lxxxviii akses data dan informasi atas asetnya yang dinyatakan pailit. Debitur sering
kali tidak kooperatif, sehingga menghambat dalam penyelesaian perkara kepailitan, baik yang dilakukan oleh BHP maupun kurator swasta.
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KURATOR TERHADAP TUNTUTAN
HUKUMKREDITUR DALAM PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT
A. Tuntutan yang Dihadapi Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan
Harta Pailit
Bentuk kesalahan atau kelalaian kurator yang mengakibatkan kerugian terhadap harta pailit, di dalam praktek proses kepailitan itu selalu mengandung
dan menjadi perdebatan, karena tidak tertutup kemungkinan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan atas tindakan kurator hingga mengajukan tuntutan atau gugatan
dengan dalil bahwa kurator telah melakukan perbuatan melawan hukum. Sementara itu, pada umumnya semua pihak yang berkepentingan terhadap harta
pailit cenderung akan merasa merugi melalui penyelesaian permasalahan utang- piutang yang diakhiri dengan kepailitan. Hal ini disebabkan karena biasanya para
kreditur itu memiliki hak yang berbeda-beda, sehingga dikenal adanya istilah- istilah seperti kreditur separatis, kreditur istimewa dan kreditur konkuren.
Unang-Undang No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Kewajiban Pembayaran Utang tidak menentukan secara tegas tentang kemana tuntutan atau
lxxxix gugatan terhadap kurator diajukan untuk diuji secara hukum benar atau tidak serta
dapat atau tidak kurator yang bersangkutan dimintakan pertanggungjawabannya. Tuntutan yang dimaksud dalam hal ini adalah gugatan yang diajukan terhadap
kurator. Beberapa pakar telah membuat batasan-batasan secara teoritis, agar dapat diketahui apakah ada unsur kesalahan atau kelalaian oleh kurator dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya yang merugikan harta pailit. Munir Fuady, menyatakan bahwa dalam melakukan tindakannya, kurator harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
50
1. Apakah dia berwenang untuk melakukan hal tersebut.
2. Apakah merupakan saat yang tepat terutama secara ekonomi dan bisnis untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu. 3.
Apakah terhadap tindakan tersebut diperlukan terlebih dahulu persetujuanizinkeikutsertaan dari pihak-pihak tertentu, seperti dari pihak
hakim pengawas, Pengadilan Niaga, panitia kreditur, debitur, dan sebagainya. 4.
Apakah terhadap tindakan tersebut memerlukan prosedur tertentu, seperti harus dalam rapat korum tertentu, harus dalam sidang yang dihadiridipimpin oleh
Hakim Pengawas, dan sebagainya. 5.
Harus dilihat bagaimana cara layak dari segi hukum, kebiasaan dan sosial dalam menjalankan tindakan-tindakan tertentu, misalnya jika menjual aset
tertentu, apakah melalui pengadilan lelang, bawah tangan, dan sebagainya. Oleh karena itu, jika seorang kurator memenuhi kriteria-kriteria di atas,
maka dapat dikatakan melakukan kesalahan atau kelalaian. Mengenai apakah kesalahan atau kelalaiannya termasuk perbuatan melawan hukum atau tidak,
50
Munir Fuady, Hukum Pailit 1998. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999 hlm. 44- 45.
xc ketika akibat kesalahan atau kelalaian menyebabkan kerugian materiil terhadap
harta pailit, maka dapat dikatakan kurator melakukan perbuatan melawan hukum. Unsur-unsur perbuatan melawan hukum antara lain:
51
1. Bertentangan dengan hak orang lain
2. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri
3. Bertentangan dengan kesusilaan
4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian, dan kehati-hatian.
Akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh kurator tersebut, kurator dapat dituntut oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan. Perbuatan
melawan hukumonrechtmatige daad dicantumkan dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Subekti menterjemahkan pasal tersebut sebagai berikut:
52
Seorang kurator dapat dituntut secara hukum apabila telah melakukan tindakan melawan hukum dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit. Syarat-
syarat yang harus di penuhi agar suatu perbuatan dikatakan sebagai perbuatan melawan Hukum :
Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
1. Harus ada perbuatan. Perbuatan ini, baik yang bersifat positif maupun yang
bersifat negatif, artinya setiap tingkah laku berbuat atau tidak berbuat. 2.
