tenang sebelum menemukan Majnun hlm. 119. Sedangkan peningkatan diri Layla dapat dilihat dari usahanya yang telah melewati masa berkabung akibat kematian suaminya. Dua tahun bukanlah waktu yang sedikit bagi orang yang sedang memendam cinta. Waktu terasa sangat lambat berjalan dan Layla hampir putus asa menanti waktu pembebasan. Masa penantian itu sangatlah menyiksa. Layla harus memakai kerudung hitam perkabungan, tidak boleh keluar rumah dan tidak boleh bertemu dengan siapapun. Namun, ketika masa penantian itu berakhir, keceriaan mulai menghiasi wajahnya kembali. Ia mulai membenahi masa depannya. Sekaranglah saatnya untuk menyempurnakan harapan, hari pertemuan untuk sepasang kekasih. Hal ini dapat dilihat seperti kutipan berikut ini: Akhirnya pagi menjelang, sang raja hari muncul dengan cahaya yang cerah, dan malam-malam Layla telah berlalu. Keceriaan menghiasi wajahnya yang bersinar seperti cahaya pagi. Dia bergerak dengan langkah selembut bidadari, dengan raut wajah bersinar bak rembulan. Dan sekarang, apa yang menjadi tujuan utamanya? Apakah tubuhnya akan memperlihatkan getaran yang ada di dalam hati, mengabarkan cinta yang telah tersembunyi begitu lama? hlm. 165. Secara keseluruhan representasi perilaku manusia, dalam hal ini diwakili oleh Majnun, Syed Omri dan Layla dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 Tabel 1. Refresentasi Perilaku Manusia dalam Novel LM No. Perilaku Majnun Layla Syed Omri Agrasif Scapegoating free-floating anger suicide Scapegoating X suicide Scapegoating X suicide Menghindar Ke gua Duduk menyendiri Duduk menyendiri Sublimasi Mencintai binatang Menceritakan deritanya kepada pertapa Berdoa di Ka’bah Proyeksi Menyalahkan Naufal X X 1. Frustrasi Kompromi Rasiona- lisasi Tipe“pelaku kejahatan” Tipe “pelaku kejahatan” Tipe “anggur asam” Regrasi berkelakuan primitif kembali ke masa anak- anak Menangis dan meratap Menangis dan meratap Berkhayal membayang- kan wajah Layla teringat ibunya Teringat masa indah bersama Majnun Teringat masa kecil Majnun Pengalihan Melampiaskan kemarahan pada bukit Melampiaskan kemarahan pada Ibnu Salam X Menutup kelemahan Mempertahan- kan cintanya pada Layla Berpura-pura menangis atas kematian suaminya Kekayaan yang melimpah 2. Penyesuai- an Diri Peningkatan diri Merubah sikap menjadi manusia normal Kembali ceria setelah berakhir masa berkabung Merasa muda kembali ketika mencari Majnun Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009

BAB VI ANALISIS PROSES MENTAL DALAM NOVEL LAILA MAJNUN

6.1. Analisis Proses Mental

Teori Fungsional Linguistik Sistemik TFLS menganggap klausa merupakan unit tata bahasa yang tertinggi dan dibangun atas unit-unit yang lebih kecil di bawahnya yaitu grup atau frasa, sedangkan grup atau frasa dibangun atas unit kata yang terdiri atas morfem. Sedangkan kalimat bukan unit tata bahasa, tetapi merupakan unit bahasa tulisan yang diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik Sinar, 2008: 17. Klausa sebagai unit tata bahasa tertinggi mempunyai tiga komponen yaitu proses process, partisipan participant dan sirkumstan circumstance. Proses adalah kegiatan yang terjadi dalam klausa atau menurut tata bahasa tradisional disebut kata kerja atau verba. Partisipan adalah orang atau benda yang terlibat dalam proses tersebut. Sedangkan sirkumstan adalah lingkungan tempat proses yang melibatkan partisipan. Proses dalam klausa dapat dirinci menjadi enam jenis yaitu proses material, mental, relasional, verbal, tingkah laku, dan wujud. Proses material adalah aktivitas atau kegiatan yang menyangkut fisik dan dapat dilihat oleh indra. Proses mental adalah kegiatan yang menyangkut indra, kognisi, emosi, dan persepsi yang terjadi dalam diri manusia. Proses relasional adalah proses penghubung yang menghubungkan satu entitas dengan entitas lain. Proses verbal adalah aktivitas yang Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009