Kesimpulan Secara Non Yuridis

B A B V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab di muka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pembentukan Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP pada pelaksanaan pembinaan narapidana adalah berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 dan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik Indonesia Nomor : M.02.PR.08.03 Tahun 1999 tentang Pembentukan Balai Pertimbangan Pemasyarakatan dan Tim Pengamat Pemasyarakatan. Keberadaan Tim Pengamat Pemasyarakatan dapat dibedakan atas : TPP tingkat Pusat yang berkedudukan di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, TPP tingkat Wilayah berkedudukan di Kantor Wilayah dan TPP tingkat Daerah yang berkedudukan di Lembaga PemasyarakatanRumah Tahanan Negara dan Balai Pemasyarakatan Bapas. Tugas utama Tim Pengamat Pemasyarakatan adalah membantu dalam pelaksanaan pembinaan narapidana dengan mengadakan penilaian dan pengamatan guna menghasilkan rekomendasi bagi Kepala untuk pelaksanaan tahap-tahap pembinaan selanjutnya. Peraturan perundang-undangan secara lengkap telah mengatur tentang susunan Tim Pengamat Pemasyrakatan TPP yang menunjukan adanya kerja sama semua pihak dalam pelaksanaan pembinaan baik dari Petugas Pemasyarakatan, Hakim Pengawas dan Pengamat, maupun dari Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 masyarakat. Namun demikian dalam peraturan perundang-undangan dimungkinkan terjadinya perubahan susunan Tim Pengamat Pemasyarakatan mengingat kondisi saat ini, yaitu karena : terjadinya perubahan sturktur organisasi dan tata kerja, over kapasitas dan Sumber Daya Manusia SDM dari anggota Tim Pengamat Pemasyarakatan. 2. Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai administrasi publik memiliki unsur-unsur transparansi, akuntabilitas, kepastian dan partisipasi. Sebagai Tim yang melaksanakan administrasi publik maka seluruh anggota tim harus memiliki ketulusan dan integritas yang bermuara pada hal-hal yang melekat pada pelayanan prima dan harus mampu bertindak sebagai pelayan yang memberikan pelayanan yang bermakna baik bagi Warga Binaan Pemasyarakatan maupun kepada masyarakat. Melaksanakan fungsi sebagai administrasi publik berarti tidak terlepas dari peran Tim Pengamat Pemasyrakatan TPP sebagai pelaksana Administrasi negara yang melaksanakan tugas pemerintahan. Dalam melaksanakan tugas pemerintahan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah harus berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintah yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP diwujudkan pada pelaksanaan sidang yang berasas musyawarah dan mufakat untuk menghasilkan suatu keputusanrekomendasi bagi Kepala dalam menentukan proses pembinaan selanjutnya. Keputusanrekomendasi yang dibuat telah memenuhi syarat administrasi dan Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 substansi sehingga mengandung unsur akuntabilitas baik secara vertikal yaitu dengan atasan Kepala dan secara horisontal yaitu sesama anggota Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP dan masyarakat lainnya termasuk Warga Binaan Pemasyarakatan. Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP lebih banyak melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan program pembinaan integrasi yaitu pemberian asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat. Hal ini merupakan upaya dalam menanggulangi kondisi over kapasitas yang terjadi hampir diseluruh Lembaga Pemasyarakatan. 3. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada bahwa dalam pelaksanaannya ditemui adanya hambatan-hambatan kinerja Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP dalam pelaksanaan pembinaan. Terutama dalam susunan anggota Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP. Hal ini dapat dilihat dari susunan keanggotaan Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP yang tidak lengkap terutama keanggotaan di luar petugas Lembaga Pemasyarakatan yaitu Hakim Pengawas dan Pengamat, Instansi terkait, dan badan atau perorangan yang berminat terhadap pembinaan. Kurangnya sosialisasi akan fungsi dan perannya menyebabkan keberadaan Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP tidak diketahui masyarakat. Susunan keanggotaan Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP diatur dalam Keputusan Menteri sehingga dirasakan kurang mengikat bagi anggota lain diluar petugas pemasyarakatan. Dilihat dari sifat dan fungsinya keputusan yang dibuat Tim Pengamat Pemasyarakatan hanya sebagai rekomendasi sehingga berakibat banyak pihak beranggapan ”rekomendasi tidaklah penting Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 dibandingkan dengan keputusan akhir yang ditentukan oleh Kepala Lembaga Pamasyarakatan”. Dalam hal ini sangat diperlukan kepemimpinan Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang mampu menjadi faktor pendukung dan mampu mendorong motivasi kerja sehingga eksitensi Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP dapat diakui baik oleh narapidana, petugas pemasyarakatan dan masyarakat. Karena tidak mungkin seorang pimpinan dapat melakukan tugas pengamatan terhadap pelaksanaan pembinaan tanpa dibantu oleh tim yang akan memberikan pertimbangan-pertimbangan. Kondisi over kapasitas juga merupakan penghambat bagi Tim Pengamat Pemasyarakat TPP menjalankan tugas dan fungsinya sehingga Warga Binaan Pemasyarakatan yang akan mengikuti program-program pembinaan integrasi saja yang masuk dalam daftar pengamatan sedangkan untuk yang tidak mempunyai rencana tersebut sampai akhir masa pidana tidak pernah ikut dalam sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP terutama bagi Warga Binaan Pemasyarakatan yang dipidana dibawah 1 satu tahun. Pelaksanaan sidang dalam menentukan tahap-tahap pembinaan saat ini ternyata berpotensi untuk tidak terwujudnya Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP sebagai administrasi publik. Sehingga untuk mencegah terjadi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Pemerintah melalui DIPA Tahun 2009 telah mengalokasikan dana untuk keperluan sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009

B. Saran

Dokumen yang terkait

Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

1 82 146

Pembinaan Narapidana di Lembaga :Pemasyarakatan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,(Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 32 344

Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995

1 64 118

Pelaksanaan Pembinaan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai)

1 41 122

PERANAN TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN (TPP) DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA

4 19 55

PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI LAKI DAN WANITA DALAM SATU LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

0 7 79

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 3 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 12

PENUTUP PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 6

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA LANJUT USIA DIHUBUNGKAN DENGAN TUJUAN SISTEM PEMASYARAKATAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN.

0 0 1