Perbuatan itu harus melawan hukum.
51
Rosa Agustina. Perbuatan Melawan Hukum Jakarta: Pasca Sarjana FH Universitas Indonesia, 2003 hlm. 117.
52
R. Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2003 hlm. 298.
xci 3.
Harus ada kerugian, dalam arti bahwa harus ada hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian tersebut, berarti bahwa harus ada hubungan sebab
akibat antara tindakan atau non tindakan yang bertentangan dengan hukum. Hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian ada 2
teori: a.
Condition Sine Qua Non Von Buri yaituorang yang melakukan perbuatan melawan hukum selalu bertanggung jawab, jika perbuatan Condition Sine
Qua Non menimbulkan kerugian yang dianggap sebagai sebab dari pada suatu perubahan adalah semua syarat-syarat yang harus ada untuk timbulnya
akibat. b.
Adequate Veroozaking Von Keries yaitu pembuat hanya bertanggung jawab untuk kerugian, yang selayaknya dapat diharapkan sebagai akibat
daripada perbuatan melawan hukum. 4.
Ada kesalahan schuld, dimana Pasal 72 UUK dan PKPU menyebutkan adanya unsur kesalahan atau kelalaian. Penjelasan pada Pasal 72 menyatakan
cukup jelas, namun hingga saat ini masih belum ada kejelasan tentang batasan dari kesalahan atau kelalaian ini. Dalam pasal 72 UUK dan PKPU menjelaskan
bahwa kurator merupakan pihak yang memegang peranan dalam kepailitan, maka kurator dengan segala daya upaya yang perlu dan patut harus
mengusahakan keselamatan harta pailit, karena kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan
danatau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.
xcii Seorang kurator dapat dipertanggung jawabkan jika ia telah melakukan
perbuatan melawan hukum. Tanggung jawab kurator ini dapat dibagi menjadi 2 dua yaitu:
1. Tanggung jawab kurator dalam kapasitasnya sebagai kurator.
Dalam hal yang berkewajiban membayar kerugian adalah harta pailit dan bukan kurator secara priba di yaitu :
e. kurator lupa memasukkan salah satu kreditur dalam rencana distribusi.
f. Kurator menjual aset debitur yang tidak termasuk pada harta pailit.
g. Kurator menjual aset pihak ketiga.
h. Kurator gagal membantah suatu tuntutan atau untuk membatasi
tanggungjawab. 2.
Tanggung jawab pribadi kurator apabila secara pribadi ia telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum dalam kapasitas sebagai kurator.Dalam hal
inikurator bertanggung jawab secara pribadi, ia harus membayar sendiri kerusakan yang ditimbulkannya. Misalnya jika kurator menggelapkan
harta pailit. Dari uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa seorang kurator dapat saja
dituntut apabila kurator tersebut melakukan tindakan melawan hukum.Tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh
atau terhadap Kurator, dalam hal tuntutan tersebut diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap debitur Pailit maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan suatu
penghukuman terhadap debitur Pailit, penghukuman tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap harta pailit.
53
53
Indonesia b. Undang –Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 8 ayat 26
oleh karena itu, Seorang kurator dapat
xciii dituntut secara hukum baik oleh kreditur, debitur maupun pihak-pihak lain yang
meresa dirugikan. Penjelasan mengenai tuntutan terhdap kurator tersebut yaitu: 1.
Tuntutan oleh kreditur terhadap kurator Kurator dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
kreditur atas setiap tindakan-tindakan yang mensyaratkan adanya persetujuan hakim pengawas namun dilakukannya tanpa persetujuan.Para kreditur memiliki
hak untuk mengganti kurator berdasarkan putusan rapat kreditur sesuai dengan Pasal 71 ayat 2.
