Akuntabilitas Kinerja Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP

pelayanan ISO 9001 : 2000 di Lapas Kelas II A Wanita Malang. Andi mengemukakan : ” Masalah kompleks Lapas, terutama kelebihan kapasitas yang dihadapi LapasRutan seluruh Indonesia ditambah dengan keterbatasan sarana pembinaan bukan halangan meningkatkan mutu pelayanan. Banyak kalangan yang berpikir standar seperti apa yang dinilai di LapasRutan karena masalahnya sangat kompleks dan banyak. Namun, kalau LapasRutan menunggu segala sesuatunya lengkap baru mulai, maka tidak akan ada tantangan dalam menciptakan sistem yang baik di tengah keterbatasan. 111 Hal ini sejalan dengan hasil Rapat Kerja Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada tanggal 23 Juni 2008 yang menyebutkan : Berkaitan dengan banyaknya permasalahan yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan, Komisi III minta Menteri Hukum dan HAM segera membenahi manajemen Lembaga Pemasyarakatan dengan segera melakukan reformasi secara menyeluruh terhadap sistem kerja maupun sistem pengawasan di Lembaga Pemasyarakatan. 112

C. Akuntabilitas Kinerja Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP

Secara teoritik, akuntabilitas menyangkut dua dimensi, yakni akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horisontal. Akuntabilitas vertikal menyangkut hubungan 111 Lapas Juga Ingin Dapat ISO, http:hukumham.infoindex.php, di akses tanggal 16 Pebruari 2009. 112 Laporan Singkat Rapat Kerja Komisi III DPR RI Dengan Menteri Hukum dan HAM RI, http:www.dpr.go.idassetsberkasLapsing, di akses tanggal 16 Pebruari 2009. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 antara pemegang kekuasaan dengan rakyatnya, antara pemerintah dengan dan warganya. Rakyat melalui partai politik, LSM dan institusi-institusi lainnya berhak meminta pertanggungjawaban kepada pemegang kekuasaan negara. Pemegang kekuasaan atau jabatan publik dalam struktur kenegaraan harus mejelaskan kepada rakyat apa yang telah, sedang dan akan dilakukannya di masa yang akan datang, sebagai wujud akuntabilitas manajerialnya terhadap publik yang memberi kewenangan. Kemudian akuntabilitas vertikal juga bermakna bahwa setiap pejabat harus mempertanggungjawabkan berbagai kebijakan dan pelaksanaan tugas-tugasnya terhadap atasan yang lebih tinggi. Sedangkan akuntabilitas horisontal adalah pertanggung jawaban pemegang jabatan publik pada lembaga yang setara. 113 Selain akuntabilitas profesional, para pejabat publik atau unsur-unsur pengelola urusan umum dan kenegaraan juga harus memiliki akuntabilitas personal, baik dalam aspek profesi dan kewenangan delegatifnya, maupun dalam aspek moralitasnya. Pejabat publik dalam struktur pemerintahan, harus mampu mempertanggungjawabkan kapabilitas dan loyalitas individualnya, baik dalam lingkungan profesi setaranya maupun terhadap atasannya. Jika mereka melakukan pelanggaran etika dan moralitas, mereka harus dengan berani mempertanggungjawabkan pelanggarannya itu. 114 Pengembangan asas akuntabilitas dalam kinerja Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP sangat diperlukan karena pada pelaksanaannya dalam 113 Azyumardi Azra, Op.cit, hlm.188. 114 Ibid, hlm.189. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 rekomendasi yang dibuat harus dapat dipertanggungjawab dan dipertanggunggugatkan. Untuk dapat dikatakan sebagai sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan maka rekomendasi yang dihasilkan melalui tata cara persidangan yang benar termasuk tata cara pengambilan keputusan. Karena itu diperlukan kelembagaan hukum yang memiliki struktur, kewenangan dan mekanisme kerja yang jelas, agar masyarakat dapat memperoleh kepastian mereka harus kemana dan melalui mekanisme proses yang bagaimana. Sturktur, mekanisme dan kewenangan yang tidak jelas menumbuhkan banyak diskresi dan pada gilirannya mendorong tumbuhnya penyalahgunaan wewenang yang pada akhirnya akan menumbuhsuburkan budaya korupsi mekanisme kelembagaan hukum yang kurang jelas, menumbuhkan suatu bentuk layanan yang tidak efisien dan efektif, karena dapat dipermainkan oleh aparat hukum yang tidak jujur tidak amanah 115 . Kinerja Tim Pengamat Pemasyarakatan dapat dikatakan memenuhi unsur akuntabilitas bila pembahasanpengambilan keputusan dilakukan dengan cara : 1. Pembahasan dalam sidang TPP Daerah dapat disertai dengan menghadirkan WBP bersangkutan dan atau pihak-pihak lain terkait, setelah mendapat persetujuan dari anggota. 