Karakter Struktur Novel Laila Majnun

Kabar kematian Layla sampai ke telinga Majnun. Majnun berlari dan bersimpuh di pusara Layla. Setiap hari ia menangis dan meratap di atas pusara itu. Tidak ada lagi yang dapat dipertahankannya di dunia ini setelah kematian Layla. Semakin lama suara Majnun semakin melemah, sampai akhirnya ia pun meninggalkan dunia fana ini. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini: Semakin lama suara Majnun semakin lemah. Sayap-sayap kematian telah mengajaknya terbang menemui Layla sang kekasih di alam keabadian. Gerbang kematian telah terbuka, dan mengajaknya pergi meninggalkan dunia fana. Kematian yang menjemput tidak meninggalkan bekas penderitaan. Wajah Majnun seperti terlihat sedang tertidur. Kepalanya tergeletak di atas batu nisan, sedang tubuhnya seperti memeluk tanah pekuburan yang menyimpan jasad kekasihnya hlm. 178.

4.1.3. Karakter

Karakter merupakan hal yang paling penting dalam karya sastra karena tanpa karakter, ia bukan suatu rangkaian cerita tetapi termasuk ke dalam bentuk paparan. Karakter juga ikut membedakan antara karya sastra yang berbentuk cerita dengan puisi. Dengan adanya karakter para tokoh, cerita menjadi lebih hidup dan menarik. Tokoh utama atau sentral dari sebuah cerita, biasanya ada yang disebut dengan tokoh antagonis dan protagonis. Antagonis mewakili tokoh jahat, sedangkan protagonis mewakili tokoh yang baik. Di dalam fungsinya sebagai sumber nilai, cerita rakyat selalu memenangkan tokoh protagonis yang menjadi tokoh teladan. Ada beberapa jalan yang dapat menuntun sampai kepada sebuah karakter, yaitu: Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 1. Melalui yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis. Watak seseorang memang kerapkali tercermin dengan jelas pada sikapnya dalam situasi gawat, karena ia tidak bisa berpura- pura, ia akan bertindak secara spontan menurut karakternya. 2. Melalui ucapan-ucapannya. Dari yang diucapkan seorang tokoh cerita, kita dapat mengenali apakah ia orang tua, orang yang berpendidikan tinggi atau rendah, suku, jenis kelamin, orang berbudi halus atau kasar, dan sebagainya. 3. Melalui penggambaran fisik tokoh. Penulis sering membuat deskripsi mengenai bentuk tubuh dan wajah tokoh-tokohnya. Yaitu tentang cara berpakaian, cara bicara, sifat, dan sebagainya. 4. Melalui pikiran-pikirannya. Melukiskan yang dipikirkan oleh seorang tokoh adalah suatu cara paling penting untuk membentangkan perwatakannya. Dengan cara ini pembaca apat mengetahui alasan-alasan tindakannya. 5. Melalui penerangan langsung. Dalam hal ini, penulis membentangkan panjang lebar watak tokoh secara langsung Sumardjo dan Saini, 1991: 65-66. Dari uraian di atas kita dapat melihat watak atau karakter dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel LM. Banyak tokoh yang berperan dalam cerita ini, tetapi penulis tidak menganalisis semua karakter tokoh. Dalam hal ini, penulis membatasi hanya pada karakter tokoh utamanya yang paling banyak memegang peranannya dalam cerita ini, yaitu Syed Omri, Qays atau Majnun, Layla, Ayah Layla, dan Ibnu Salam. Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 1. Syed Omri Syed Omri adalah ayah Qays. Syed Omri adalah seorang lelaki tua yang menjadi pemimpin kabilah bani Amir. Ia adalah seorang yang berwibawa. Namanya sangat tersohor sampai ke negeri lain. Ia seorang yang hartawan dan dermawan. Ia juga adalah seorang yang gagah berani. ia juga menjadi penegak keadilan bagi orang- orang yang tertindas. Syed Omri adalah sahabat yang menyenangkan bagi kaum saudagar, hartawan, dan pangeran. Ia juga pelindung dan tempat berkeluh kesah bagi fakir miskin dan tempat berseminya harapan musafir kelana yang sesat arah dan tujuan. Ini kelebihan yang dimilikinya sehingga ia menjadi tokoh protagonis yang selalu diagung-agungkan orang. Ini dapat dilihat melalui penerangan langsung yang dibuat oleh penulisnya, seperti pada kutipan berikut: Walau sudah tua, namun kekuasaan Syed Omri begitu disegani laksana kekuasaan seorang raja, kata-katanya menjadi sabda dan perintahnya adalah titah yang tak seorang pun berani melawan. Demikian besar pengaruh kewibawaan Syed Omri, hingga namanya