2. Tuntutan oleh debitur terhadap kurator
Setelah debitur dinyatakan pailit, kekuasaan atas segala hartanya yang termasuk kedalam harta pailit beralih secara hukum kepada kurator yang
diangkat melalui penetapan pengadilan.Atas pemberian kekuasaan itu kurator juga bertanggung jawab terhadap debitur pailit. Bila setelah pernyataan pailit
tercapai perdamaian antara debitur dengan para kreditur maka kurator memberikan pertanggungjawaban kepada debitur dihadapan hakim
pengawas.Pertanggung jawaban ini diberikan setelah pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum atas harta pailit sesuai dengan Pasal 167 ayat
1.Disamping itu pula kurator juga bertanggung jawab kepada debitur pailit atas tindakan-tindakan yang dilakukannya tanpa persetujuan hakim Pengawas
padahal UUK dan PKPU mensyaratkan. 3.
Tuntutan dari pihak lain Kurator bertanggung jawab atas setiap tindakan yang dilakukannya
terhadap pihak ketiga, misalnya tindakan pengalihan harta pailit kepada pihak ketiga. Dalam beberapa tindakan pengalihan ini diperlukan persetujuan dari
xciv Hakim Pengawas tetapi bila syarat ini tidak dipenuhi kurator, tidak
berpengaruh terhadap sahnya tindakan-tindakan tersebut terhadap pihak ketiga. Menurut Munir Fuady yaitu “kurator bertanggung jawab kepada pihak
yang dirugikan, secara pribadi atas kesalahan atau kelalaiannya dalam melakukan pengurusan dan atau pemberesan sesuai dengan Pasal 72”.
Dengan demikian, apabila suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh debitur dan
perbuatan hukum tersebut dapat merugikan para kreditur serta melakukan dalam jangka waktu satu tahun sebelum pernyataan pailit ditetapkan,
sedangkan perbuatan hukum tersebut tidak wajib dilakukan debitur kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, debitur dan pihak dengan siapa perbuatan itu
dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi krediturnya.
54
Segala perbuatan hukum yang dilakukan pihak debitur pailit sangat terikat dengan ketentuan Pasal 28 UUK dan PKPU, yaitu:
1. Suatu tuntutan yang diajukan oleh debitur dan yang sedang berjalan kepailitan
berlangsung atas permohonan tergugat, perkara harusditangguhkan untuk memberikan kesempatan kepada tergugat memanggilkurator untuk mengambil
alih perkara dalam jangka waktu yangditentukan oleh hakim. 2.
Dalam hal kurator tidak mengindahkan panggilan tersebut maka tergugatberhak memohon supaya perkara digugurkan, dan jika hal ini
tidakdimohonkan maka perkara dapat diteruskan antara debitur dan tergugat di luar tanggungan harta pailit.
54
Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno. Hukum Perusahaan Kepailitan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012 hlm. 227.
xcv 3.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berlaku juga dalam halkurator menolak mengambil alih perkara tersebut.
Berdasarkan ketentuan Pasal 28 tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses kepailitan, seorang debitur pailit masih memiliki kewenangan untuk
melakukan perbuatan perbuatan hukum. Namun perbuatan hukum kreditur pailit harus mematuhi ketentuan dalam undang-undang tersebut.
Menurut Jerry Hoff dapat dibuat pembedaan “kapan kurator bertanggung jawab sebagai kurator dan kapan seorang kurator bertanggungjawab secara
pribadi”.
55
1. Hakim Pengawas
Disamping tanggung jawab kurator yang diatur pada Pasal 72, ada beberapa tanggung jawab lain yang di miliki seorang kurator. Tanggung jawab
tersebut adalah:
Dalam proses pengurusan danatau pemberesan terhadap harta pailit, kurator bertanggung jawab kepada Hakim Pengawas untuk setiap
tindakantindakan yang boleh dilakukannya dengan syarat telah mendapatkan persetujuan dari Hakim Pengawas.Pertanggungjawaban dimana Kurator harus
menyampaikan laporan kepada Hakim Pengawas mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap 3 tiga bulan sesuai dengan Pasal 74 ayat
1.Dan pertanggung jawaban kepada Hakim Pengawas atau laporan yang harus diberikannya setelah sebulan kepailitan berakhir yaitu setelah piutang-
piutang para Kreditur yang telah dicocokkan dibayar penuh atau setelah daftar pembagian penutup memperoleh kekuatan hukum tetap sesuai dengan Pasal
202 ayat 1.
