dan mendengar tentang hal-hal yang baik dari orang yang dicintai. Aktivitas otak dipergunakan untuk membayangkan dan mengenang sang kekasih yang
akhirnya akan menambah rasa cinta yang mendalam terhadap orang yang dicintai.
Cinta kadangkala tidak dapat diwujudkan dalam satu ikatan perkawinan. Banyak halangan dan rintangan yang harus dihadapi. Begitu juga halnya
dengan cinta Majnun dan Layla. Cinta mereka tidak bisa bersatu di dunia. Inilah yang menyebabkan mereka frustrasi. Keadaan jiwa atau psikis orang
yang sedang frustrasi memang terganggu. Keinginan dan harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi. Orang yang frustrasi lebih banyak berbuat
menurut kata hatinya daripada pikiran. Persentase di atas juga menyiratkan hal yang sama. Dari 359 klausa proses mental yang terjaring, 137 klausa adalah
mental afeksi sedangkan mental kognisi hanya 78 klausa. Tindakan yang didasarkan pada perasaan hati dua kali lebih banyak dibandingkan dengan
tindakan yang didasarkan atas pikiran otak. Jadi, melalui novel LM, untuk melihat keadaan jiwa atau psikis seseorang dapat juga dianalisis melalui
bahasa novelnya dengan proses mental.
7.2. Saran
Ada baiknya penelitian terhadap novel LM dilanjutkan dengan sudut pandang yang berbeda, baik teori maupun metode. Hal ni akan menunjukkan bahwa sebuah
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
karya sastra itu sangat kompleks, sehingga tidak tertutup kemungkinan penafsiran dan pemberian makna lain bagi penelitian selanjutnya.
Pengkajian tentang psikologi sastra hendaknya terus dikembangkan. Sebuah karya sastra tidak akan pernah terlepas dari unsur psikologi pengarangnya maupun
unsut psikologi pembacanya. Dari kajian psikologi sastra ini, akan menambah wawasan peneliti maupun pembaca tentang ilmu psikologi.
Peneliti juga menyarankan agar pembaca membaca novel LM. Secara sepintas, peneliti menanyakan kepada khalayak bahwa tidak tahu tentang cerita LM
yang sebenarnya. Mereka hanya tahu bahwa Majnun itu gila, selanjutnya mereka tidak tahu apa-apa. Padahal, novel LM ini sangat sarat dengan pesan moral, yaitu
cinta sejati tidak memerlukan penyatuan fisik karena cinta sejati melebihi ikatan duniawi. Cinta sejati menyebabkan penderitaan sebanding dengan kebahagiaan. Oleh
karena itu, penuhilah hidupmu dengan cinta sejati cinta kepada Tuhan. Cinta yang dimurnikan dengan penderitaan duniawi, sebab kelak akan mendapat berkah cahaya
abadi.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2008. Kisah Sejuta Hikmah Kaum Sufi. Jakarta: Amzah. Arifin, Syamsul. 1992. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Medan: Kelompok Studi
Hukum dan Masyarakat FH USU. Baker, Rachel. 2007. Sigmund Freud: di Seberang Masa Lalu. Penerjemah Jimmi
Firdaus. Jakarta: Sketsa. Bayat, Mojdeh dan Muhammad Ali Jamniah. 2007. Layla Majnun, Cerita-cerita
Menakjubkan dari Negeri Sufi. Penerjemah M.S. Nasrullah. Jakarta: Lentera. Boeree, C. George. 2008. General Psychologi: Psikologi Kepribadian, Persepsi,
Kognisi, Emosi, dan Perilaku. Penerjemah Helmi J. Fauzi. Yogyakarta: Prismasophie.
Berry, Ruth. 2008. Seri Siapa Dia? Freud. Alih Bahasa Frans Koa. Jakarta: Erlangga.
Bertens. K. 1983. Filsafat Barat Abad XX : Inggris-Jerman. Jakarta: Gramedia. Dar al-Kutub al-Ilmiah. 2003. Laila Majnun. Penerjemah Ida Santana. Bandung:
Pustaka Hidaya. Eagleton, Terry. 2006. Teori Sastra: Sebuah Pengantar Komprehensif. Bandung:
Jalasutra. Ech’s Blog. 2004. “Layla Majnun”.
mhtml:file:E:\ech’s20Blog2020Layla20 majnun.mht. Diakses 18 Januari 2009.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
_________________. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: MedPress.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Faisal, Sanafiah dan Andi Mappiare. TT. Dimensi-dimensi Psikologi. Surabaya: Usaha Nasional.
Hammad, Azzam El. 2008. Kesehatan Mental Orang Dewasa. Jakarta: Restu Agung. Hardjana, Andre. 1991. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Hosen, Nadirsyah. 1997. “Cinta si Majnun”. mhtml:file:C:\Docoments20and
20Setting\Administrator\My20Documents\Putaka. Diakses 19 Januari 2009.
Hurlock, Elizabeth B. 1993. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Penerjemah Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.
Iqbal, Muhammad Zafar. 2006. Kafilah Budaya: Pengaruh Persia terhadap Kebudayaan Indonesia. Penerjemah Yusuf Anas. Jakarta: Citra.
Lubis, Mochtar. 1981. Teknik Mengarang. Jakarta: Kurnia Esa. Nizami. 2008. Laila Majnun. Penerjemah Dede Aditya Kaswar. Jakarta: Oase Mata
Air Makna. Nizami. 2009. Layla Majnun, Pengantin Abadi dari Surga. Penerjemah Ali Noer
Zaman. Jakarta: Kayla Pustaka. Poespoprodjo.W. 1987. Interpretasi: Beberapa Catatan Pendekatan Filsafatinya.
Bandung: Remaja Karya. Purwantari. 2004. “Legenda Cinta Laila Majnun” dalam harian Kompas tanggal 23
Oktober 2004, Jakarta. Purwanto, Yadi. 2007. Psikologi Kepribadian. Bandung: Refika Aditama.
Ratna, Nyoman Khuta. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Roekhan. 1990. “Penelitian Tekstual dalam Psikologi Sastra; Persoalan Teori dan
Terapan” dalam Sekitar Masalah Sastra, Aminuddin Ed.. Malang: YA3. Sanapiah, Faisal dan Andi Mappiare. TT. Dimensi-dimensi Psikologi. Surabaya:
Usaha Nasional.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Saragih, Amrin. 2006. Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: Program Pascasarjana Unimed.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
_________________. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo. Semi, M.Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Sikana, Mana. 2007. Teras Sastera Melayu Tradisional. Singapore: Pustaka Karya. ____________. 2009. Teori Sastera Kontemporari. Singapore: Pustaka Karya.
Sinar, Tengku Silvana. 2008. Teori dan Analisis Wacana, Pendekatan Sistemik-
Fungsional. Medan: Pustaka Bangsa Press. Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis. Surakarta:
Muhammadiah University Press. Sukapiring, Peraturen. 1989. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Medan: USU Press.
Sumarjo, Jakob dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Bandung: Angkasa.
Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Reneka Cipta. Tarigan, Henry Guntur. 1991. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Teeuw, A. 2003. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Tim Redaksi Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Penerjemah Melani
Budianta. Jakarta: Gramedia. Yuwono, Untung. 2007. Gerbang Sastra Indonesia Klasik. Jakarta: Wedatama Widya
Sastra.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Lampiran 1: Sinopsis
Kabilah bani Amir hidup di lembah Hijaz, Arabia yang terletak di antara Mekah dan Madinah. Pemimpin kabilah itu bernama Syed Omri yang sudah tua dan
sangat termasyhur. Tidak ada seorang pun yang dapat menandingi kejayaannya. Harta kekayaannya melimpah. Ia seorang yang gagah berani, penegak keadilan, dan
dermawan. Segala karunia Allah yang pernah diberikan pada makhluk hidup, dimiliki seluruhnya oleh Syed Omri.
Namun, semua kejayaan dan amal baiknya tidak mampu mengusir rasa gunda- gulana yang bersemayam di hatinya. Ia tidak merasa bahagia karena dia tidak
mempunyai anak. Sebuah kesedihan yang sangat mendalam menggerogoti hatinya dan menggelapkan hari-harinya. Namun, Syed Omri terus berdoa kepada Allah siang
dan malam, memohon agar dikaruniai seorang putra. Syed Omri tak jemu untuk berikhtiar, segala cara ia lakukan. Nasehat dan
petunjuk orang pandai ia jalani, doa dan nazar ia panjatkan. Ia berdoa dan bermunajat kepada Allah dengan linangan air mata.
Karena keseriusan dan ketulusan Syed Omri dalam memuja dan berdoa, akhirnya ia dikaruniai Allah seorang anak lelaki yang tampan dan rupawan. Aqiqah,
sebagai ungkapan rasa syukur dilakukan setelah si bayi berumur tujuh hari. Bayi itu
diberi nama Qays. Kelahiran Qays membuat semangat hidup Syed Omri kembali
bergairah, dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Bayi laki-laki itu bagai anggur menghangatkan bibir yang gemetar karena kehausan, dan memadamkan kesedihan yang bergejolak di hati. Bayi yang
didamba siang malam itu telah menghadirkan senyum kebahagiaan, menanggalkan kerudung kesengsaraan dan kesedihan yang selalu
membayang, menjadi cahaya kehidupan serta pelipur lara di usia tua. Bayi itu benar-benar membawa berkah bagi orang tuanya, karena sekarang kehidupan
Syed Omri dipenuhi oleh kesenangan dan kebahagiaan, namanya semakin harum di mata bani Amir. Kekuasaannya semakin bersinar, bagai kekuasaan
Jamshid hlm. 5. Qays tumbuh menjadi seorang anak yang ceria dan periang. Tubuhnya kuat,
wajahnya tampan, dan suaranya merdu bagai buluh perindu. Syed Omri ingin anaknya cerdas dan pandai, oleh karena itu ia memberikan pendidikan yang terbaik
untuk Qays. Ia menitipkan Qays kepada seorang guru yang bijaksana dan penyabar di daerah Badui. Di sekolah itu, Qays termasuk anak yang cerdas dan tekun.
Di antara anak-anak yang bersekolah itu, terlihat seorang gadis cantik yang berusia belasan tahun. Wajahnya anggun mempesona, sikapnya lembut, dan
penampilannya bersahaja. Rambutnya hitam, tebal bergelombang. Nama gadis itu adalah Layla, berasal dari bani Qhatibiah. Semua lelaki yang memandangnya pasti
terpikat oleh pesona dan kecantikan gadis yang sedang tumbuh mekar itu. Layla seorang gadis yang cerdas dan memiliki kemampuan yang mengagumkan dalam
merangkai madah. Pertama kali Qays melihat Layla, jiwanya langsung bergetar. Ini dapat kita
lihat pada kutipan berikut: Ia seperti merasakan bumi berguncang dengan hebat, hingga merobohkan
sendi-sendi keinginannya untuk menuntut ilmu. Qays belum pernah melihat keindahan yang menakjubkan di bumi seperti keindahan paras Layla. Dan
Qays benar-benar telah jatuh hati pada Layla, sang mawar jelita. Keharuman cinta telah menghancurkan ketenangan pikirannya. Gejolak gairah cinta dalam
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
jiwa membuatnya kehilangan akal sehat, hingga lupa belajar dan lupa makan. Setiap detik, tiada yang melintas diangannya, kecuali mata indah Layla. Tiada
suara yang lebih merdu daripada suara Layla hlm. 9. Qays tidaklah bertepuk sebelah tangan. Layla juga tertarik padanya. Baginya
Qays seperti gelas minuman, semakin dipandang semakin haus. Sama seperti Qays, kekaguman Layla pada pemuda itu hanya mampu diungkapkan melalui syair. Dari
waktu ke waktu cinta tumbuh subur dan berbunga di dalam taman hati Qays dan Layla. Keduanya tidak menyadari jika kisah asmara mereka mulai menjadi bahan
gunjingan. Ada yang ikut merasa bahagia dan ada yang merasa cemas kalau hubungan cinta Qays dan Layla di ketahui oleh keluarga gadis itu. Karena dalam
tradisi Arab, keluarga akan menjadi tercemar jika anak gadisnya menjadi bahan pembicaraan orang lain.
Akhirnya, kisah cinta mereka terdengar juga oleh ayah Layla. Kabar ini bagai arang hitam yang membuat bani Qhatibiah tersinggung, harga diri mereka ternoda.
Hanya ada satu cara untuk menghilangkan malu, yaitu mengurung Layla di dalam rumah, tidak boleh pergi ke sekolah atau pun berjumpa dengan kawan-kawannya.
Setelah Layla dipingit, muncul penyesalan dalam hati Qays karena tidak mampuh menyimpan rapat rahasia mereka. Begitu juga Layla, di rumah pikirannya
selalu membayangkan Qais. Mereka sama-sama mengalami kesengsaraan karena berpisah, mereka menangisi nasib yang menimpa dan menyesakkan dada. Qays
laksana bunga kembang tak jadi. Jiwanya menjerit dan terguncang. Akal sehatnya terbang melayang ke udara, mengembara mencari Layla.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Qays menjadi gelisah, tak sekejap pun ia sanggup memejamkan mata. Jika hari sudah malam, Qays pergi meninggalkan rumah dan berjalan tak tentu arah
menerobos semak belukar menuju padang belantara. Dia berkelana mencari pengobat hati, sembari bibirnya melantunkan syair. Ketika pagi menjelang, Qays berlari
menuju padang sahara, tanpa beralas kaki, ia mengabarkan pada angin dan pasir tentang derita jiwa yang dialaminya.
Semakin hari jiwa Qays semakin menderita. Dia terus menyebut nama Layla yang telah memenjarakan hatinya. Ulah Qays ini, dianggap telah mencemarkan nama
Layla dan keluarganya. Hati orang tua Layla hancur karena anak gadis yang menjadi permata seluruh kabilah, disebut-sebut oleh orang gila dan menjadi tertawaan
masyarakat. Akhirnya mereka pindah ke lembah Nejd karena tidak tahan dipermalukan.
