6.2. Mental Kognisi
Analisis pada proses mental kognisi ditandai dengan aktivitas otak, seperti: sadar, tahu, berpikir, mengenali, mengenang, membayangkan, memahami, lupa,
mengetahui, teringat, terkenang, dan mengenang. Dari 359 klausa proses mental, dari hasil analisis terdapat 78 klausa proses mental kognisi, sedangkan 3 klausa
diantaranya merupakan fenomena yang berfungsi sebagai subjek. Analisis data proses mental kognisi dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Analisis proses mental kognisi
dapat dilihat pada contoh klausa di bawah ini: [18]
Manusia Tidak pernah sadar
akan bahaya yang tersembunyi
Pengindra Proses: Mental, Kognisi
Fenomena [19]
Mereka tidak tahu
bahwa petaka yang mengintai
Pengindra Proses: Mental, Kognisi
Fenomena [20]
Lama-kelamaan mereka lupa
akan nama Qays Pengindra Proses:
Mental, Kognisi Fenomena
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
[21] Lelaki itu
berpikir biasanya ibu lebih peka
Pengindra Proses: Mental, Kognisi
Fenomena [22]
Layla teringat
nasib kekasihnya Pengindra Proses:
Mental, Kognisi Fenomena
Sama halnya dengan proses mental afeksi, proses mental kognisi juga dapat
terjadi secara timbal balik. Kalusa [23] dan [24] masing-masing bisa bertukar posisi dengan arti yang bersamaan, begitu juga dengan klausa [25] dan [26]. Ini dapat dilihat
pada hasil analisa berikut ini:
[23]
Semua keindahan itu mengingatkan
ku [pada Layla] Fenomena Proses:
Mental, Kognisi Pengindra
[24]
Aku teringat
semua keindahan itu Pengindra Proses:
Mental, Kognisi Fenomena
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
[25] Kesengsaraan
tidak pernah diketahui oleh orang yang sudah
mati Fenomena Proses:
Mental, Kognisi Pengindra
[26]
Orang yang sudah mati tidak pernah mengetahui
kesengsaraan Pengindra Proses:
Mental, Kognisi Fenomena
6.2. Persentase Analisis Proses Mental
Setelah menganalisis proses mental dalam novel LM, secara keseluruhan persentase proses mental dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Persentase Analisis Proses Mental Novel LM No Proses
Mental Klausa
1. Persepsi 144
40,11 2. Afeksi
137 38,16
3. Kognisi 78
21,73
Jumlah 359
100
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa klausa proses mental persepsi menempati urutan pertama dengan persentase 40,11. Klausa proses mental afeksi
menempati urutan kedua dengan persentase 38,16. Sedangkan proses mental
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
kognisi menempati urutan ketiga dengan persentase 21,73. Ini menunjukkan bahwa aktivitas indra mata dan telinga lebih banyak digunakan dalam novel tersebut.
Aktivitas hati hanya terpaut tujuh klausa dari aktivitas indra mata dan telinga. Sedangkan aktivitas otak sangat sedikit dipergunakan dalam novel LM, jika
dibandingkan dengan aktivitas indra mata, telinga dan hati. Novel LM adalah novel yang berceritakan tentang cinta. Biasanya novel
percintaan banyak bercerita tentang perasaan. Jatuh cinta bisa disebabkan oleh pandangan pertama. Dari pandangan pertama ini, rasa cinta turun ke hati. dalam
melukiskan pertemuan-pertemuan dan perasaan hati, tentulah dipergunakan kata-kata yang menyangkut tentang indra mata dan hati. Biasanya orang yang sedang jatuh
cinta, pikiran kurang diutamakan. Otak dipergunakan untuk membayangkan hal-hal yang indah tentang cinta tersebut, sehingga membawa si pencinta ke dalam khayalan
yang mengasyikkan. Logika tidak dibutuhkan dalam bercinta, karena kata-kata tentang cinta itu sendiri sudah melampaui dari logika. Inilah sebabnya di dalam novel
LM lebih banyak digunakan klausa proses mental persepsi dan afeksi dibandingkan dengan klausa proses mental kognisi.
Kata kerja yang digunakan dalam klausa proses mental persepsi pada novel LM antara lain melihat, menatap, memandang, dan mendengar. Dari aktivitas indra
mata dan telinga ini, berpengaruh terhadap jiwa atau psikis seseorang. Seseorang yang mental atau jiwanya sehat, tidak akan terpengaruh oleh perasaan. Tetapi jika
seseorang yang keadaan jiwanya terganggu, orang tersebut tidak bisa lagi berpikir dengan jernih, karena ia telah terbuai oleh perasaannya.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
Abdul Aziz al-Quussy Hammad, 2008: 5 mengatakan, “kesehatan mental ialah terealisasinya keserasian yang sempurna antara seluruh macam fungsi jiwa,
disertai kemampuan menghadapi goncangan-goncangan mental biasa yang terjadi pada seseorang, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya”.