2. Setiap persetujuankeputusan Sidang TPP didasarkan atas musyawarah dan mufakat. 115 Muchammad Zaidun, Loc.cit., hlm 123. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 3. Apabila musyawarah dan mufakat tidak tercapai, maka dilakukan pemilihan dengan suara terbanyak dengan ketentuan bahwa keputusan diambil lebih dari setengah ditambah 1 satu. 116 Hasil keputusan Sidang TPP sebelum ditandatangani oleh anggota yang hadir harus dibacakan kembali dihadapan anggota dan sebelum sidang ditutup diberikan kesempatan kepada anggota untuk memberikan saran-saran guna pendayagunaan pelaksanaan tentang hasil keputusan yang ditetapkan. 117 Selain itu rekomendasi yang dibuat dalam menentukan tahap-tahap pembinaan bagi narapidana telah memenuhi persyaratan substantif dan administratif terutama dalam proses pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat. Narapidana atau Anak Didik Permasyarakatan dapat diberi Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat, apabila telah memenuhi persyaratan substantif dan administratif. 118 Persyaratan substantif yang harus dipenuhi oleh Narapidana adalah : 1. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebakan dijatuhi pidana; 2. Telah menunjukkan perkembangan budi pekerti dan moral yang positif; 3. Berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan dengan tekun dan bersemangat; 4. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan; 5. Berkelakuan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah mendapat hukuman disiplin untuk : 116 Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor : M.02.PR.08.03 Tahun 1999 tentang Pembentukan Balai Pertimbangan Pemasyarakatan dan Tim Pengamat Pemasyarakatan, Pasal 25. 117 Ibid, Pasal 26. 118 Peraturan Menteri Hukum dan Ham R.I Nomor : M.01.PK.04.10 Tahun 2007 Pasal 5. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 a. Asimilasi sekurang-kurangnya dalam waktu 6 enam bulan terakhir; b. Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas sekurang-kurangnya dalam waktu 9 sembilan bulan terakhir; dan c. Cuti Bersyarat sekurang-kurangnya dalam waktu 6 Enam bulan terakhir. 6. Masa pidana yang telah dijalani untuk : a. Asimilasi, 12 setengah dari masa pidananya; b. Pembebasan Bersyarat, 23 dua pertiga dari masa pidananya, dengan ketentuan 23 dua pertiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan bulan; c. Cuti Menjelang Bebas, 23 dari masa pidananya dan jangka waktu cuti sama dengan remisi terakhir paling lama 6 enam bulan; d. Cuti Bersyarat, 23 dua pertiga dari masa pidananya dan jangka waktu cuti paling lama 3 tiga bulan dengan ketentuan apabila selama menjalani cuti melakukan tindak pidana baru maka selama diluar LAPAS tidak dihitung sebagai masa menjalani pidana; 119 Persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan adalah : 1. Kutipan putusan hakim ekstrak vonis 2. Laporan penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan atau laporan perkembangan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang dibuat oleh Wali Pemasyarakatan; 3. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat terhadap Narapidana dan Anak Dididk Pemasyarakatan yang bersangkutan; 4. Salinan Register F daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang dilakukan Narapidana dan Anak Didik Pemayarakatan selama menjalani masa pidana dari Kepala LAPAS atau Kepala RUTAN. 5. Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi, dan lain-lain dari Kepala LAPAS atau Kepala RUTAN. 6. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan, seperti pihak keluarga, sekolah, instansi Pemerintah atau swasta dengan diketahui oleh Pemerintah Daerah setempat serendah- rendahnya lurah atau kepala Desa; 7. Bagi Narapidana atau Anak Didik warga negara Asing diperlukana syarat tambahan : a. Surat jaminan dari Kedutaan BesarKonsulat negara orang asing yang bersangkutan bahwa Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan tidak 119 Ibid, Pasal 6. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 melarikan diri atau mantaati syarat-syarat selama menjalani Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, atau Cuti Bersyarat; b. Surat keterangan dari Kepala Kantor Imigrasi setempat mengenai status keimigrasian yang bersangkutan. 