Layla yang sudah jauh dari Qays semakin tersiksa. Layla selalu mengenang Qays. Hasrat hatinya ingin bertemu dengan Qays. Rasa cinta di hati gadis itu semakin
mendalam. Meskipun mereka berdua berjauhan, getar perasaan Layla terhubung juga pada Qays. Jika Layla semakin menderita, maka Qays lebih sengsara. Qays semakin
menjadi-jadi. Ia semakin sering meninggalkan rumah dan hidup sendirian di padang pasir yang gersang atau hutan belantara yang berbahaya. Dia tidak lagi merawat
tubuhnya, rambutnya dibiarkan panjang dan berjalan tanpa pakaian. Bila kerinduannya pada Layla tidak tertahankan, maka dadanya menjadi sesak
dan pikirannya menjadi kalut, seperti pada kutipan berikut:
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
“Layla Layla” suara itu terus bergema, diucapkan berulang kali bagai mantra-mantra. Air mata kesedihan dan keputusasaan mengalir deras di
pipinya yang pucat, laksana tetesan embun jatuh ke bumi. Qays telah kehilangan semangat dan putus asa. Akal sehatnya sudah hilang, sirna pula
kesadaran dirinya. Jika sudah demikian syair-syair yang indah keluar dari bibirnya yang kering hlm. 21.
Qays bertekad untuk mengunjungi kekasihnya. Untuk itu, ia rela menyamar
menjadi pengemis asalkan dapat mendekati rumah Layla. Ketika bertemu, Layla ingin menjerit karena terkejut dan bahagia, namun gejolak itu ditahannya karena takut
ketahuan ayahnya. Ia sangat kasihan melihat Qays yang telah menelantarkan diri. Mereka hanya bisa saling menatap.
Sejak pertemuan itu, bayangan Layla tidak pernah lepas dari ingatannya. Ia menggubah sejumlah syair buat Layla. Melalui syair itu bayangan Layla hadir, seolah
sedang berhadapan dan tanpa sadar Qays sering berbicara seorang diri. Qays tidak menghiraukan penilaian orang terhadap dirinya. Lama-kelamaan mereka lupa akan
nama Qays, mereka hanya mengenal lelaki itu bernama Majnun, si gila. Kelakuan Qays membuat Syed Omri bersedih. Ia berusaha mengobati
kesedihan putranya dengan memberi nasehat dan menghiburnya. Ia berjanji akan meminangkan Layla untuknya. Namun, karena kekerasan hati ayah Layla, ia tidak
mau menikahkan anaknya dengan Qays yang sudah dianggapnya gila dan telah mempermalukan keluarganya. Ini dapat kita lihat pada petikan berikut:
“Memang secara lahir anak tuan gagah dan tampan bagai rembulan, namun penyakit yang ia derita tidak mungkin dapat disembunyikan….wahai
tuan, kami memahami bahwa kegilaan bukanlah dosa ataupun kejahatan, namun siapakah orang mau berkumpul bersama orang gila? Orang tua
manakah yang merelakan anak gadisnya bersanding dengan pemuda gila? Sungguh menyerah pada musuh yang bengis lebih baik bagi kami daripada
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
bergabung dengan orang gila. Demi Allah saya tidak menginginkan orang- orang Arab berbicara, saya mengawinkan putriku dengan pemuda gila. Tuan
pasti tahu bagaimana tajam dan berbisanya lidah orang Arab itu”.
Mendengar kata-kata ayah Layla, Syed Omri merasa ditampar dan dilempar kotoran ke wajahnya. Ia menjadi malu dan sakit hati hlm. 34-35.
Upaya untuk meminang Layla hanya membuahkan hasil yang menyakitkan
hati. Syed Omri berusaha menghibur Majnun dengan meminangkan gadis-gadis sekabilahnya dan menasehati agar melupakan Layla. Namun, semua itu semakin
menambah cinta Majnun kepada Layla. Cinta Layla tidak dapat digantikan oleh siapa pun.
Majnun merasa rumah itu sekarang bukan lagi tempat tinggalnya, orang-orang yang mengelilinginya bukanlah saudaranya lagi. Ia tidak betah tinggal di rumah itu.
Majnun pergi ke padang belantara, tempat hidup segala binatang liar dan berbisa. Di sana ia menangis dan menumpahkan segala deritanya yang terbakar api cinta
Layla. Mulutnya tak henti menyebut nama sang kekasih, seperti mantra yang dapat mengurangi rasa sakit.
Tubuh dan wajah Majnun yang dulu bak bulan purnama, kini terbalut debu. Semakin lama tubuhnya semakin kurus bagai ranting pohon. Binatang-binatang liar,
bahkan semut pun enggan mendekat. Mungkin binatang itu melihat cahaya cinta dari jiwa Majnun, hingga mereka tak sampai hati menyakiti.
Kepergian Majnun membuat Syed Omri gelisah. Ia mengutus beberapa pemuda untuk mencari Majnun dan membawanya pulang. Siang malam mereka
mencari hingga menemukan sosok tubuh yang kurus kering, dan wajah pucat
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
tergeletak di tanah. Hampir saja mereka tak lagi mengenali bahwa lelaki itu adalah Qays, sahabat mereka.
Syed Omri tidak tega melihat anaknya menderita. Ia berikhtiar dengan mengundang para tabib dengan berbagai cara dan bentuk pengobatan. Ia juga
bersedekah kepada fakir miskin. Namun, semua usahanya sia-sia. Usaha yang terakhir yang dilakukan oleh Syed Omri adalah berdoa di Ka’bah. Syed Omri segera
menunaikan ibadah haji dan berdoa kepada Allah untuk kesembuhan anaknya. Kemudian Syed Omri menyuruh Qays berdoa kepada Allah agar dia terlepas dari
Layla dan cintanya. Namun, Qays berdoa kepada Allah agar Layla dianugrahi untuknya dan dia
berdoa agar hatinya jangan berpaling dari Layla. Ini dapat kita lihat pada kutipan berikut:
“Ya Allah anugrahkanlah Layla padaku, dekatkanlah ia padaku. Ya Tuhan sesungguhnya Engkau empunya anugrah dan ampunan”.
“…Ya Allah, jika Engkau anugrahkan Layla untukku, maka Engkau akan melihat seorang hamba bertaubat, yang tidak akan mampu dilakukan
oleh hamba-Mu yang lain…Satu-satunya hajat hidup yang aku miliki adalah bertemu dengan Layla, tidak ada kebahagiaan selain itu” hlm. 45.
Demi mendengar doa Majnun, putuslah harapan ayahnya. Tidak ada lagi
upaya yang dapat dilakukannya untuk menyembuhkan Majnun. Hatinya semakin sedih, hidupnya terasa hampa, tiada lagi harapan yang tersisa. Cahaya yang
dibayangkan kini berubah menjadi kegelapan. Setelah pulang menunaikan haji, Majnun tidak betah lagi tinggal di rumahnya
yang mewah. Hidupnya tidak tenang jika tidak berjumpa dengan Layla. Bagi Majnun
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
tidak ada suatu kebahagiaan, selain dapat berjumpa dengan Laila. Namun, untuk berjumpa dengan Layla tidaklah mudah. Gadis itu semakin dijauhkan dari
kemungkinan bertemu dengannya. Keadaan itu membuat jiwa pecinta yang mabuk asmara itu semakin hancur binasa.