55
http:makkula.blogspot.com diakses pada tanggal 10 Juli 2015
xcvi 2.
Debitur Pailit Setelah debitur dinyatakan pailit, kekuasaan atas segala hartanya yang
termasuk kedalam harta pailit beralih secara hukum kepada kurator yang diangkat melalui penetapan pengadilan.Atas pemberian kekuasaan itu kurator
juga bertanggung jawab terhadap debitur pailit. Bila setelah pernyataan pailit tercapai perdamaian antara debitur dengan para kreditur maka kurator
memberikanpertanggungjawaban kepada debitur dihadapan hakim pengawas.Pertanggung jawaban ini diberikan setelah pengesahan perdamaian
memperoleh kekuatan hukum atas harta pailit sesuai dengan Pasal 167 ayat 1.Disamping itu pula kurator juga bertanggung jawab kepada debitur pailit
atas tindakan-tindakan yang dilakukannya tanpa persetujuan hakim Pengawas padahal UUK dan PKPU mensyaratkan.
3. Kreditur
Sama dengan diatas kurator dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kreditur atas setiap tindakan-tindakan yang
mensyaratkan adanya persetujuan hakim pengawas namun dilakukannya tanpa persetujuan.Para kreditur memiliki hak untuk mengganti kurator berdasarkan
putusan rapat kreditur sesuai dengan Pasal 71 ayat 2. 4.
Pihak Ketiga Kurator bertanggung jawab atas setiap tindakan yang dilakukannya
terhadap pihak ketiga, misalnya tindakan pengalihan harta pailit kepada pihak ketiga. Dalam beberapa tindakan pengalihan ini diperlukan persetujuan dari
Hakim Pengawas tetapi bila syarat ini tidak dipenuhi kurator, tidak berpengaruh terhadap sahnya tindakan-tindakan tersebut terhadap pihak ketiga.
xcvii Menurut Munir Fuady yaitu “kurator bertanggung jawab kepada pihak yang
dirugikan, secara pribadi atas kesalahan atau kelalaiannya dalam melakukan pengurusan dan atau pemberesan sesuai dengan Pasal 72”.
56
Dengan demikian, apabila suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh debitur dan perbuatan
hukum tersebut dapat merugikan para kreditur serta melakukan dalam jangka waktu satu tahun sebelum pernyataan pailit ditetapkan, sedangkan perbuatan
hukum tersebut tidak wajib dilakukan debitur kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, debitur dan pihak dengan siapa perbuatan itu dilakukan dianggap
mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi krediturnya.
57
Berdasarkan sifatnya sifatnya kurator dapat melakukan perbuatan melawan hukum. Oleh karena itu, ia juga bertanggung jawab terhadap kerugian
yang diderita oleh pihak ketiga. Dalam hal ini jika tindakan Kurator yang merugikan harta pailit dan pihak ketiga, tindakan tersebut merupakan tindakan di
luar kewenangan kurator yang diberikan padanya oleh undang-undang, yang tidak dapat dibebankan pada harta pailit dan merupakan tanggung jawab kurator secara
pribadi. Akan tetapi apabila tindakan kurator yang dilakukan sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepadanya oleh undang-undang dan dilakukan
dengan itikad baik, namun oleh karena hal-hal di luar kekuasaan Kurator ternyata merugikan harta pailit, maka tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi
56
Munir Fuady. Hukum Kepailitan 1998 dalam Teori dan Praktek, Cetakan II Bandung:
Penerbit Citra Aditya Bakti, 2002 hlm 57
57
Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno. Hukum Perusahaan Kepailitan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012 hlm 227
xcviii kepada kurator dan kerugian tersebut dapat dibebankan pada harta pailit.
Tanggung jawab Kurator ini terbagi 2 yaitu: 1.
Tanggung jawab kurator dalam kapasitas kurator Tanggung jawab urator dalam kapasitas sebagai kurator dibebankan
pada harta pailit, dan bukan pada kurator secara pribadi yang harus membayar kerugian. Pihak yang menuntut mempunyai tagihan atas harta kepailitan, dan
tagihannya adalah utang harta pailit, seperti: a.