120 Bila diperhatikan dari persyaratan substantif dan administratif Pasal 6 huruf e dan Pasal 7 huruf d tersebut terdapat keraguan yaitu : pada persyaratan substantif terdapat jangka waktu penilaian berkelakuan baik sedangkan pada persyaratan administratif mencantumkan salinan Register F daftar yang memuat tentang pelanggaran yang dilakukan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan selama menjalani masa pidana. Untuk hal ini pada Tim Pengamat Pemasyarakkatan TPP Lembaga Pemasyarakatan Lubuk Pakam lebih mengutamakan persyaratan substantif dengan jangka waktu penilaian sesuai yang ditetapkan. Bahwa pesyaratan administratif yang dimaksud tidak mengharuskan bahwa Register F haruslah Nihil melainkan untuk menerangkanmenjelaskan apakah selama menjalani hukuman di tahun-tahun sebelumnya pernah melanggar Tata Tertib dalam Lembaga pemasyarakatan. Misalnya seorang narapidana yang dijatuhi hukuman 7 tujuh tahun pidana penjara pada tahun ke 2 dua masa pidana melanggar tata tertib dan dicatat dalam buku Register F tetapi di tahun ke 3 tiga, ke 4 empat dan tahun selanjutnya berkelakuan baik dan menunjukan sikap yang menyesali perbuatannya, maka bagi 120 Ibid, Pasal 7. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 narapidana tersebut dapat diberikan hak-haknya untuk mengikuti tahap-tahap pembinaan selanjutnya, baik pada tahap pembinaan integrasi. 121 Sebagai tim yang melakukan tugas pengamatan dan penilaian maka Tim Pengamat Pemasyarakatan harus membuat risalah pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan. Risalah pembinaan dibuat mengingat bahwa pemasyarakatan adalah suatu proses yang berkesinambungan dan merupakan proses terapi. 122 Sehingga dapat terjadi Warga Binaan Pemasyarakatan yang pada awal pelaksanaan pembinaan melanggar tata tertib dan peraturan dalam Lembaga Pemasyarakatan kemudian di tahun berikutnya dengan pembinaan yang telah diberikan akan berkelakuan baik dan memenuhi syarat administratif dan substantif untuk dapat melaksanakan tahap-tahap pembinaan selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pengertian pembinaan yaitu kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. 123 Namun demikian dalam hal Narapidana yang tidak dimungkinkan memperoleh kesempatan asimilasi dan atau integrasi maka Narapidana yang bersangkutan diberikan pembinaan khusus. 124 Maksudnya adalah tidak memungkinkan memperoleh kesempatan asimilasi dan atau integrasi disebabkan Narapidana yang bersangkutan adalah residivis, pidana seumur hidup, pidana mati, atau sering melakukan pelanggaran tata tertib Lapas dan sebagainya. Yang dimaksud 121 Wawancara dengan Kasi Binadik, Sinarta Tarigan,SH selaku Ketua TPP Lembaga Pemasyarakatan Kls II B Lubuk Pakam,Senin, 19 Januari 2009. 122 Adi Sujatno, Loc.cit, hlm.130. 123 Peraturan Pemerintah R.I Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, Pasal 1 angka 1. 124 Ibid, Pasal 12. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 dengan ”pembinaan khusus” meliputi perlakuan, pengawasan dan pengamanan yang lebih bersifat maksimum security. 125 Terlihat bahwa maksud dari kata melakukan pelanggaran tata tertib Lapas ditekankan pada kata ”sering” sehingga kalau baru sekali dan dalam kurun waktu diluar waktu penilaian 126 maka kepada Narapidana tersebut dapat dilanjutkan ke tahap pembinaan selanjutnya. Persyaratan substantif dan administratif tersebut tidak berlaku untuk seluruh narapidana karena dengan dikeluarkan dan mulai diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor : 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Perubahan tersebut mengatur tentang perbedaan pelaksanaan pemberian hak-hak bagi narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya. Perubahan tersebut antara lain : 1. Pemberian remisi dengan perubahan : a. Setiap Narapidana dan Anak Pidana berhak mendapatkan Remisi. b. Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan kepada Narapidana dan Anak Pidana apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1 Berkelakuan baik; dan 2 Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 enam bulan. 125 Ibid, Penjelasan Pasal 12. 