Majnun hidup sendiri di gurun sahara, berkawan dengan binatang buas dan selalu menyebut nama Layla. Tubuh Majnun semakin hari semakin lemah. Salah satu
yang membuatnya bersemangat hanyalah jika ada orang yang membawa kabar tentang Layla.
Naufal, salah seorang bangsawan Arab dan kepala kabilah Arab sangat prihatin malihat keadaan Majnun. Ia berjanji akan membantu Majnun untuk
mendapatkan Layla. Ia mengerahkan pasukannya untuk melawan pasukan ayah Layla. Ketika kemenangan sudah berada di pihaknya, tiba-tiba ayah Layla
mengatakan bahwa ia tidak akan menyerahkan anaknya kepada orang gila. Dia tidak mau menikahkan dengan kehinaan dan aib. Mendengar pengakuan orang tua malang
itu Naufal menjadi terharu. Ia tidak sanggup membunuh musuh yang tidak berdaya. Naufal melihat cinta dalam bentuk lain yaitu cinta seorang ayah kepada anaknya.
Saat Majnun mendengar keputusan Naufal, ia sangat kecewa. Ia kembali masuk ke dalam hutan berteman dengan binatang-binatang buas. Lebih baik berteman
dengan binatang yang tidak pernah menyakitinya daripada berteman dengan manusia yang hanya menambah kesediahan dan keputusasaan. Sejak berperang dengan
kabilah Naufal, kabilah Qhatibiah selalu memandang Layla dengan marah, ia
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
dianggap sebagai penyebab peperangan. Layla semakin terkucil dan putus asa. Harapan untuk bahagia putus sudah, hatinya hancur binasa.
Ayah Layla tidak ingin membiarkan keluarganya selalu dihina dan Layla diterpa kesedihan tiada henti. Dia dikawinkan ayahnya dengan Ibnu Salam. Layla
tidak bisa menolak perkawinan itu. Namun, dalam hatinya ia berjanji hanya Majnun yang dapat memiliki hati dan cintanya. Ini dapat kita lihat pada kutipan berikut,
Layla seperti pohon dengan daun-daunnya yang layu, jatuh dalam pelukan debu. Ia tidak bisa merasakan kegembiraan yang ada di depannya,
bahkan untuk berpura-pura pun tiada lagi kesanggupan. Layla teringat nasib kekasihnya, Majnun. Ya, hanya Majnun seorang yang ada dalam hatinya. Tak
ada lagi setitik ruang tersisa untuk orang lain. Hatinya telah terkunci rapat, dan Majnunlah yang memegang anak kuncinya.
Gadis itupun berjanji, hanya Majnun yang dapat memiliki hati dan cintanya. Sekuat tenaga akan ia jaga tubuh dan hatinya. Ia tidak ingin dunia
menuduhnya sebagai pengkhianat. Tidak, ia tidak akan mengkhianati cinta, tidak ingin mengabaikan pengorbanan Qays hlm. 109.
Ketika Majnun mendengar kabar pernikahan Layla, jiwanya seperti kapas
tertiup angin. Majnun menjadi semakin liar. Majnun terus berteriak memanggil Layla, meratapi takdir yang telah memisahkan mereka.
Syed Omri larut dalam duka sejak anaknya pergi. Setiap hari ia meratapi nasib Majnun yang malang. Ia merasa ajalnya sudah dekat dan ingin melihat Majnun untuk
yang terakhir kali. Akhirnya, ia mendengar kabar dari seorang pengelana tentang keberadaan Majnun. Ia berusaha menemukan Majnun, walaupun tempat itu sangat
terjal dan berbahaya. Setelah memberi restu dan berkah di kepala putranya, sambil merintih Syed Omri meninggalkan gua seram itu. Tidak berapa lama setelah
pertemuan itu, Majnun pun mendapat kabar bahwa ayahnya sudah meninggal.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Mendengar kabar itu, Majnun berteriak sembari memukuli wajah dan mencabuti rambutnya.
Majnun mendengar kabar dari Ishaq, seorang pengelana tua yang merasa simpati terhadap kisah cinta Layla dan Majnun. Lelaki itu mengatakan bahwa Layla
tetap akan mencintai Majnun, walaupun ia telah menikah. Layla tidak akan mengkhianati cinta kasih Majnun. Ia tetap menjaga tubuh dan hatinya. Hati dan
cintanya hanya untuk Majnun. Mendengar hal itu Majnun menjadi bersemangat kembali.
Setelah membaca surat Majnun, Layla diliputi kegelisahan. Lalu dia pergi menemui pertapa dan meminta bantuan untuk mempertemukan dirinya dengan
Majnun. Layla memberikan anting-antingnya kepada pertapa itu untuk diberikan kepada Majnun. Demi melihat anting-anting itu, yakinlah Majnun bahwa Layla ingin
bertemu dengan dirinya. Pada waktu yang telah ditentukan maka Majnun pun bisa bertemu dengan Layla.
Majnun tidak sanggup bertemu dengan Layla. Berkali-kali ia pingsan, seakan ia tidak percaya bahwa ia bertemu dengan Layla. Majnun segera mengungkapkan isi
hatinya dengan bersyair. Ini dapat kita lihat pada kutipan berikut: Apakah yang sedang mengalir dalam jiwaku ini?
Siapakah yang sedang memandangku? Apakah ia kecantikan bunga mawar?
Walau bunga mawar itu telah dicabut dari taman hatiku Untuk menjadi penghias taman yang lain
Namun tidak mungkin menjadi layu Wahai Layla, aku telah dimabukkan oleh rasa cinta hlm. 154.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Setelah pertemuan itu, Layla semakin menanggung kesengsaraan. Ia melewati hari-harinya dengan air mata penderitaan karena rindu. Sebenarnya Ibnu Salam,
suami Layla juga menderita. Lelaki yang baik hati itu pun telah salah memetik bunga. Ibnu Salam bangga bisa menyunting Layla, tetapi pernikahannya adalah jalan menuju
kematian. Hatinya sakit sejak malam pertama. Tetapi Layla tidak bisa disalahkan, adat memaksa perempuan menikah dengan lelaki yang tidak dicintai. Karena adat
juga seorang gadis dipaksa untuk mengkhianati kekasihnya. Peristiwa demi peristiwa menelan ketegaran Ibnu Salam, akhirnya lelaki itu
jatuh dalam kehampaan cinta. Bagaimana tidak orang yang paling ia sayangi selalu menyebut nama lelaki lain. Harga dirinya merasa terhina, karena istrinya selalu
menjauh dan mengharapkan lelaki lain. Harapannya telah hilang dan akhirnya ia meninggal karena merana hidup tanpa cinta dan sayang.
Setelah kematian Ibnu Salam, Layla menjadi lebih tersiksa. Ia harus memakai kerudung hitam perkabungan, tidak boleh keluar rumah dan bertemu siapa pun. Layla
semakin murung. Ketika berakhir masa penantiannya, Layla memanggil Zayd, pembantu yang ia percaya dan setia. Layla menyuruh Zayd membawa Majnun
padanya. Pada waktu yang telah ditentukan, kedua insan itu dapat bertemu kembali.