Kurator lupa untuk memasukkan salah satu Kreditur dalam rencana distribusi.
b. Kurator menjual aset Debitur yang tidak termasuk dalam harta kepailitan.
c. Kurator menjual aset pihak ketiga.
d. Kurator berupaya menagih tagihan debitur yang pailit dan melakukan
sitaatas properti, kemudian terbukti bahwa tuntutan debitur itu palsu.Kerugian yang timbul sebagai akibat dari tindakan kurator tersebut di
atastidaklah menjadi beban harta pribadi kurator melainkan menjadi beban hartapailit.
2. Tanggung jawab pribadi kurator
Kerugian yang muncul sebagai akibat dari tindakan atau tidak bertindaknya kurator menjadi tanggung jawab kurator. Dalam hal ini kurator
bertanggungjawab secara pribadi. Kurator harus membayar sendiri kerugian yang ditimbulkannya. Tanggung jawab ini dapat terjadi, misalnya jika kurator
menggelapkan harta kepailitan. Apabila kerugian yang timbul adalah akibat dari kelalaian atau karena ketidak profesionalan kurator, maka akan menjadi
xcix tanggung jawab kurator. Oleh karena itu kerugian tersebut tidak dibebankan
pada harta pailit. Berkaitan dengan tanggung jawab kurator dalam melaksanakan tugasnya,
dapat atau tidak dikategorikan bahwa kurator telah merugikan harta pailit akibat dari tidak terpenuhinya seluruh tagihan para kreditur khususnya kreditur
konkuren, atau ada kreditur konkuren yang tidak mendapatkan pembayaran sama sekali atau tidak penuh mendapatkan pembayaran sesuai dengan jumlah
tagihannya, sementara itu harta pailit sudah sedemikian adanya. Atau sebaliknya, kerugian yang dialami kreditur seperti dimaksud diatas apakah dapat
dikategorikan sebagai akibat kesalahan atau kelalaian dari kurator dalam melaksanakan tugasnya dan dapatkah hal tersebut dikatakan sebagai perbuatan
melawan hukum, hal ini selalu menjadi perdebatan dan tidak jarang menjadipermasalahan-permasalahan yang menghambat.
Di dalam putusan Majelis hakim yang memutus perkara tersebut seperti telah diuraikan di atas, menunjukan bahwa belum sampai pada tahap pemeriksaan
pokok perkara karena eksepsi absolut dari Tergugat I diterima. Hingga timbul suatu ketidakjelasan, seharusnya kemana gugatan perbuatan melawan hukum
terhadap kurator diajukan, apakah ke pengadilan negeri atau pengadilan niaga, serta dapat atau tidak kurator dimintakan pertanggungjawabannya berkaitan
dengan anggapan dari beberapa kreditur bahwa kerugian para penggugat adalah akibat kesalahan atau kelalaian dari kurator dalam melaksanakan tugasnya yang
merupakan suatu perbuatan melawan hukum. Terlepas dari hal itu, mengingat Pasal 1365 KUHPerdata yang
menentukan: “Tiap perbuatan melawan hukum, yang membawa kerugian kepada
c seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut.” Untuk itu, para kreditur yang merasa dirugikan oleh kurator dalam melaksanakan tugas pengurus dan atau pemberesan harta
pailit, mempunyai hak dan dimungkinkan untuk mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum. Berdasarkan penjelasan yang tersebut di atas, maka tampak jelas
bahwa selain memiliki kewenangan yang besar dalam rangka pengurusan harta milik debitur pailit, kurator juga memiliki tanggung jawab yang besar dan berat.
Sebab setiap kesalahan atau kelalaian oleh kurator yang mengakibatkan kerugian terhadap harta debitur pailit ataupun pihak pihak kreditur serta debitur, bisa
berakibat pada pembebanan tanggung jawab pribadi kepada kurator. Tanggung jawab pribadi ini telah diatur secara jelas dalam UUK-PKPU dan KUHPerdata.