tersohor bukan hanya di negerinya sendiri, tapi sampai ke negeri-negeri lain. Harta kekayaannya pun melimpah, bak kekayaan Nabi Sulaiman. Meski tujuh turunan menikmati hasil kekayaannya, niscaya harta itu tak akan berkurang… Syed Omri menjadi kawan yang menyenangkan bagi kaum saudagar, hartawan dan pangeran, ia juga pelindung dan tempat berkeluh kesah bagi fakir miskin, tempat berseminya harapan bagi musafir kelana yang sesat arah dan tujuan. Pintu hartanya selalu terbuka untuk orang yang membutuhkan. Ia juga menjadi penegak keadilan bagi orang-orang tertindas yang meminta pengayoman hlm. 1-2. Syed Omri juga adalah orang yang penuh dengan cinta kasih. Ia sangat menyayangi anaknya. Semua usaha dilakukannya demi kesembuhan anaknya. Ia sangat menderita melihat penderitaan anaknya. Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 2. Qays atau Majnun Sebelum menjadi gila, namanya adalah Qays. Qays adalah seorang pemuda tampan dan cerdas, tubuhnya kuat dan suaranya merdu. Qays digambarkan sebagai seorang pria yang sempurna. Banyak perempuan yang jatuh hati padanya. Namun, cintanya hanya pada Layla seorang. “Demi Allah, cintaku pada Layla tulus, jiwaku selalu merindu, pikiranku selalu mengenang dan lidahku tak pernah kelu menyebut namanya. Layla laksana minuman yang menyegarkan dan menghilangkan dahaga kalbuku. Cintaku pada Layla adalah cinta yang suci, tidak tercampur dengan nafsu walau sebutir debu. Meskipun orang-orang mengusir dan menyia- nyiakan diriku.” hlm. 93. Petikan di atas menunjukkan bahwa cintanya kepada Layla adalah cinta yang suci. Ia menempatkan cinta untuk cinta bukan cinta untuk nafsu. Karena mempertahankan cintanya membuat ia menjadi gila. Cinta yang terhalang membuat jalan hidupnya berubah. Perilakunya berubah menjadi liar. Dia tidak lagi menghiraukan dirinya, badannya menjadi kurus dan tak terurus, sehingga orang menyebutnya majnun yang artinya gila. Ini dapat dilihat dari pembicaraan ayah Layla dengan salah satu ketua kabilah Arab berikut ini: “…Tangan pemuda itu selalu memegang kepala, berusaha menyabuti rambutnya. Jiwa pemuda itu begitu kacau”. “Dia mengembara setiap hari, terkadang melonjak-lonjak, menari atau bersujud mendekap bumi. Pendek kata ia berbuat hanya menuruti suara jiwanya. Pemuda itu larut dalam nyanyian cinta, yang dinyanyikan dengan nada-nada indah, menyuarakan apa yang ada dalam jiwanya. Seribu hati yang mendengar syair pemuda gila itu pasti akan terpengaruh. Dia terus-menerus berbicara …karena pemuda gila itu selalu menyebut nama Layla”. hlm. 51. Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 Penyebab kegilaan Majnun dapat kita lihat melalui pembicaraannya dengan Naufal berikut: “Wahai, waktu terus berlalu, sedang Layla masih jauh dari sisiku. Kapan waktu akan berpihak pada kami, menyatukan dua hati yang telah lama berpisah? Wahai Layla, orang tuamu menyalahkan diriku karena aku gila. Tetapi tahukah mereka bahwa aku menjadi gila karena berpisah denganmu?”.. “Makhluk dunia telah merenggut sesuatu yang telah diberikan Surga padaku. Saat aku jatuh sakit, mereka menjauhkan Layla dari sisiku. Saat aku keinginan seperti burung tersiram air, mereka mencampakkanku seperti melempar anjing. Tidak ada sorang pun yang bersedia menolongku. Aku merangkak di padang pasir gersang hingga darah membasahi sekujur tubuh, namun tidak ada yang peduli, bahkan mereka memanggilku orang gila. Aku tidak peduli apapun anggapan orang, karena hanya satu tujuanku, yaitu berjumpa dengan Layla”. hlm. 90-91. Dari petikan di atas, dapat dilihat bahwa kegilaan Majnun sebenarnya disebabkan perpisahannya dengan Layla. Tradisi menganggap aib, jika ada orang yang membicarakan tentang anak gadisnya, sehingga Layla harus dipingit. Keluarga Layla juga menolak pinangan Majnun. Walaupun gila, sebenarnya Majnun adalah tokoh protagonis. Banyak orang yang menyukai syair-syair Majnun dan banyak orang yang memuji-muji kesetiaan Majnun. Majnun adalah lambang cinta abadi. 