Keduanya diam membisu. Hati mereka dipenuhi keinginan untuk berbagi rasa, namun lidah mereka terasa keluh. Lalu Layla mengeluarkan syair-syairnya dan Majnun pun
meneteskan air mata seraya bersyair pula. Majnun menatap wajah Layla. Getaran hatinya menyiratkan aliran cinta yang demikian deras. Tetapi tiba-tiba hati Majnun
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
bergejolak. Pikiran Qays jadi kalut karena melihat pesona yang memabukkan kini berdiri di hadapannya. Namun, tiba-tiba ia lari seperti binatang buas. Pandangan yang
memesona telah memenuhi jiwanya, membuat pikirannya tidak terkendali. Cinta Majnun suci dan murni. Namun, cinta yang berlebihan membuatnya menjadi gila.
Majnun pergi dan hilang selamanya. Setelah pertemuan itu, Layla seperti terkena badai musim gugur. Setelah
melihat keadaan jiwa Qays, Layla tidak tahu lagi cara menghiburnya. Tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengobati luka rindunya. Harapan dan impian Layla
pudar. Kedukaan dan ketakutan menguasai hatinya. Layla merasa cahaya hatinya mulai surut. Tubuhnya yang kurus sudah tidak mampu menopang kesedihan yang
demikian berat. Layla lalu memanggil ibunya dan berwasiat. Sepeninggalannya nanti jika Majnun menangis di pusaranya, janganlah dihina, tetapi hiburlah hatinya, karena
hanya Majnunlah yang memahami nasibnya. Setelah berkata demikian, Layla pun menutup matanya. Ia telah meninggalkan
dunia fana ini. Zayd segera pergi menemui Majnun dan menyampaikan kabar duka itu. Mendengar kabar dari Zayd, Majnun tersungkur ke tanah dan kesadarannya
hilang. Majnun berlari menuju pusara Layla. Dia mendekatkan dadanya pada pusara itu. Diciumnya pusara itu ribuan kali sambil membentur-benturkan kepalanya.
Binatang buas yang setia mengawal Majnun, hanya diam mematung. Setiap hari Majnun menangis di pemakaman. Tubuhnya semakin lemah dan tak berdaya.
Akhirnya Majnun meninggal dunia di atas pusara Layla. Ini dapat dilihat pada kutipan berikut:
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Semakin lama suara Majnun semakin lemah. Sayap-sayap kematian telah mengajaknya terbang menemui Layla sang kekasih di alam keabadian.
Gerbang kematian telah terbuka, dan mengajaknya pergi meninggalkan dunia fana. Kematian yang menjemput tidak meninggalkan bekas penderitaan.
Wajah Majnun seperti terlihat sedang tertidur. Kepalanya tergeletak di atas batu nisan, sedang tubuhnya seperti memeluk tanah pekuburan yang
menyimpan jasad kekasihnya hlm. 178.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Lampiran 2: Tabel Analisis Proses Mental
Tabel 3. Analisis Proses Mental Persepsi No
Pengindra Proses : Mental,
Persepsi Fenomena Hlm
Baris
1. Syed Omri [bagai
musafir] melihat fajar
419 2.
[Bila] seorang pemuda
menatap parasnya 826
3. Zulaikha yang
terpesona melihat ketampanan
Yusuf 830
4. Seorang pemuda
tidak mampu menatap
wajahnya 915 5.
Qays sendiri [sejak pertama]
Melihat pancaran cahaya
keindahan itu 919
6. Qays
belum pernah melihat
keindahan yang menakjubkan
921 7.
[Saat] Qays Menatap
wajah Layla 930
8. Gadis itu
Melihat pesona yang
memabukkan pada diri Qays
1027
9. Bukit dan lembah
mendengarkan lolongan Qays
218 10.
Seorang penjaga yang sedang
bertugas melihat Qays
2830
11. Penjaga itu [juga]
melihat Layla
2831 12.
Majnun [pun] melihat
ada orang yang memperhatikan tingkah
laku mereka 292
13. Orang-orang yang
kebetulan berpapasan dengan
Qays melihat
perangai pemuda itu 2912
14. [Hanya] angin
malam yang ikut bersedih
mendengar rintihannya 2925
15. Bani Qhatibiah
sudah mendengar kabar
3113 16.
[Cobalah] engkau tengok
gadis-gadis cantik di kabilah kita
3516 17. Tidakkah
engkau lihat
gadis-gadis kabilah kita 3522
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
18. [Dan] ia
melihat tiada lagi yang dapat
diharapkan 3613
19. [Sedang] engkau
tidak melihat harapan untuk bersanding
dengannya 398
20. Hati mereka
[hancur binasa] melihat putra
kesayangannya 4213
21. [Siapakah] orang
tua yang tega melihat anaknya
menderita? 436
22. Ia [tidak akan
diam dengan tenang]
melihat anaknya terancam bahaya
437
23. Mereka
melihat menara yang berkilap
4411 24.
Engkau akan melihat
seorang hamba bertaubat 4519
25. Hati Syed Omri
[seperti disayat duri]
mendengar doa Majnun
463
26. Ia
menatap wajah ayahnya
472 27. Binatang-binatang
buas yang berada di dalam gua
mengaum melihat kehadiran
Majnun 4922
28. [Mungkin] tuan
sudah mendengar tabiat seorang pemuda
yang tinggal di lembah Wadiyain
5110
29. [Dari kejauhan]
mereka mendengar
suara binatang buas 5219
30. Binatang-binatang buas [menjadi
jinak] demi melihat
pancaran cahaya cinta di wajah Majnun
532
31. Aku
dapat memandang jernih matamu
5424 32. Aku
memandang ikal
rambutmu 5425 33.
Syed Omri [tidak kuasa]
mendengar ratapan Majnun
565 34.
[Betapa sedih] aku mendengar
rintihanmu 567
35. [Kelak] engkau
akan melihat beda antara cinta dan
nafsu 5831
36. Sang ayah [hanya
bisa bersedih] melihat
tubuh putranya yang kumal
618 37. Mereka
mendengar teriakan
Majnun 628 38.
[Dan ternyata] mereka
tidak melihat ruh atau makhluk langit
6212
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
39. Majnun melihat sesuatu
yang mengusik
hatinya 6224
40. Ia melihat
seorang lelaki
6225 41. Layla
[berjalan- jalan di taman]
melihat sekeliling 6524
42. Jiwanya yang
mengembara bisa mendengar
suara majnun 6625
43. Layla
mendengar suara yang begitu lembut
6627 44.
Layla mendengar
anak muda dan orang tua melantunkan syair
675 45. Ishaq
melihat sebuah pemandangan
yang ganjil 6731
46. Ishaq memandangi
Layla 6811
47. [Dan] aku
melihat sepertinya engkau sedang
diliputi kesedihan 6815
48. Ia
perhatikan Ishaq dengan teliti
6827 49.