Namun ada kalanya juga tanggung jawab yang timbul sifatnya tidak pribadi, namun hanya “tanggung sebagai seorang kurator.” Tanggung jawab ini timbul bila
memang tidak ada unsur kesalahan ataupun kelalaian dalam pengurusan harta debitur pailit. Kerugian yang timbul dalam hal ini ditanggung oleh harta debitur
pailit. Sebagaimana diketahui bahwa, kurator dapat menjual harta pailit pada
tahap-tahap tertentu dan dengan alasan-alasan tertentu. Dalam menjalankan tugas tersebut kurator bisa saja dituntut secara hukum kareng penggelapan harta pailit
karena melanggar ketentuan dalam Pasal 6 Ayat 1 UU Nomor 252003 tentang Pencucian Uang jo Pasal 372 KUHP jo Pasal 55 Ayat 1 KUHP tentang
penggelapan. Apabila kurator melakukan kecurangan dan menggelapkan harta
ci pailit yang seharusnya menjadi penutup utang debitur, alasan-alasan yang
menyebabkan kurator dapat menjual harta pailit adalah antara lain:
58
1. Untuk menutupi ongkos kepailitan
Kurator diberikan kewenangan oleh undang-undang kepailitan untuk mengalihkan harta pailit untuk menutup ongkos-ongkos kepailitan Pasal
98UUK dan PKPU, akan tetapi disyaratkan agar tindakan pengalihan harta pailit tersebut dilakukan dengan persetujuan Hakim Pengawas. Tindakan
pengalihan harta pailit dalam hal ini sudah dapat dilakukan begitu dijatuhkan putusan pailit, sungguhpun terhadap keputusan pailit tersebut masih diajukan
kasasi atau Peninjauan Kembali. 2.
Penahanan barang mengakibatkan kerugian Kurator diberikan kewenangan oleh undang-undang kepailitan untuk
mengalihkan harta pailit dengan syarat apabila penahanan harta tersebut akan mengakibatkan kerugian terhadap harta pailit. Misalnya jika benda tersebut
menjadi membusuk, atau ongkos perawatan dan penyimpanannyayang sangat besar Pasal 98 Undang-Undang Kepailitan. Namun disyaratkan pula agar
tindakan pengalihan harta pailit tersebut dilakukan dengan persetujuan Hakim Pengawas. Tindakan pengalihan harta pailit dalam hal ini sudah dapat
dilakukan begitu dijatuhkan putusan pailit, sungguhpun terhadap putusan pailit tersebut masih diajukan kasasi atau Peninjauan Kembali.
3. Kurator menjual barang jaminan hutang dalam masa penangguhan eksekusi
jaminan hutang.
58
Munir Fuady. Hukum Pailit 1998 Dalam Teori dan Praktek hlm. 58-60
cii Seperti diketahui bahwa pihak kreditur separatis kreditur dengan hak
jaminan tidak diperkenankan untuk mengeksekusi jaminan hutangnya dalam masa penangguhan eksekusi Stayuntuk waktu paling lama 90 hari Pasal 56
A ayat 1. Namun kurator boleh menggunakan dengan membebaskan agunan videPasal 57 ayat 3, bahkan menjual harta pailit yang merupakan harta yang
dijadikan jaminan hutang tersebutapabila dipenuhi syarat-syarat berikut ini: a.
Harta tersebut berada dalam kekuasaan kurator b.
Dilakukan dalam rangka kelangsungan usaha debitur c.
Telah diberikan perlindungan yang wajar kepada kepentingan kreditur separatis yang bersangkutan atau kepada kepentingan pihak ketiga yang
mempunyai hak atasharta tersebut Pasal 56 A ayat 3. 4.