126 Lihat Pasal 6 Peraturan Menteri Hukum dan Ham R.I Nomor : M.01.PK.04.10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat, yang menyebutkan antara lain berkelakuan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah mendapat hukuman disiplin untuk : 1.Asimilasi sekurang-kurangnya dalam waktu 6 enam bulan. 2. Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas sekurang-kurangnya dalam waktu 9 sembilan bulan terakhir.3. Cuti Bersyarat sekurang-kurangnya dalam waktu 6 enam bulan terakhir. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 c. Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan Remisi apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1 Berkelakuan baik; dan 2 Telah menjalani 13 satu per tiga masa pidana. 127 Menurut Peraturan Pemerintah ini, terhadap pelaku tindak pidana terorisme, narkotikapsikotropika, korupsi, kejahatan keamanan negara dan kejahatan HAM, serta kejahatan transnasional lainnya untuk mendapatkan remisi harus menjalani 13 masa pidanya. Pemberian remisi kepada narapidana bukan suatu diskriminasi, tapi lebih pada sikap serius pemerintah dalam menangani tindak pidana sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006. Menteri Hukun Andi Mattalata mengatakan : ”Bukan diskriminasi tetapi sebagai bentuk sikap serius Pemerintah dalam menangani tindak pidana seperti yang disebutkan dalam PP tersebut, yaitu : terorisme, narkotikapsikotropika, korupsi, kejahatan keamanan negara dan kejahatan HAM, serta kejahatan transnasional”. 128 2. Pelaksanaan pemberian asimilasi, dengan perubahan sebagai berikut : a. Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak mendapatkan Asimilasi. b. Asimilasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan kepada Narapidana dan Anak Pidana apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1 Berkelakuan baik; 2 Dapat mengikuti program pembinaan dengan baik; dan 3 Telah menjalani 12 satu perdua masa pidana. c. Bagi Anak Negara dan Anak Sipil, Asimilasi diberikan setelah menjalani masa pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Anak 6 Enam bulan pertama. 127 PP Nomor : 28 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas PP Nomor : 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Pasal 34. 128 Remisi Khusus Hari Lebaran, hukumham.info, Edisi 14, Oktober 2008. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 d. Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan Asimilasi apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1 Berkelakuan baik 2 Dapat mengikuti program pembinaan dengan baik; dan 3 Telah menjalani 23 dua per tiga masa pidana. 129 3. Pelaksanaan pemberian Cuti, dengan perubahan sebagai berikut : a. Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak mendapatkan Cuti. b. Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi : 1 Cuti Mengunjungi Keluarga; dan 2 Cuti Menjelang Bebas. c. Cuti Mengunjungi Keluarga sebagaiman dimaksud pada ayat 2 huruf a, tidak diberikan kepada Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya. 130 Terdapat pasal tambahan yang mengatur pemberian Cuti Menjelang Bebas yaitu : Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan Cuti Menjelang Bebas oleh Menteri apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Telah menjalani sekurang-kurangnya 23 dua per tiga masa pidana, dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan bulan; b. Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 sembilan bulan terakhir dihitung dari tanggal 23 dua per tiga masa pidana; c. Lamanya Cuti Menjelang Bebas sebesar Remisi terakhir, paling lama 3 tiga bulan; dan d. Telah mendapat pertimbangan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan. 131 129 PP Nomor : 28 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas PP Nomor : 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Pasal 34. 130 Ibid, Pasal 41. 131 Ibid, Pasal 42 A ayat 3. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 4. Pelaksanaan Pemberian Pembebasan Bersyarat, dengan perubahan sebagai berikut: a. Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil, berhak mendapatkan Pembebasan Bersyarat. b. Pembebasan Bersyarat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1 Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 23 dua per tiga dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan bulan; dan 2 Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kuranya 9 sembilan bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 23 dua per tiga masa pidana. c. Pembebasan Bersyarat bagi Anak Negara diberikan setelah menjalani pembinaan sekurang-kurangnya 1 satu tahun. d. Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan Pembebasan Bersyarat oleh Menteri apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1 Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 23 dua per tiga, dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan bulan; 2 Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 sembilan bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 23 dua per tiga masa pidana, dan 3 Telah mendapat pertimbangan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan. 132 Apabila dalam pembuatan keputusan Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP telah melaksanakan sesuai peraturan yang ada baik syarat administratif dan substantifnya, juga dalam proses pengambilan keputusan maka Tim Pengamat pemasyarakatan TPP telah memiliki akuntabilitas. Akuntabilitas dimaksud selain akuntabilitas profesional juga harus memiliki akuntabilitas personal, baik dalam aspek profesi dan kewenangan delegatifnya, maupun dalam aspek moralitasnya. Tim 132 Ibid, Pasal 43 Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 Pengamat Pemasyarakatan TPP harus mampu mempertanggungjawabkan kapabilitas dan loyalitas individualnya, baik sesama anggota tim maupun terhadap atasannya yaitu Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan juga kepada masyarakat termasuk Narapidana. Jika mereka melakukan pelanggaran etika dan moralitas, mereka harus dengan berani mempertanggungjawabkan pelanggarannya itu. Dalam menghasilkan rekomendasikeputusan Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP bertanggung jawab kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan juga kepada masyarakat. Saat ini, fungsi dan peran Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP yang sangat dirasa adalah pada pelaksanaan pembinaan integrasi yaitu pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Mengunjungi Keluarga dan Cuti Bersyarat. Pelaksanaan program integrasi ini lebih dioptimalkan dalam upaya penanggulangan over kapasitas. Adapun jumlah narapidana yang mendapat program pembinaan integrasi dapat dijelaskan pada tabel berikut ini : Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 Tabel 1 : Daftar Narapidana Yang Mendapat Pembinaan Integrasi Di Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara Proses Pembinaan Tahun Bulan Asimilasi PB CMB CB CMK Jumlah Januari - 127 25 50 - 202 Pebruari - 191 28 117 - 336 Maret - 80 2 39 - 121 April - 145 14 137 - 296 Mei - 128 3 138 - 269 Juni - 176 1 102 - 279 Juli - 184 4 150 - 338 Agustus - 173 7 71 - 251 September - 117 20 177 - 314 Oktober - 244 4 82 - 330 Nopember - 159 20 150 - 329 2008 Desember - 105 6 103 - 214 Januari - 152 11 82 - 245 2009 Pebruari - 161 15 115 - 291 Sumber Data Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara Data diolah Keterangan : PB : Pembebasan Bersyarat CMB : Cuti Menjelang Bebas CB : Cuti Mengunjungi Keluarga Data pada tabel 1 menunjukan jumlah narapidana yang diajukan diteruskan untuk disidangkan pada sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara dari 34 Unit Pelaksana Tehnis UPT yang ada di Sumatera Utara. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 Tabel 2 : Daftar Narapidana Yang Mendapat Pembinaan Integrasi Di Lapas KLS II A Wanita Medan Proses Pembinaan Tahun Bulan Asimilasi PB CMB CB CMK Jumlah Januari - 6 6 3 2 17 Pebruari - 8 3 1 2 14 Maret - 9 1 4 14 April - 3 1 2 0 6 Mei - 4 0 2 0 6 Juni - 2 0 5 0 7 Juli - 10 3 13 Agustus - 5 3 1 1 10 September - 10 3 1 1 15 Oktober - 10 4 6 1 21 Nopember - 9 2 3 14 2008 Desember - 5 2 2 1 10 Januari - 9 1 2 2 14 2009 Pebruari - 7 2 1 10 Sumber Data Lapas Klas II-A Wanita Data diolah Keterangan : PB : Pembebasan Bersyarat CMB : Cuti Menjelang Bebas CB : Cuti Bersyarat CMK : Cuti Mengunjungi Keluarga Bila dirata-ratakan dari data pada tabel 2 menunjukan jumlah narapidana yang telah disidangkan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP Lembaga Pemasyarakatan Kls II A Wanita Medan dalam proses pembinaan integrasi adalah 12 orang perbulan dari jumlah rata-rata narapidana perbulannya sebanyak 280 orang 133 . 