Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP Sebagai Administrasi Publik

Pelaksanaan Asimilasi, PB, CMB, dan CB dan Peraturan Menteri Nomor : M.02.PK.04.10 Tahun 2007 Tentang Wali Pemasyarakatan. 2. Tingkatkan kerjasama dengan instansi terkait Pemda, Penegak Hukum, BNNBNPBNK, dan LSM dan lain-lain 3. Perlu peningkatan koordinasi juklak dan juklis menjadi Peraturan Teknis. 4. Perlu peningkatan koordinasi antara TPP Pusat dan WilayahDaerah. 5. Perlu segera diwujudkan pelaksanaan online system Informasi Manajemen. 98

B. Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP Sebagai Administrasi Publik

Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP dalam menjalankan tugasnya pada pelaksanaan pembinaan narapidana adalah merupakan Administrasi Publik yang juga menjalankan Fungsi Administrasi Negara. Hal ini dapat dilihat bahwa Lembaga Pemasyarakatan sebagai Lembaga di bawah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia mengemban tugas melaksanakan pebinaan bagi narapidana. Sebagaimana diketahui kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan adalah merupakan miniatur dari kehidupan yang didalamnya berlangsung roda kehidupan. Karena apabila dilihat dari sudut pandang sosiologis, eksistensi Lembaga Pemasyarakatan adalah merupakan suatu ”alat penguasa” yang dibentuk dengan tujuan agar setiap anggota masyarakat yang telah melanggar peraturanhukum yang ada di masyarakat dan oleh karena itu dianggap mempunyai perilaku menyimpang dapat dibina agar yang bersangkutan 98 Stop Press, Rekomendasi Kepala Divisi Pemasyarakatan se-Indonesia saat Temu Konsultasi TPP Pusat dan TPP Kanwil Tahun 2007, Warta Pemasyarakatan, Nomor 27 Tahun VIII- Nopember 2007. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 dapat hidup dimasyarakat secara normal. Dalam arti setelah menjalani pidananya, dapat ikut aktif melaksanakan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan secara positif. 99 Untuk itu Warga Binaan Pemasyarakatan merupakan warga yang harus diberi pelayanan dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka menghadapi tuntutan- tuntutan masyarakat termasuk narapidana seiring dengan reformasi pemerintahan, pelayanan publik juga harus mengembangkan akuntabilitas dan meningkatkan pelayanan publik. 100 Membicarakan Administrasi Negara berarti juga membicarakan mengenai perilaku aparat pemerintah dalam melaksanakan tugas pemerintahan, landasan Idiilnya adalah Pancasila, landasan hukumnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintah yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Sedangkan landasan teori dari perilaku aparat Pemerintah dituangkan dalam buku tulisan Richard Beckhard Pengembangan Organisasi, Strategi dan Model, dikemukakan teori dan rumus Perilaku dari Kurt Lewin, sebagai berikut : B = f P.E Apabila dibaca, maka dengan lengkap akan berbunyi ”Behaviour is a function of person and environment”, yang artinya tingkah laku individu adalah fungsi dari atau hasil kerja, atau sangat ditentukan oleh pribadi orangnya dan lingkungan yang dihadapinya. Pribadi seseorang dapat menentukan tingkah lakunya oleh sebab pengalaman seseorang, minat kepentingan ataupun bakat seseorang akan menentukan 99 Adi Sujatno dan Didin Sudirman, Loc.cit, hlm. 90. 100 Seputar Kita, Akuntabilitas Dalam Pelayanan Publik, hukumham.info, Edisi 14 Oktober 2008. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 cara persepsi seseorang, dan selanjutnya akan menentukan reaksi, atau respon seseorang terhadap lingkungannya. Rumus perilaku Kurt Lewin disebut ”Frame of Reference” atau ”Kerangka Acuan” . 101 Jadi apabila menghendaki perilaku aparat Pemerintah yang baik, yang tidak melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, maka pribadi, yaitu pengalaman, bakat dan minat kepentingan aparat Pemerintah harus baik, kemudian lingkungan kerjanya juga harus baik, lingkungan kerja yang bersih dari korupsi, kolusi dan Nepotisme KKN, sebab lingkungan kerja yang buruk akan mempengaruhi perilaku aparat Pemerintah. Paradigma baru mengenai orientasi pelayanan aparatur birokrasi birokrat, pada dasarnya menuntut perubahan dalam pelayanan, dimana aparaturbirokrat dituntut memilki visi dan misi dalam mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam paradigma baru mengenai orientasi pelayanan aparaturbirokrat adalah pemberdayaan Empowerment. Pemberdayaan dalam hal ini dimaksudkan sebagai proses transformasi dari berbagai pihak yang mengarah pada : saling menumbuhkembangkan, saling memperkuat, dan menambah nilai daya saing global yang sama-sama menguntungkan. 