Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP Dalam Pelaksanaan Pembinaan

Pemasyarakatan Kls II B Lubuk Pakam, namun demikian terdapat Badan yang berminat pada pelaksanaan pembinaan khususnya pada pelaksanaan pembinaan rohani yang pada pelaksanaannya tidak memerlukan rekomendasi dari Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP.

C. Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP Dalam Pelaksanaan Pembinaan

Narapidana Berlandaskan kepada Surat Edaran Nomor.KP.10.1331 tanggal 8 Pebruari 1965 tentang pemasyarakatan sebagai proses, maka dapat dikemukakan bahwa pembinaan narapidana dewasa dilaksanakan melalui empat tahap yang merupakan satu kesatuan proses yang bersifat terpadu, yaitu : 1. Tahap Pertama : Pada tahap ini, setiap narapidana yang masuk ke Lembaga Pemasyarakatan dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal sesuatu mengenai dirinya, termasuk sebab-sebab ia melakukan pelanggaran, dan segala keterangan tentang dirinya yang dapat diperoleh dari keluarga, bekas majikan atau atasannya, teman sekerja, si korban dari perbuatannya, serta dari petugas intansi lain yang telah menangani perkaranya. Pembinaan tahap ini disebut pembinaan tahap awal. Kegiatan masa pengamatan, penelitian, dan pengenalan lingkungan untuk menentukan perencanaan pelaksanaan program pembinaan kepribadian, dan kemandirian, waktunya dimulai pada saat yang bersangkutan berstatus sebagai narapidana Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 sampai dengan 13 sepertiga dari masa hukuman pidananya. Pembinaan pada tahap ini masih dilakukan dalam Lembaga Pemasyarakatan dan pengawasannya dilaksanakan secara maksimum. 2. Tahap Kedua : Jika proses pembinaan terhadap narapidana yang bersangkutan telah berlangsung selama-lamanya 13 dari masa pidana yang sebenarnya, dan menurut pendapat Tim Pengamat Pemasyarakatan sudah dicapai cukup kemajuan, antara lain menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin, dan patuh pada peraturan tata- tertib yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan, maka kepada narapidana yang bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak dan ditempatkan pada Lembaga Pemasyarakatan melalui pengawasan medium security. 3. Tahap Ketiga : Jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani ½ dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut Tim Pengamat Pemasyarakatan telah dicapai cukup kemajuan, baik secara fisik ataupun mental, dan juga keterampilannya, maka wadah proses pembinaannya diperluas dengan asimilasi yang pelaksanaannya terdiri dari dua bagian yaitu waktunya dimulai sejak berakhirnya tahap awal sampai dengan ½ setengah dari masa pidananya. Pada tahap ini pembinaan masih dilaksanakan di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan pengawasannya sudah memasuki tahap medium security. Tahap kedua dimulai sejak berakhirnya masa lanjutan pertama sampai dengan 23 masa hukuman pidananya. Dalam tahap lanjutan ini narapidana sudah memasuki tahap asimilasi Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 dan selanjutnya dapat diberikan pebebasan bersyarat atau cuti menjelang bebas dengan pengawasan minimum security. 4. Tahap keempat : Jika proses pembinaan telah menjalani 23 dari masa pidana yang sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 bulan. Pembinaan ini disebut pembinaan tahap akhir, yaitu kegiatan berupa perencanaan dan pelaksanaan program integrasi yang dimulai sejak berakhirnya tahap lanjutan sampai dengan berakhirnya masa hukuman dari narapidana yang bersangkutan. Pembinaan pada tahap ini terhadap narapidana yang memenuhi syarat diberikan cuti menjelang bebas atau pembebasan bersyarat dan pembinaannya dilakukan di luar Lembaga Pemasyarakatan oleh Bapas yang kemudian disebut Pembimbingan Klien Pemasyarakatan. 89 Pemasyarakatan merupakan suatu proses yang berlaku secara berkesinambungan, serta proses tersebut diwujudkan melalui tahapan pembinaan, dimana tahap demi tahap tersebut ditentukan melalui sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP. Hal ini juga diatur dalam pasal 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan disebutkan : Pembinaan Narapidana dilaksanakan melalui beberapa tahap pembinaan. 1 Tahap pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 terdiri atas 3 tiga tahap, yaitu : 89 Adi Sujatno, Pencerahan di Balik Penjara,Dari Sangkar Menjadi Sanggar Untuk Menjadi Manusia Mandiri, Jakarta : Teraju, 2008, hlm.130-132. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 a. Tahap awal; b. Tahap lanjutan; dan c. Tahap akhir. 2 Pengalihan pembinaan dari satu tahap ke tahap lain ditetapakan melalui sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan berdasarkan data dari Pembina Pemasyarakatan, Pengaman Pemasyarakatan, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Wali Narapidana. 