[Sesaat] Layla melihat
bunga lili dan mawar yang sedang mekar
765 50.
Ibnu Salam melihat
di dalam taman 811
51. Ibnu Salam
terkesima] melihat
mata layla yang indah 812
52. [Bila] musuh
mendengar namanya
858 53.
Pemburu itu melihat
seekor rusa 8522
54. Ia melihat
sosok manusia
8529 55. Telinganya
mendengar Lagu-lagu
sedih 8530 56.
Dia melihat
tubuh lelaki itu tinggal tulang-belulang dibalut
kulit 862
57. Ia belum
pernah melihat
keganjilan 8614 58.
Naufal [gembira] melihat
perubahan pada diri majnun
8712 59.
Naufal memperhatikan
Semua tingkah laku majnun
885 60.
Naufal [senang] melihat
perubahan yang terjadi pada diri tamunya
888 61.
Ia [juga senang] mendengar
syair-syair cinta majnun 889
62. Orang tua Layla
mampu melihat Mutiara yang kemilau
897 63.
Majnun melihat
cahaya terang-benderang 8922
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
64. [Bila Allah
menakdirkan] engkau
melihat Nya dia walau sekejap
914
65. [Janganlah] tuan
memandang [rendah]
kekuatan kami 9617
66. Majnun yang sejak
kemarin [hanya] melihat
[saja] pertempuran itu dari
tenda 987
67. Majnun [menangis]
melihat korban berjatuhan
9817 68.
Engkau melihat
Bahwa kekuatan kami telah kalah
9828 69.
Engkau [akan] melihat
kesungguhan dan kebenaran ucapanku
9919 70.
Ia [tidak tega] mendengar
kata-kata orang tua yang sudah kalah itu
10011 71.
[Saat] Majnun mendengar
keputusan naufal 10028
72. Majnun
menyaksikan seekor rusa terjerat dalam
perangkap 1028
73. Majnun
melihat rusa yang telah dia
bebaskan 10324
74. Majnun menatap
kepergiannya 10326 75. Layla
[menjadi sedih]
mendengar Cerita ayahandanya
1068 76.
Gadis itu [berusaha]
mendengarkan nasehat ayahnya
10616 77. Ia
melihat layla menampakkan
punggung 1108
78. Majnun
mendengar kabar pernikahan Layla
dengan ibnu salam 1121
79. Aku
melihat Daun tumbuh dan
berkembang 11517
80. Tiada orang
yang sudi
mendengar ratapanku 11522
81. Sang pengelana
[menjadi terkejut] mendengar Kata-kata
Majnun 11614
82. Ia [merasa
kasihan] melihat kesedihan
Majnun 11615
83. Syed Omri
melihat sosok puteranya dalam
keadaan menyedihkan 1202
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
84. [Siapakah] orang
tua yang tega melihat
puteranya dalam keadaan kurus hanya tinggal
tulang terbalut kulit 1204
85. Ia
melihat seekor ular membelit
leher Qays 12011
86. Syed Omri
mengamati Majnun yang seperti
tidak sadarkan diri 12015
87. Ia [bisa]
melihat [dengan jelas]
sosok yang berdiri di hadapannya
12028 88.
Ia [bisa] menatap dan
mengenali ayahnya 12029
89. Majnun menatap
ayahnya 12215
90. Aku
tidak melihat apapun selain Layla
12221 91.
Syed Omri dengan kedukaan yang
tidak bisa diungkapkan
menatap puteranya 12232
92. Ia
melihat wajah Majnun
1231 93. Majnun
melihat seekor burung
merpati 1277
94. Aku
melihat Mu tak berubah
12722 95. [Kemudian]
Majnun melihat
seekor anak rusa yang bergerak gesit
1289 96. Aku
melihat ia
12926 97.
Ia melihat
sang pegawai yang tidak bersalah itu terikat kuat
10129 98. Si
penunggang kuda
melihat Majnun dikelilingi oleh
binatang buas 13110
99. Majnun
menatap wajah lelaki itu
1321 100.
Aku melihat
Rusa yang malu-malu dan singa buas
bersamamu dalam suasana damai
1327
101. Gadis itu
melihat ku
13228 102. Aku
melihat Dia
menangis 13422
103. Aku
melihat jemarinya yang halus
1361 104. Mereka
[tidak akan mampu lagi]
melihat Bahwa yang berada di
sampingnya adalah sosok manusia
1399
105. [Sudah lama] ia
mendengar kisah Majnun
13920 106.
Majnun menatap
Salim dengan raut muka tidak senang
14016
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
107. Punggawa kerajaan itu
menatap dengan pandangan
penghina 14121
108. Sang ibu
memperhatikan keadaan putra
kesayangannya 14425
109. Aku menatap
tidurmu 14513 110.
[Sudikah] tuan mendengar
kisah yang tidak memiliki hubungan
apapun dengan anda? 14910
111. [Apakah] engkau
pernah mendengar kisah seorang pemuda
yang tampan dan berakhlak mulia?
14915
112. [Biarkan] mata ini memandang
wajahnya lagi 15013
113. Pertapa itu
melihat seorang lelaki dikelilingi
oleh binatang buas 15027
114. [Kini] ia [benar-
benar akan bertemu]
melihat sinar matanya
15213
115. ia
melihat Bibirnya yang bagai batu
rubi 15214
116. [Dari kejauhan]
Majnun melihat rumah
kekasihnya 15216
117. Layla
melihat Sang pertapa meyelinap
ke dalam taman 1535
118. Orang-orang
melihat ku berada di samping
qays 15322
119. Lelaki tua itu
melihat pemandangan yang
mengharukan 15328
120. Matanya
melihat Layla sedang berdiri
mematung 1542
121. Engkau dengan
mata hitam yang indah
memandang Penuh cinta
padaku 15517
122. Aku
melihat anggur cinta di sana
15519 123.
Aku melihat
betapa bahagia kita berdua
15520 124. [Dari
kejauhan] Majnun
melihat Seorang lelaki berwajah
tampan dan gagah 1587
125. Ia
perhatikan lelaki itu
1588 126.
Aku telah mendengar
kisahmu 15815
127. [Mengapa] engkau memandang [hina]
kemegahan dan semua kemewahan yang kau
miliki 15824
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
128. Pemuda itu
[tinggal beberapa hari lamanya]
mendengar dan melihat
ketulusan jiwa majnun 16111
129. Layla menatap
ke arah
rembulan 1641
130. Mata mereka
menatap satu sama lain dalam
kebisuan 16616
131. Layla
memandang wajah Majnun yang
suram 1684
132. [Dan] Majnun
[pun] menatap wajah
Layla 1686
133. Dia
memandang berkeliling selama
beberapa waktu 16817
134. [Sejenak kemudian] dia
menatap Layla dengan senyum
yang mengerihkan 16818
135. Langit telah
berkenan mendengar
doaku untuk mengembalikan aku ke
alam keabadian 17122
136. [Dan saat] engkau melihat
dia mendekat tandu jenasahku
1729 137.
Ibu yang berduka itu
menatap puterinya tanpa suara
17224 138.
Ia melihat
air mata kesedihan yang menetes
1742 139.