3. Layla Layla adalah seorang gadis yang cantik lembut dan anggun. Rambutnya ikal mayang, bibir berkilauan bak batu rubi, matanya hitam bercahaya. Ia adalah seorang gadis yang sempurna dan diimpikan banyak pria. Ia juga seorang yang cerdas dan pandai bersyair. Layla adalah kekasih Qays dan istri dari Ibnu Salam. Kesempurnaan Layla membuat Qays menjadi tergila-gila. Ini dapat dilihat dari penggambaran fisik tokoh berikut ini: Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 Di antara anak-anak dari berbagai kabilah, terlihat seorang gadis cantik berusia belasan tahun. Waahnya anggun mempesona, lembut sikapnya dan penampilannya amat bersahaja. Gadis itu bersinar cerah seperti mentari pagi, tubuhnya laksana pohon cemara, dan bola matanya hitam laksana mata rusa. Rambutnya hitam, tebal bergelombang. Gadis yang menjadi buah bibir dan penghias mimpi pemuda itu bernama Layla. Ya, bukankah Layla berarti malam, seperti warna rambutnya? Bila seorang pemuda menatap parasnya, pasti jiwa si pemuda akan gelisah dan wajah lembut itu akan tetap terkenang sampai ajal menjelang hlm. 8. Kesempurnaan diri Layla juga dapat kita lihat melalui pembicaraan Majnun dengan Naufal berikut: “Duhai sahabatku, engkau belum pernah menyaksikan gadis yang kecantikannya membuat matahari menjadi malu untuk bersinar. Segala musibah akan menyingkir jika melihat pipinya yang bulat dan berwarna kemerahan. Awan pun akan berubah menjadi hujan jika melihat cahaya matanya. Bila kakinya melangkah, laksana ranting pepohonan menggerakkan dedaunan hijau, begitu gemulai. Suaranya bagai desir angin yang menyejukkan. Bila ia tertawa, seluruh makhluk akan ikut bergembira, namun bila ia bersedih maka bumi pun akan menangis. Bila Allah menakdirkan engkau melihatnya walau sekejap, niscaya engkau akan mengingatnya sepanjang hayatmu” hlm. 91. Pada bait berikutnya dijekaskan juga mengenai kesempurnaan Layla. Jika Layla mengusap mata orang buta, maka telapak tangannya yang lembut akan berubah laksana mukjizat yang membuat si buta dapat melihat kembali. Orang yang melihat wajahnya akan merasa tenang dan damai. Layla dapat menjadi penawar segala duka. Sihir dari segala sihir tidak akan mampu menyentuhnya, dan mantra-mantra tidak akan melenakannya. Wajarlah jika Majnun tergila-gila padanya. Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 4. Ayah Layla Watak yang bertentangan dengan tokoh utama dalam cerita ini menjadi tokoh antagonis adalah ayah Layla. Wataknya yang keras pada pendiriannya ditambah lagi dengan rasa sakit hati akibat nama anaknya yang selalu disebut oleh orang gila, membuat amarah tokoh ini memuncak dan dengan tegas menolak lamaran anaknya yang diajukan oleh ayah Qays. Hal ini dapat dilihat dari penerangan langsung yang dibuat pengarang dan dari ucapannya berikut: Ayah Layla adalah seorang yang keras pendirian. Kata-kata Syed Omri menyinggung harga dirinya. Lalu ia menjawab dengan meninggikan suara, “Jodoh manusia tidak tergantung pada kehendak kita, tapi pada Surga, tempat semua kekuatan, kebenaran dan kejujuran diberikan….Tawaran baik berupa persahabatan yang engkau sampaikan, sungguh enak di dengar telinga, bahkan bagi yang lain akan terdengar menyejukkan hati. Namun, sesungguhnya kata-kata itu bagai tali yang menyeret kami mendekati bara api”. “Memang secara lahir anak tuan gagah dan tampan bagai rembulan, namun penyakit yang ia derita tidak mungkin dapat disembunyikan. Tuan tidak dapat membohongi atau menutup-nutupi kenyataan ini. Dan maaf beribu maaf, sebaiknya lupakanlah apa yang telah tuan ucapkan. Apalah guna berangan-angan, jika hanya akan menyesatkan akal dan pikiran” hlm. 33. 5. Ibnu Salam Ibnu Salam adalah suami Layla. Ia seorang pemuda terhormat keturunan bangsawan. Wajahnya tampan, tubuhnya kekar, manis tutur katanya, baik, sopan, ramah, tidak sombong, dan memiliki kemauan yang kuat. Ia juga adalah seorang yang penyabar dan penuh kasih sayang. Ini dapat kita lihat melalui penggambaran fisik tokoh berikut: …Ibnu Salam, nama pemuda itu, pemuda terhormat dari kalangan bangsawan. Manis tutur katanya, baik budi bahasanya, sopan dan tidak sombong, serta memiliki kemauan yang kuat. Ia tidak akan pernah kesepian, Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009 karena selalu saja ada orang yang bersedia menemani. Senyum yang selalu tersungging di bibirnya, semakin menambah pesona pemuda bertubuh kekar itu hlm. 80.

4.1.4. Bahasa