3 Data sebagimana dimaksud dalam ayat 3 merupakan hasil pengamatan, penilaian, dan laporan terhadap pelaksanaan pembinaan. 4 Ketentuan mengenai pengamatan, penilaian, dan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Adapun tahap-tahap pembinaan bagi Narapidana Warga Binaan Pemasyarakatan diatur dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan yang berbunyi : 1. Pembinaan tahap awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1 meliputi : a. Masa pengamatan, pengenalan, dan penelitian lingkungan paling lama 1 satu bulan. b. Perencanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian. c. Pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian; dan d. Penilaian pelaksanaan program pembinaan tahap awal. 2. Pembinaan tahap lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2 meliputi: a. Perencanaan program pembinaan lanjutan. b. Pelaksanaan program pembinaan lanjutan. c. Penilaian pelaksanaan program pembinaan lanjutan,dan d. Perencanaan dan pelaksanaan program asimilasi. 3. Pembinaan Tahap akhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 3 meliputi : a. Perencanaan progran integrasi b. Pelaksanaan progran integrasi dan c. Pengakhiran pelaksanaan pembinaan tahap akhir. 4. Pentahapan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, 2, dan 3 ditetapkan melalui sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan. 5. Dalam sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan Kepala LAPAS wajib memperhatikan hasil Litmas. 6. Ketentuan mengenai bentuk dan jenis kegiatan program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, 2, dan 3 diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 Menurut penelitan yang dilakukan khususnya pada Lembaga Pemasyarakatan Kls II B Lubuk Pakam, persidangan dalam menentukan tahap-tahap pembinaan tersebut pada kenyataannya tidak semua dapat berjalan sebagaimana mestinya. Terdapat beberapa narapidana yang tidak melalui keseluruhan dari persidangan Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP yang menentukan tahap-tahap pembinaan tetapi dapat langsung mengikuti persidangan tahap akhir dari pembinaan yaitu berupa pemberian pembinaan integrasi. Contoh kasus yang ditemui : Nama Narapidana : Elza Filiandre Hukuman : 1 Satu tahun 3 Tiga bulan PerkaraPasal : Narkotika Pasal 82 UU Nomor 22 Tahun 1997 Remisi yang Diperoleh : - Tanggal Ditahan : 09 – 05 - 2008 Tanggal Bebas : 07 - 08 – 2009 Tanggal 23 Masa Pidana : 05 – 03 – 2009 Pada tanggal 13 Pebruari 2009 Narapidana tersebut ikut dalam sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP untuk dapat ikut dalam perencanaan program integrasi yaitu pemberian Pembebasan Bersyarat. Seharusnya perencanaan program integrasi adalah merupakan sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP yang ke IV tetapi pada kenyataannya bagi Narapidana tersebut hal ini merupakan sidang yang pertama dan terakhir. Karena bila dalam persidangan tersebut rencara program integrasinya berupa pemberian Pembebasan Bersyarat disetujui maka narapidana tersebut akan melanjutkan pembinaannya di luar Lembaga Pemasyarakatan. Pada pelaksanaan Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 tahap-tahap pembinaan hal ini memang tidak relevan tetapi secara peraturan perundang-undangan telah terpenuhi persyaratan administratif dan substantif yaitu Narapidana tersebut telah menjalani pidana sekurang-kurangnya 9 sembilan bulan. 90 Dapat juga terjadi seseorang narapidana yang dihukum lebih dari satu tahun tidak pernah mengikuti proses persidangan Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP yang pada akhirnya bebas dalam arti selesai menjalani masa pidananya. Hal ini antara lain disebabkan karena kondisi over kapasitas dan beban kerja sehingga tidak semua Narapidana dalam Lembaga Pemasyarakatan Kls II B Lubuk Pakam dapat diikut sertakan pada pelaksanaan sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP yang en t g Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan 1. n Anak Didik Pemasyarakatan dapat dipindahkan dari satu Lapas . lam ayat 1 adalah: m en ukan tahap-tahap pembinaan. 91 Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP selain menentukan tahap pembinaan juga memberi rekomendasi bagi pelaksanaan pemindahan narapidana, seperti yang tercantum dalam Pasal 46 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentan Pemasyarakatan yang berbunyi : Narapidana da ke Lapas lain oleh Kepala Lapas apabila telah memenuhi syarat-syarat pemindahan. 2 Syarat-syarat pemindahan sebagaimana dimaksud da 90 Lihat Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I Nomor : M.01.PK.04-10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat, Pasal 6 huruf f angka 2 menyebutkan Pembebasan Bersyarat, 23 dua pertiga dari masa pidananya, dengan ketentuan 23 dua pertiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 Sembilan bulan. 