133 Wawancara dengan Kasi Binadik, Agustina Wati Nainggolan selaku ketua Tim Pengamat Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan, pada tanggal 19 Pebruari 2009. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 Tabel 3 : Daftar Narapidana Yang Mendapat Pembinaan Integrasi Di Lembaga Pemasyarakatan KLS B Lubuk Pakam Proses Pembinaan Tahun Bulan Asimilasi PB CMB CB CMK Jumlah Januari - 7 - 6 - 13 Pebruari - 4 - 7 - 11 Maret - 4 - 4 - 8 April - 4 - 4 - 8 Mei - 5 - 5 - 10 Juni - 8 - 4 - 12 Juli - 8 - 11 - 19 Agustus - 4 - 9 - 13 September - 15 2 4 - 21 Oktober - 8 - 6 - 14 Nopember - 12 - 9 - 21 2008 Desember - 5 - 8 1 14 Januari - 7 - 4 2 13 2009 Pebruari - 4 - 6 3 13 Sumber Data Lapas Klas II-B Lubuk Pakam Data diolah Keterangan : PB : Pembebasan Bersyarat CMB : Cuti Menjelang Bebas CB : Cuti Bersyarat CMK : Cuti Mengunjungi Keluarga Jumlah rata-rata dari data pada tabel 3 menunjukan jumlah narapidana yang telah disidangkan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP Lembaga Pemasyarakatan Kls II B Lubuk Pakam dalam proses pembinaan integrasi adalah 13 orang perbulan dari jumlah rata-rata narapidana perbulannya sebanyak 430 orang. Sedangkan jumlah yang diharapkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebanyak 10 dari Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 jumlah narapidana yang ada. 134 Hal ini tentunya merupakan tugas berat bagi Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP untuk dapat bekerja semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkannya. Tetapi hendaknya angka 10 yang diharapakan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tidak membuat Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP bekerja diluar aturan yang ada. 135 Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP diwujudkan dalam proses pengambilan keputusanrekomendasi tetapi tidak dalam pertanggungjawaban bila terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh narapidana setelah adanya keputusan akhir yang dibuat oleh Kepala Lembaga Pemasyarkatan. Bila terjadi suatu pelanggaran yang dilakukan narapidana setelah Surat Keputusan diterbitkan maka narapidana tersebut yang harus bertanggung jawab dan menerima segala konsekwensinya. 136 Hal ini sesuai dengan teori pertanggungjawaban yang disampaikan Hans Kelsen bahwa pertanggungjawaban hukum pada dasarnya terkait, namun tidak identik dengan kewajiban hukum. 137 134 Wawancara dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kls II B Lubuk Pakam, Thurman S.M Hutapea, pada tanggal 9 Pebruari 2009 135 Ibid 136 Wawancara dengan Kepala Devisi Pemasyarakatan, Sugihartoyo selaku Ketua Tim Pengamat Pemasyarakatan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, pada tanggal , 2 Pebruari 2009. 137 Hans Kelsen, Loc. Cit. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN KINERJA TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN TPP DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM MENANGGULANGINYA

A. Hambatan-Hambatan Kinerja Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP Dalam Pelaksanaan Pembinaan

Dokumen yang terkait

Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

1 82 146

Pembinaan Narapidana di Lembaga :Pemasyarakatan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,(Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 32 344

Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995

1 64 118

Pelaksanaan Pembinaan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai)

1 41 122

PERANAN TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN (TPP) DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA

4 19 55

PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI LAKI DAN WANITA DALAM SATU LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

0 7 79

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 3 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 12

PENUTUP PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 6

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA LANJUT USIA DIHUBUNGKAN DENGAN TUJUAN SISTEM PEMASYARAKATAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN.

0 0 1