Aku [tidak bisa lagi]
melihat wajah bidadari
1759 140. [Dimana
lagi dapat] ku
pandang bibir yang seperti
permata rubi 17522
141. Majnun
menatap orang yang mendekatinya
1773 142.
Zayd melihat
dunia lain, dunia yang penuh pesona dan
kebahagiaan 17927
143. Zayd
melihat malaikat muncul dari
cahaya lingkaran kemewahan
17928
144. Dia
melihat kubah hijau dengan buah
emas dan kumpulan bunga
17931
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Tabel 4. Analisis Proses Mental Afeksi, Pengindra sebagai Subjek No
Pengindra Proses : Mental,
Afeksi Fenomena Hlm.
Baris
1. Aku
[tetap penuh] harap pada-Mu
34 2.
Aku [tetap] mengharap
kemurahan-Mu 331
3. Syed Omri
tak [jua] jemu untuk berikhtiar
41 4.
Syed Omri [seolah] tidak ingin
sekejap pun melewatkan kebahagiaan bersama
putera kesayangannya 67
5. Lelaki tua itu
kini tak lagi tertarik melakukan perjalanan
jauh 613 6.
Ia tidak tertarik
melakukan perniagaan 615
7. Syed Omri
Berharap kelak puteranya dapat
dibanggakan 76
8. Syed Omri
Ingin Qays menjadi pemuda
yang cerdas dan pandai 714
9. Semua lelaki
yang memandang
[pasti] terpikat oleh pesona dan kecantikan
gadis 831
10. Qays
[benar-benar telah] jatuh hati
pada Layla 923
11. Layla [mawar
jelita di taman nirwana itu]
[sudah] tertarik pada qays sejak pertama
kali berjumpa 1026
12. Mereka
tidak ingin orang lain mengetahui
hubungan itu 117
13. Jiwa mereka
tidak ingin
berpisah 1118
14. Mereka merasakan
kehangatan cinta 1119
15. Mereka
[hanya] merasakan manisnya cinta dengan
melukiskan ghazal pada mata masing-masing
1129
16. Mereka
menyangka tidak ada mata yang
melihat dan menaruh curiga
1313
17. Pikirannya [selalu]
membayangkan Qays 1421
18. Aku
mencintai Layla
155 19. Ia
[juga] merindukan
ku 1511
20. Ia
berharap ada orang yang dapat
membantu 1813
21. Dia
ingin mengadukan nasibnya
2026 22. Kerabatnya
menganggap cinta
qays 2027
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
23. [Lebih banyak]
orang yang menganggap
Qays telah hilang ingatan 211
24. Ia ingin
menjerit 273
25. Aku [hanya] menginginkan kebaikanmu 2714
26. Ia takut
kehadirannya akan
mencelakakan gadis itu 294
27. Majnun
[tetap saja] menderita dalam cinta
2925 28.
Hati putera kita [telah] terpikat
Oleh ratu dari para gadis arab
3017 29.
Kami berhasrat
meminang belahan hati tuan
3218 30.
Kami yakin
tuan adalah orang yang arif lagi bijak
335 31. [Demi
Allah] saya
tidak menginginkan Orang-orang Arab
berbicara 3329
32. Engkau
[telah] dilenakan dengan cinta buta
3512 33.
Ia [menjadi] sesak
nafas 3616
34. [Sedang] aku
[akan tetap] mencintai nya
3819 35. [Mengapa]
engkau mencintai gadis
387 36.
Aku [akan tetap] mencintai
Layla 3813
37. Lelaki itu [begitu]
mencemaskan nasib puteranya
417 38.
Mereka yakin
lelaki itu adalah Majnun 421
39. Ia
ingin mencelakakan dirinya
4217 40. Aku
mencintai Layla
453 41.
Aku menyayangi dan tidak
bisa berpaling [dari] selain dia
454 42. Ia
merasa sia-sia
464 43.
Ia [masih] ingin
berbuat yang terbaik 466
44. Harga diri
mereka tersinggung demi
mengetahui gadis
bunga keluarga dan penghias semesta disebut-
sebut oleh orang gila 5021
45. Majnun
ingin berteriak memanggil layla
5325 46.
Engkau tak hendak
melihat diriku yang terlunta-lunta
5415 47. Aku
mencintai Layla
5512 48.
Ia berharap
bebannya akan menjadi ringan
6029 49.
Syed Omri ingin
membahagiakan puteranya 619
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
50. Ia
ingin Suasana di rumah selalu
riang gembira 6110
51. Ia
tidak betah dan memilih menjauhkan
diri dari keramaian dunia 6131
52. Ia [berteriak
sekuat tenaga] [seolah] ingin
melepaskan semua beban yang menghimpit
625 53. Ia
tidak ingin rahasianya
terkuak 669
54. Ia
tidak ragu bahwa lelaki itu dapat
dipercaya 6828
55. Sang bukit
tidak ingin melihat gadis itu
dihinggapi kelelehan 709
56. [Barulah] Ishaq
yakin penderitaan yang menimpa
gadis itu 7214
57. Aku
ingin Berada di sampingmu
7620 58.
Mereka mengira
Gadis itu sedang mengigau 783
59. Mereka
tidak ingin permata yang mahal
harganya itu lepas dari genggaman
8228
60. Mereka
maklum Dengan penundaan itu
8320 61. [Mungkin]
engkau kecewa pada
seseorang 8628
62. Naufal [berusaha
sekuat tenaga dan sepenuh
hati] ingin
membantu majnun keluar dari penderitaan yang
menghisap masa mudanya 8726
63. Aku
tidak menghendaki perpisahan yang
meremukkan hati dan jantung
9221
64. Aku
[sudah] tidak sabar menunggu janjimu
934 65.
Aku mengasihi
nya sejak matahari terbit di timur hingga rembulan
menyisakan semburat merah kala fajar
9312
66. Aku
merindukan nya sejak matahari terbit di
timur hingga rembulan menyisakan semburat
merah kala fajar 9312
67. Lelaki itu
[sudah] berniat
Untuk mewujudkan
keinginan Majnun 9510
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
68. Kami [datang
dengan niat tulus]
ingin merangkai benang-benang
asmara yang telah mengikat puteri tuan
dengan sahabat kami 9523
69. Engkau
tidak menginginkan puteriku
9916 70.
Aku tidak mau
dikhianati 9922
71. Aku
tidak mau menikahkan layla pada
kehinaan dan aib 9925
72. Aku
tidak sanggup menikahkan puteriku
dengan keburukan dan menerima kutukan dari
negeriku 1003
73. [Bagaimana mungkin] ia
sanggup membunuh musuh
yang sudah terluka dan tak
berdaya? 10012
74. [Bagaimana mungkin] ia
sanggup Menyakiti lelaki tua yang
sudah sekarat? 10013
75. Ia
tidak ingin kabilahnya menanggung
malu 10614
76. Ayah Layla
tidak ingin membiarkan keluarganya
selalu dihina 10728
77. Ia berharap kali
ini keinginannya untuk mempersunting layla tidak
menemui ganjalan 1089
78. Dadanya
bergejolak Oleh beban berat
10911 79.