91 Wawancara dengan Kasi Binadik, Sinarta Tarigan.SH selaku Ketua Tim Pengamat Pemasyarakatan Lembga Pemasyarakatan Kls II B Lubuk Pakam. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 a. Ada izin pemindahan tertulis dari pejabat yang berwenang; b. Dilengkapi dengan berkas-berkas pembinaan;dan san Bersyarat, Cuti Menjelang Beb ata cara untuk pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang mengusulkan pemberian Asimilasi, P LAPAS atau RUTAN selanjutnya meneruskan usul epala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi yarat, menolak tentang usul Cuti Menjelang Bebas, Cuti Bersyarat, atau c. Hasil pertimbangan Tim Pengamat Pemasyarakatan. Fungsi dan peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP yang sangat dirasakan dewasa ini adalah upaya dalam menanggulangi kelebihan kapasitas over kapasitas yaitu mengoptimalkan pemberian asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat. Dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.PK.04-10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembeba as, dan Cuti Bersyarat pada Pasal 11 disebutkan : T Bebas atau Cuti Bersyarat sebagaimana dalam Pasal 10 adalah sebagai berikut : a. Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP LAPAS atau TPP RUTAN setelah mendengar pendapat anggota TPP dan mempelajari laporan perkembangan pembinaan dari Wali Pemasyarakatan, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat kepada kepala LAPAS atau kepala RUTAN; b. Untuk Asimilasi, apabila Kepala LAPAS atau Kepala RUTAN menyetujui usul TPP LAPAS atau RUTAN selanjutnya menerbitkan keputusan Asimilasi; c. Untuk Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat, apabila Kepala LAPAS menyetujui usul TP tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat; d. Untuk Pembebasan Bersyarat, apabila Kepala LAPAS atau Kepala RUTAN menyetujui usul TPP LAPAS atau TPP RUTAN selanjutnya meneruskan usul tersebut kepada K Manusia setempat, dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan; e. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat menolak atau menyetujui tentang usul Cuti Menjelang Bebas, Cuti Bers atau Pembebasan Bersyarat setelah mempertimbangkan hasil sidang TPP Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat; f. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 Pembebasan Bersyarat, maka dalam jangka waktu paling lama 14 empat belas hari terhitung sejak diterimanya usul tersebut memberitahukan penolakan itu beserta alasannya kepada Kepala LAPAS atau Kepala RUTAN; g. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menyetujui tentang usul Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat maka Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia a usul tersebut kan itu beserta deral Pemasyarakatan menerbitkan keputusan tentang Pembebasan Bersyarat. menerbitkan keputusan tentang Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat; h. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menyetujui tentang usul Pembebasan Bersyarat maka dalam jangka waktu paling lama 14 empat belas hari terhitung sejak diterimany meneruskan usul kepada Direktur Jenderal Pemasyarakkatan; i. Apabila Direktur Jenderal Pemasyarakatan menolak tentang usul Pembebasan Bersyarat, maka dalam jangka waktu paling lama 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal penetapan memberitahukan penola alasannya kepada Kepala LAPAS atau Kepala RUTAN; dan j. Apabila Direktur Jenderal Pemasyarakatan menyetujui tentang usul Pembebasan Bersyarat, maka Direktur Jen Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 BAB III AKUNTABILITAS TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN TPP DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

A. Mekanisme Kerja Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP

Dokumen yang terkait

Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

1 82 146

Pembinaan Narapidana di Lembaga :Pemasyarakatan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,(Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 32 344

Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995

1 64 118

Pelaksanaan Pembinaan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai)

1 41 122

PERANAN TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN (TPP) DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA

4 19 55

PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI LAKI DAN WANITA DALAM SATU LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

0 7 79

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 3 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 12

PENUTUP PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 6

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA LANJUT USIA DIHUBUNGKAN DENGAN TUJUAN SISTEM PEMASYARAKATAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN.

0 0 1