102 Perihal peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia saat menyampaikan pidato awal tahun 2009 pada tanggal 20 101 Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Indonesia Terpadu, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003, hlm.133. 102 IGN Mayun Dharmaadnya, Reformasi Pelayanan Publik Akan Merubah Paradigma Lama ”Selama Masih Bisa Dipersulit, Mengapa Harus Dipermudah, Kapita Selekta, Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2006, hlm.371. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 Januari 2009 menyampaikan program, sasaran dan kegiatan Depkumham untuk tahun 2009 yang antara lain : 1. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik. Dengan sasaran terwujudnya pemerintahan yang bersih, profesional, responsif dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan, melalui kegiatan untuk mendukung penyelenggaraan operasional perkantoran dan pemeliharaan perkantoran, kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Departemen Hukum Dan HAM di tingkat pusat 11 Unit Eselon I dan tingkat daerah 897 kantorsatker terdiri dari 33 Kanwil, 5 BHP, 107 Kanim, 13 Rudenim, 18 Perwakilan Imigrasi Luar Negeri, 126 TPI, 46 Pos Lintas Batas, 68 Bapas, 420 LapasRutan dan 61 Rupbasan. 2. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara. Dengan sasaran makin sempurna dan efektifnya sistem pengawasan dan audit, serta sistem akuntabilitas kinerja dalam mewujudkan aparatur negara yang bersih, akuntabel dan bebas KKN melakui kegiatan Penyelenggraan pemeriksaan yang obyektif serta mendukung terwujudnya pengawasan melekat. 3. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur. Dengan sasaran meningkatnya sistem pengelolaan dan kapasitas SDM Aparatur sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas kepemerintahan dan pembangunan melalui kegiatan Penyelenggaraanpengembangan pendidikan sumber daya manusia serta pengembangan kapasitaskualitas SDM Diklat struktural dan Rintisan Gelar. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 4. Program Peningkatan Pelayanan dan Bantuan Hukum. Dengan sasaran terwujudnya pelayanan publik di bidang hukum yang mampu menjangkau semua lapisan masyarakat dan terciptanya kesempatan yang sama bagi anggota masyarakat untuk memperoleh keadilan melalui kegiatan Penyusunanpenyempurnaanpengkajian peraturan perundang-undangan, pelayanan dan bantuan hukum serta pembinaanpenyelenggaraan pelayanan hukum yang terdiri dari opersional pelayanan hukum dan peningkatan kualitas pelayanan publik. 103 Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP dalam menjalankan tugasnya harus memiliki unsur-unsur utama yang memberikan gambaran suatu administrasi publik bercirikan kepemerintahan yang baik, yaitu : 1. Transparansi transparency, yaitu dapat diketahui oleh banyak pihak mengenai perumusan kebijaksanaan dari pemerintah, organisasi dan badan usaha. 104 Asas transparansi dalam Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP dimaksudkan bahwa masyarakat narapidana secara pribadi dapat mengetahui secara jelas dan tanpa ada yang ditutupi dalam proses perumusan rekomendasi dan tindakan pelaksanaannya implementasinya. Dengan kata lain, segala tindakan dan kebijaksanaan dalam merumuskan rekomendasi bagi pelaksanaan pembinaan harus selalu dilaksanakan secara terbuka dan diketahui umum. 103 Program, Sasaran dan Kegiatan DEPKUMHAM Tahun 2009 , http:www.depkumham.go.idxDepkumham , di akses tanggal 16 Pebruari 2009. 104 Tjahjanullin Domai, ”Dari Pemerintahan ke Pemerintahan Yang Baik,” www.gogle.com, di akses tanggal 26 Desember 2008 Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 2. Akuntabilitas accountability, yaitu adanya kewajiban bagi aparatur pemerintah untuk bertindak selaku penanggung jawab dan penanggung gugat atas segala tindakan dan kebijakan yang ditetapkannya. Peraturan perundang-undangan harus membuat ketentuan secara cukup, agar pengelola atau pemerintahan selalu patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan pemerintahan. Untuk itu perlu diciptakan kondisi-kondisi sistematis yang menghukum kelakuan yang menyeleweng dari etos kerja yang diharapkan dan mengajari kelakuan yang sesuai. 