Barang yang tidak diperlukan untuk kelangsungan usaha boleh dijual. Jika tidak diusulkan perdamaian, atau ditolak usul perdamaian
ataupun ditolak pengesahan perdamaian, dapat diusulkan untuk dilanjutkan perusahaan debitur Pasal 168 a ayat 1 jo. Pasal 168 c ayat 1, maka dapat
diusulkan agar perusahaan debitur dilanjutkan. Dalam hal melanjutkan perusahaan debitur ini, kurator boleh menjual harta-harta debitur pailit yang
tidak diperlukan dalam melanjutkan perusahaan tersebutPasal 170 ayat 3. Penjualan harta dalam hal ini bahkan tidak memerlukan izin siapa-siapa,
sungguhpun konsultasi dengan Hakim Pengawas selalu dianjurkan. Perlu dicatat bahwa kelangsungan usaha berdasarkan Pasal 95 ayat
1, yang memerlukan persetujuan panitia kreditur tidak termasuk dalam kelanjutan usaha yang memberikan hak untuk menjual aset seperti tersebut di
atas. Apabila kurator menjual aset dalam hubungan dengan Pasal 95 ayat 1,
ciii maka berlakulah ketentuan dalam Pasal 98, yakni dilakukan dengan izin Hakim
Pengawas, dengan tujuan dari penjualan aset untuk menutupi ongkos kepailitan dan penahanannya menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.
5. Kurator menjual Barang-barang pada umumnya dalam rangka pembesaran.
Menjual aset-aset debitur pailit sebenarnya merupakan salah satu tugas utama dari kreditur sesuai dengan prinsip Cash is the King. Penjualan
aset debitur ini setelah insolvensi dan tidak dilakukan pengurusan harta debitur tidak memerlukan prsetujuan siapa-siapa Pasal 170 ayat 1, Pasal 12
ayat 1, Pasal 67 ayat 2 Undang-Undang No.4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan. Kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang, seperti terdapat
dalam Pasal 98 ayat 1 Undang-Undang kepailitan. Pasal 98 ayat 1 ini mensyaratkan adanya persetujuan Hakim Pengawas dalam hal pengalihan aset
debitur pailit untuk tujuan-tujuan tertentu dalam masa sebelum insolvensi. Seperti pada kasus Denny Azani Baharuddin Latief salah seorang kurator
yang menjadi terdakwa kasus penggelapan aset pailit PT Sarana Perdana Indoglobal SPI. Peristiwa ini terjadi setelah Jaksa Penuntut Umum JPU
Umaryadi, dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, menuntut terdakwa Denny Azani dan Tafrizal Hasan Gewang dengan hukuman penjara
selama delapan tahun, kedua terdakwa yang berprofesi sebagai pengacara sekaligus kurator pailit.
kasus ini bermula saat PT SPI, perusahaan yang diduga merugikan nasabah dalam berinvestasi ini, dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat PN Jakpus 8 Mei 2007 lalu. Pada 27 November 2008, Tafrizal dan Denny yang ditunjuk sebagai kurator, menjual harta pailit SPI, Hotel Podomoro dan New
civ Golden Time Restoran senilai Rp 25,1 miliar kepada Jhonny Widjaja melalui
lelang di bawah tangan. Hakim pengawas PN Niaga Jakpus Makkasau, mengeluarkan keputusan agar kurator membagikan hasil penjualan aset tersebut
kepada para kreditur. Namun, kedua terdakwa mengaku hasil penjualan aset hanya mencapai Rp 20,1 miliar. Dengan begitu terdapat selisih penjualan aset
senilai Rp 5 miliar. Selain itu, terdapat pos pengeluaran yang tidak sesuai dengan peruntukan
yang dibuat oleh kedua terdakwa, seperti fee kurator, pajak dan tunggakan listrik senilai Rp 1,62 miliar. Lalu pos pengeluaran yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan, seperti investigasi pelacakan aset, pelunasan gaji security yang jumlahnya mencapai Rp 4,12 miliar. Total uang yang diduga ditilep oleh
kedua terdakwa mencapai Rp 10,85 miliar. Sementara para kreditur yang berjumlah 2.184 hanya mendapatkan Rp 8,19 miliar sebagai pelunasan utangnya.
Kedua kurator ini menurut jaksa telah terbukti melanggar Pasal 6 Ayat 1 UU Nomor 252003 tentang Pencucian Uang jo Pasal 372 KUHP jo Pasal 55
Ayat 1 KUHP tentang penggelapan dan Pasal 263 Ayat 1 KUHP jo Pasal 55 Ayat 1 KUHP tentang pemalsuan surat.
B. Perlindungan Hukum Bagi Kurator Terhadap Tuntutan Hukum