Ia tidak ingin
Dunia menuduhnya sebagai penghianat
10922 80.
Ia tidak ingin
Mengabaikan pengorbanan Qays
10923 81.
Aku tidak ingin
melakukan perbuatan yang aku benci
11022 82. Aku
tidak ingin
menjadi seorang
penghianat 11023
83. Aku
tidak ingin menghianati cintaku
11025 84.
Aku tidak ingin
mengotori jiwaku 11026
85. Jiwa yang penuh
cinta tidak [akan pernah]
terlena oleh kemewahan dunia
11031 86.
Mereka [hanya] menginginkan
Orang yang dapat memenuhi segala hasratnya
11422 87.
Ia ingin
bertahan hidup hanya demi engkau
11630
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
88. Aku
bingung memikirkan janji yang tak
engkau tepati 11719
89. Ia
bertekad Untuk mencari dan
menemukan puteranya 1192
90. Majnun
tidak [sedikit pun] merasa
terganggu 12013 91.
Majnun menatap
lelaki itu 12019
92. Aku
ingin Engkau tidak lagi pergi
mengembara 1215
93. Engkau
[akan] aman tinggal di rumah
1216 94. Perasaannya
mengembara mengenang
rumah 1227 95.
[Selama ini] ia [telah] mengabaikan
orang tua karena hatinya telah tercuri oleh seorang
gadis 1228
96. Majnun
menyesal telah berbuat zalim pada
orang-orang yang tulus mengasihinya
1229
97. Syed Omri
tidak [akan] merasakan
kesedihan lagi 12318
98. [Benarkah] engkau
mencintai ku setulus
jiwa 12724
99. Dulu aku
[masih] menaruh
harapan Dapat memilikimu
12729 100.
Ia ingin
melihat sendirian keanehan itu
12928 101.
Mereka menganggap
mu sebagai raja 1328
102. Aku [amat] menginginkan kerelaannya 1334
103. Aku
mengasihi nya
1335 104. Aku
mencintai nya
1335 105. Aku
terlena dengan
cintanya 13312 106. Aku
[akan tetap]
merindukan bibirmu 13816
107. Dia
ingin dapat berjumpa langsung
dengan majnun 13923
108. Ia
bertekad Untuk bertemu majnun
13924 109. [Mengapa]
engkau tak hendak
menyantap hidangan ini? 14018
110. Engkau
terpesona Oleh kemilau dunia
14125 111.
Salim mengerti
apa yang sedang berkecamuk didalam dada
pencinta itu 1444
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
112. Ia
berharap dapat mendengar suara
merdumu untuk mengobati kesedihannya
1513
113. Layla
[sangat] ngin melihatmu tersenyum
1518 114. [Apakah] engkau
tidak ingin Keluar dari
belenggu kesedihan yang telah
memenjarakan hidupmu? 1518
115. Ia
berharap dapat berjumpa dengan
Layla 1521
116. Ia
ingin menjadi burung yang dapat
terbang 15218
117. Aku
[telah] dimabukkan Oleh rasa cinta
15412 118.
[Padahal] ia [masih] berharap
dapat mendengar lebih banyak lagi bait-bait syair
yang dapat menyenangkan hati
1568
119. Banyak orang
ingin mencari gua tempat
persembunyian majnun 1579
120. Ia
[sangat] ingin Bertemu dengan majnun
1581 121.
Aku tidak mengharapkan
yang lain 1591
122. Ibnu Salam
bangga bisa menyunting Layla
1634 123.
Ia berharap
pertemuannya dengan qays dapat mengobati
kesedihannya 1702
124. Ia
berharap kelak pemuda itu dapat
menyuntingnya 17015
125. Ia [sangat]
mendambakan sepeniggalannya dendam
dan amarah bani qhatibiah tidak sampai
mencelakankan Qays 17032
126. Layla
[masih] ingin melindungi kekasihnya
yang gila dan liar 1716
127. Majnun
terkejut [alang- kepalang]
melihat bujang layla datang mengenakan pakaian
berkabung 1741
128. [Dan] aku
berharap Engkau dapat segera
melepaskan belenggu di kakiku
17532
129. Ia
ingin tetap di sana selamanya
17612
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Tabel 5. Analisis Proses Mental Afeksi, Fenomena sebagai Subjek No Fenomena
Proses: Mental, Afeksi
Pengindra Hlm. Baris
1. Bibir Layla
membahagiakan hati yang memandang
2220 2. Kata-kata
istrinya itu
melegakan hati dan menentramkan
pikiran Syed Omri 3027
3. Mata air yang jernih dan bersih
[selalu] menyejukkan hati orang yang
kehausan 329
4. Kata-kata Syed
Omri menyinggung harga
dirinya 339
5. Pesona wajahmu
[akan] menarik hati gadis-gadis cantik
3519 6. Kata-kata
ayahandanya itu meresap
[dalam hati] Majnun 1226
7. Salim masih
berupaya menyenangkan
hati Majnun 14014
8. Kali ini kenangan
akan sang ibu meresahkan hatinya
14314
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Tabel 6. Analisis Proses Mental Kognisi, Pengindra sebagai Subjek
No Pengindra
Proses : Mental, Kognisi
Fenomena Hlm. Baris
1. Manusia tidak pernah tahu
rahasia di balik semua itu 413
2. Manusia
tidak pernah sadar akan bahaya yang
tersembunyi 519
3. Manusia
tidak pernah tahu Bahwa petaka yang
mengintai 520
4. Mereka
tidak tahu bahwa asmara tersimpan
di dalam hati 114
5. Saat orang lain
berpikir agar menjadi orang hebat
1124 6.
Dua kekasih itu [hanya] berpikir
tentang cinta 1125
7. Kedua insan itu
[hanya] memikirkan
diri sendiri 138
8. Tidak seorang pun
menyadari Ketetapan cinta yang akan
terjadi 1311
9. Keduanya
tidak menyadari jika kisah asmara mereka
1312 10.
Qays menyadari
bahwa Layla dipingit 1419
11. Ia tidak
lagi mengenali
dirinya sendiri 187
12. Orang-orang [di
daerah itu] tidak akan
mengetahui suratan takdir yang sedang
berlaku 1928
13. Jiwa Layla
[selalu] mengenang Qays
207 14. Hanya
bebatuan lembah yang bisa
memahami kesediahan hatinya
216 15. Ia [dapat dengan
leluasa] membayangkan
wajah Layla yang cantik 219
16. [Apakah] ia
[masih] memikirkan
diriku? 2123 17. [Lama-kelamaan]
mereka lupa
Akan nama Qays 2919
18. Mereka
[hanya] mengenal lelaki itu sebagai Majnun
2919 19. Lelaki
itu berpikir
Biasanya ibu lebih peka 304
20. Lelaki itu
berpikir mana mungkin
kumbang tak tertarik pada putik
314 21.
Kami memahami
bahwa kegilaan bukanlah dosa ataupun kejahatan
3325 22. Mereka tidak
[akan dapat]
memahami hati yang sedang merana
4013 23. Aku
teringat akan
dikau Layla
4429 24.
Dia yang terus mengingat
cintaku 4511
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009