Dari pengertian kesehatan mental di atas, bisa dikatakan bahwa seseorang yang mentalnya sehat, di dalam dirinya tidak ada konflik atau pertentangan batin.
Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, sikap, pandangan, dan keyakinan hidup harus bisa membantu dan bekerja sama, sehingga bisa menjauhkan orang tersebut dari perasaan
ragu, bimbang, kegelisahan, dan konflik. Jadi, keserasian yang sempurna antara seluruh macam fungsi jiwa adalah tidak adanya dalam diri seseorang konflik batin,
seperti keberadaannya di antara dua sikap yang bertentangan. Ragu dan bimbang antara mempertahankan harga diri dan menghilangkan rasa laparnya dengan jalan
mencuri. Konflik batin sering kali mengakibatkan ketegangan batin dan kebimbangan.
Syarat utama bagi kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari konflik batin dan mampu mengatasi konflik tersebut ketika terjadi dalam dirinya. Tetapi jika
seseorang tidak mampu mengatasi konflik tersebut, maka hal ini akan menyebabkan jiwanya terganggu.
Sama halnya dengan Syed Omri, Majnun, dan Layla dalam novel LM. Ketiga tokoh cerita ini tidak dapat mengatasi konflik yang terjadi dalam diri mereka,
sehingga kesehatan mental atau jiwa mereka terganggu. Gangguan jiwa yang mereka
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
alami adalah frustrasi. Majnun mengalami frustrasi yang sangat akut sehingga ia menjadi gila.
Pada Tabel 3 no. 20 dan 21, ditemukan bahwa Syed Omri mengalami frustrasi karena ia melihat keadaan Majnun yang menderita dengan tubuh yang
tinggal tulang dan kumal. Dia tidak tahan mendengar ratapan dan rintihan Majnun yang sangat memilukan no. 33 dan 34. Padahal pada Tabel 4 no. 7, Syed Omri
berharap putranya kelak dapat dibanggakan. Jadi, harapan Syed Omri tidak sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya.
Frustrasi Majnun dapat dilihat dari Tabel 3 no. 6 dan 7. Ia menatap wajah Layla dan melihat keindahan yang menakjubkan. Dari Tabel 4 no. 10, Qays telah
benar-benar jatuh hati pada Layla. Namun, karena ayah Layla tidak merestui hubungan mereka membuat Majnun menjadi frustrasi. Ayah Layla menikahkan Layla
dengan Ibnu Salam. Majnun mendengar kabar pernikahan Layla dengan Ibnu Salam Tabel 3, no. 76. Untuk penyesuaian diri, Majnun banyak membayangkan wajah
Layla yang cantik Tabel 6, no. 15. Frustrasi Layla dapat dilihat melalui Tabel 3 no. 8. Layla melihat pesona
yang memabukkan pada diri Qays, sehingga Layla tidak dapat melupakan Qays. Pikirannya selalu tertuju pada Qays. Ia tidak ingin mengabaikan pengorbanan Qays
Tabel 4, no. 80. Namun, karena Layla perempuan, dia tidak bisa berbuat banyak untuk mewujudkan cintanya pada Majnun. Dia harus tunduk pada adat yang
mengikat. Jiwa Layla selalu mengenang Qays Tabel 6, no. 13, merupakan bentuk penyesuaian diri Layla yang diwujudkan dengan berkhayal. Melalui khayalan, Layla
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
dapat membayangkan wajah Majnun dengan leluasa. Khayalan ini akan mengurangi frustrasi yang dialami Layla.
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Setelah membaca dan menganalisis secara seksama novel LM, maka dibuat simpulan sebagai berikut:
1. Representasi perilaku manusia yang dilihat melalui tokoh Majnun, Layla, dan
Syed Omri yang mengalami frustrasi. Majnun dan Layla frustrasi karena cinta mereka tidak dapat terwujud di dunia. Cinta mereka terhalang karena
kesombongan orang tua Layla dan adat yang mengikat. Sedangkan Syed Omri mengalami frustrasi karena gagal membahagiakan Majnun. Mereka
mengalami frustrasi yang kronis, sehingga berakhir dengan kematian. Orang yang frustrasi biasanya melakukan reaksi agresif yang terdiri dari
scapegoating mencari kambing hitam, free-floating anger marah tanpa pandang bulu, dan suicide menyalahkan diri atau bunuh diri. Reaksi lain
adalah menghindar dan kompromi yang terdiri atas sublimasi, proyeksi, dan rasionalisasi. Majnun dalam frustrasinya melakukan semua hal di atas.
Sedangkan Syed Omri dan Layla tidak melakukan reaksi agresif free-floating anger dan reaksi proyeksi atau menimpakan kesalahan pada orang lain. Ini
bisa terjadi karena Layla dan Syed Omri tidak dapat mengekspresikan tindakan mereka secara gamblang. Layla seorang perempuan terhormat, jadi
dia tidak mungkin melakukan perbuatan marah tanpa pandang bulu dan
Lela Erwany : Perilaku Manusia Dan Proses Mental Dalam Novel Laila Majnun, 2009