Mental Persepsi Analisis Proses Mental

[3] That man Is happy Penyandang Proses: Relasional Atribut Klausa [2] dan [3] artinya dalam bahasa Indonesia adalah ‘lelaki itu merasa senang’. Jadi, kedua kalimat itu sama, makanya proses relasional atributif ada yang mengambil peran dari proses mental. Analisis proses mental terbagi atas tiga komponen, yaitu analisis mental persepsi, mental kognisi, dan mental afeksi. Berikut ini adalah analisis ketiga komponen proses mental tersebut.

6.1.1. Mental Persepsi

Analisis mental persepsi ditandai dengan menganalisa aktivitas indra mata dan telinga, seperti: melihat, menatap, mendengar, tengok, memandangi, perhatikan, memperhatikan, dan menyaksikan. Dari 359 klausa proses mental yang terjaring dalam novel LM, setelah dianalisis terdapat 144 klausa proses mental persepsi yang dapat dilihat pada Tabel 3. Analisis proses mental persepsi dapat dilihat pada contoh klausa di bawah ini: [4] Gadis itu melihat pesona yang memabukkan pada diri Qays Pengindra Proses: Mental, Persepsi Fenomena Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 [5] Ia menatap wajah ayahnya Pengindra Proses: Mental, Persepsi Fenomena [6] [Dari kejauhan] mereka mendengar suara binatang buas Pengindra Proses: Mental, Persepsi Fenomena [7] Ishaq memandangi Layla Pengindra Proses: Mental, Persepsi Fenomena [8] Bukit dan lembah mendengar lolongan Qays Pengindra Proses: Mental, Persepsi Fenomena Pada novel LM ditemukan, ada dua partisipan yang terdapat dalam proses mental, yang pertama manusia dan bukan manusia, yaitu: bukit dan lembah yang mempunyai indra mendengar. Ini bisa terjadi karena novel LM ini termasuk ke dalam novel sastra Melayu klasik. Jadi, untuk membuat cerita lebih menarik dan kesan yang mendalam, penulisnya membuat perbandingan dan perumpamaan dengan melukiskan benda mati dan hewan yang berperilaku seperti manusia. Partisipan yang pertama ini dinamakan “pengindra”. Partisipan kedua berupa benda yang ataupun Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 fakta adalah partisipan yang mengindra dinamakan “fenomena”. Fenomena dalam tabel di atas berupa benda dan fakta dan aksi atau tindakan. Fenomena dalam mental persepsi melihat, mendengar, dan memperhatikan di atas, direalisasikan oleh klausa partikel yang dan bahwa. Fenomena yang berupa benda dan aksi direalisasikan dengan menggunakan partikel yang, sedangkan fenomena yang berupa fakta direalisasikan dengan partikel bahwa. 6.1.2. Mental Afeksi Analisis proses mental afeksi ditandai dengan aktivitas hati, seperti: mengharap, jemu, ingin, menyesal, mencintai, merindukan, yakin, tertarik, mengasihi, sabar, terpikat, menganggap, dan terkejut. Dari 359 klausa proses mental, terjaring 137 klausa proses mental afeksi. 8 klausa diantaranya, fenomena berfungsi sebagai subjek, sedangkan sisanya pengindra berfungsi sebagai subjek. Hasil analisis proses mental afeksi dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Analisis proses mental persepsi dapat dilihat pada contoh klausa di bawah ini: [9] Aku mencintai Layla Pengindra Proses: Mental, Afeksi Fenomena [10] Ia tidak tertarik melakukan perniagaan Pengindra Proses: Mental, Afeksi Fenomena Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 [11] Aku [sudah] tidak sabar menunggu janjimu Pengindra Proses: Mental, Afeksi Fenomena [12] Ia tidak ingin rahasianya terkuak Pengindra Proses: Mental, Afeksi Fenomena [13] Aku [akan tetap] merindukan Bibirmu Pengindra Proses: Mental, Afeksi Fenomena Sinar 2008: 34 mengatakan, “Pada klausa proses mental mempersepsi, merasa, dan memikir, dapat terjadi secara timbal balik. Proses mental ini direpresentasikan mempunyai ciri dua arah. Dalam klausa sejenis ini kedua elemen yaitu pengindra dan fenomena dapat menjadi subjek klausa tanpa menukar bentuk klausa”. Selanjutnya, Saragih 2006: 33 mengatakan, “Proses mental persepsi merupakan proses dua hala. Yang dimaksud dengan dua hala adalah klausa dengan dua partisipan. Selanjutnya, letak atau posisi kedua partisipan dapat dipertukarkan dan proses mental dalam klausa itu diganti atau disubsitusi dengan yang sejenis. Pertukaran itu tidak mengubah arti dan status kalimat aktif”. Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa proses mental dapat terjadi dapat terjadi secara timbal balik. Kedua elemen, yaitu pengindra dan fenomena dapat menjadi subjek klausa dengan mengganti proses mental yang sejenis tanpa mengubah arti dan status kalimat aktif. Dalam klausa proses mental [14] dan [15] kedua partisipan dalam masing-masing klausa dapat bertukar posisi dengan arti kalimat yang sama. Begitu juga dengan klausa [16] dan [17]. Analisa ini dapat dilihat pada contoh klausa di bawah ini: [14] Bibir Layla membahagiakan hati yang memandang Fenomena Proses: Mental, Afeksi Pengindra [15] Hati yang memandang menyukai Bibir Layla Pengindra Proses: Mental, Afeksi Fenomena [16] Kata-kata ayahandanya itu menyenangkan hati Majnun Fenomena Proses: Mental, Afeksi Pengindra [17] Hati Majnun menyukai kata-kata ayahandanya itu Pengindra Proses: Mental, Afeksi Fenomena Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009

6.2. Mental Kognisi