105 Asas akuntabilitas menjadi perhatian dan sorotan pada era reformasi ini, karena kelemahan pemerintahan Indonesia justru dalam kualitas akuntabilitasnya. Asas akuntabilitas berarti pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberinya delegasi dan kewenangan untuk mengurusi berbagai urusan dan kepentingan mereka. Setiap pejabat publik dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat. Pengembangan asas akuntabilitas dalam rangka good governance tiada lain agar para pejabat atau unsur-unsur yang diberi kewenangan mengelola urusan publik itu senantiasa terkontrol dan tidak memiliki peluang melakukan penyimpangan untuk melakukan Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Dengan asas ini akan terus memacu produktivitas profesionalnya 105 Bismar Nasution, Loc.cit.. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 sehingga berperan besar dalam memenuhi berbagai aspek kepentingan publik. 106 Asas akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi. 107 Rekomendasi yang dibuat Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP haruslah berasas akuntabilitas dalam arti rekomendasi yang dihasilkan memang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipertanggunggugatkan. Rekomendasi tersebut dibuat berdasarkan ketentuan dan peraturan yang sebenarnya, baik dari segi pengambilan keputusan maupun dari segi persyaratan administarsi dan subtantifnya. 3. Kepastian predictability. Dalam sistem kepemerintahan yang baik, prinsip ini mengandung arti bahwa kepemerintahan yang baik mempunyai karateristik berupa jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh. Oleh karena itu, setiap kebijakan dan peraturan perundang-undangan harus selalu dirumuskan, ditetapkan dan dilaksanakan berdasarkan prosedur baku yang sudah melembaga dan diketahui oleh masyarakat umum, serta memiliki kesempatan untuk mengevaluasi. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai aturan Hukum Rule of Law dalam Tim Pengamat Pemasyarakatan merupakan hal yang sangat penting karena pada kenyataannya selalu terjadi perubahan peraturan. Hal yang nyata penulis jumpai adanya 106 Azyumardi Azra, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani, Jakarta : Kencana, 2008, hlm.180. 107 Tjahjanullin Domai, ”Dari Pemerintahan ke Pemerintahan Yang Baik,” www.gogle.com, di akses tanggal 26 Desember 2008 Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 perubahan dalam tata cara penghitungan tahap-tahap pembinaan yaitu penghitungan 13,12 dan 23 masa pidana. Perubahan terjadi dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH.01.PK.05.06 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.01.PK.04.10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyiarat. Adapun perubahan pokok yang terjadi yaitu : Ketentuan Pasal 8 ayat 1 huruf d diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : a. Penghitungan menjalani masa pidana dilakukan sebagai berikut : 1. Sejak ditahan 2. Apabila masa penahanan terputus, penghitungan penetapan lamanya masa menjalani pidana dihitung sejak penahanan terakhir; 3. Apabila ada penahanan rumah danatau penahanan kota, maka penahanan tersebut dihitung sesuai ketentuan yang berlaku; 4. Perhitungan 13 satu pertiga, 12 satu perdua, atau 23 dua pertiga masa pidana adalah 13 satu pertiga, 12 satu perdua, atau 23 dua pertiga kali masa pidana dikurangi remisi dan dihitung sejak ditahan; 108 Dengan adanya perubahan peraturan ini maka pelaksanaan tahap-tahap pembinaan juga mengalami perubahan dan menyesuaikan dengan peraturan tersebut. 4. Partisipasi participation. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dalam pelaksanaan pembangunan, partisipasi dari semua pihak sangatlah dibutuhkan. 108 Pasal 1Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I Nomor : M.HH.01.PK.05.06 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.01.PK.04.10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 Demikian pula dalam melaksanakan pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan. Salah satu wadah untuk mewujudkan adanya partisipasi dari masyarakat dan instansi lain dapat dilihat dari susunan anggota Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP. Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP juga merupakan tempat penyampaian pengaduan dan keluhan dari narapidana selama menjalani pidana dalam Lembaga Pemasyarakatan. Dalam melakukan tugas pelayanan ini Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP harus memiliki ketulusan dan intregritas yang bermuara pada hal-hal yang melekat dalam pelayanan prima membuat orang lain merasa senang , seperti : a. Keramahan, kesopanan, perhatian dan persahabatan dengan orang yang menghubunginya. b. Kredibilitas dalam arti dalam arti bahwa dalam melayani masyarakat, berpedoman pada prinsip ketulusan dan kejujuran dalam menyajikan jasa pelayanan yang sesuai dengan kepentingankebutuhan, sesuai dengan harapan, dan sesuai dengan komitmen pelayanan yang menempatkan pelangganmasyarakatcostumer pada urutan nomor satu. c. Akses dalam arti bahwa seorang aparatur yang tugasnya melayani masyarakat mudah dihubungi baik langsung atau tidak langsung. d. Penampilan fasilitas pelayanan yang dapat mengesankan pelayanan sesuai dengan keinginan masyarakatcostumer. Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 e. Kemampuan dalam menyajikan pelayanan sesuai dengan keinginanharapan waktu, biaya, kualitas dan moral. 109 Pelayanan yang bermakna adalah pelayanan yang diberikan oleh pelayan dengan penuh perhatian, sehingga masyarakat yang dilayani, merasa diperhatikan dan merasakan nilai lebih dari yang diharapkan. Kualitas pelayanan berhasil dibangun, apabila pelayanan yang diberikan mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani. Pengakuan terhadap keprimaan sebuah pelayanan, bukan datang dari aparatur yang memberikan pelayanan, malainkan datang dari pengguna jasa layanan masyarakatstake holders. 110 Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP yang salah tugasnya menerima keluhan dari Warga Binaan Pemasyarakatan harus mampu bertindak sebagai pelayan yang memberikan pelayanan yang bermakna baik bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dan masyarakat. Di tengah keterbatasan sarana dan permasalahan kompleks, terutama kelebihan kapasitas yang melanda Lembaga Pemasyarakatan Lapas dan Rumah Tahanan Negara Rutan di Indonesia, sebuah Lapas Wanita di kota Malang berupaya meningkatkan mutu standar pelayanan.Targetnya, sistem pelayanan beberbasis ISO 9001 : 2000. Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalatta terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan lapasrutan di Indonesia. Langkah nyata yang diambil adalah adalah dengan mencanangkan bimbingan pengembangan sistem manajemen 109 IGN Mayun Dharmaadnya, Op.cit., hlm.377 110 Ibid Irmayani : Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan Tpp Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 pelayanan ISO 9001 : 2000 di Lapas Kelas II A Wanita Malang. Andi mengemukakan : ” Masalah kompleks Lapas, terutama kelebihan kapasitas yang dihadapi LapasRutan seluruh Indonesia ditambah dengan keterbatasan sarana pembinaan bukan halangan meningkatkan mutu pelayanan. Banyak kalangan yang berpikir standar seperti apa yang dinilai di LapasRutan karena masalahnya sangat kompleks dan banyak. Namun, kalau LapasRutan menunggu segala sesuatunya lengkap baru mulai, maka tidak akan ada tantangan dalam menciptakan sistem yang baik di tengah keterbatasan. 111 Hal ini sejalan dengan hasil Rapat Kerja Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada tanggal 23 Juni 2008 yang menyebutkan : Berkaitan dengan banyaknya permasalahan yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan, Komisi III minta Menteri Hukum dan HAM segera membenahi manajemen Lembaga Pemasyarakatan dengan segera melakukan reformasi secara menyeluruh terhadap sistem kerja maupun sistem pengawasan di Lembaga Pemasyarakatan. 112

C. Akuntabilitas Kinerja Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP

Dokumen yang terkait

Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

1 82 146

Pembinaan Narapidana di Lembaga :Pemasyarakatan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,(Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 32 344

Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995

1 64 118

Pelaksanaan Pembinaan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai)

1 41 122

PERANAN TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN (TPP) DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA

4 19 55

PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI LAKI DAN WANITA DALAM SATU LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

0 7 79

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 3 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 12

PENUTUP PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 6

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA LANJUT USIA DIHUBUNGKAN DENGAN TUJUAN SISTEM PEMASYARAKATAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN.

0 0 1