Latar Belakang Perlindungan Hukum Bagi Kurator Terhadap Tuntutan Hukum Kreditur Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit

vii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepailitan bukan hal yang baru dalam suatu kegiatan ekonomi khususnya dalam bidang usaha. Dalam mengadakan suatu transaksi bisnis antara debitur dan kreditur kedua belah bihak di ikat oleh suatu perjanjian baik perjanjian pinjam meminjam maupun utang piutang. Salah satu kewajiban dari debitur adalah mengembalikan utangnya sebagai suatu prestasi yang harus dilakukan. Permasalahan akan timbul apabila debitur mengalami kesulitan untuk mengembalikan utangnya tersebut, dengan kata lain debitur berhenti membayar utangnya. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selanjutnya disebut KUHPerdata Pasal 1338 ayat 1 menjelaskan sebuah asas yang cukup penting dalam hukum perdata, dimana asas tersebut berkaitan dengan kegiatan pinjam meminjam ataupun utang piutang. Asas tersebut berbunyi perjanjian yang telah dibuat secara sah mengikat kedua belah pihak. Mengikat berarti para pihak mempunyai hak dan kewajiban. Dengan demikian, bila para pihak tidak memenuhi kewajiban apa yang telah disepakati, maka pihak yang tidak memenuhi kewajibannya dapat dimintai pertanggungjawaban hukum. Konsekuensinya adalah bagi pihak yang sudah melaksanakan kewajiban, mempunyai hak untuk menagih. viii Kegiatan pinjam meminjam atau utang piutang merupakan kegiatan yang tidak asing dalam kegiatan ekonomi, apabila pihak yang berutang debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka harta benda debitur menjadi jaminan bagi semua debitur. Penyitaan pembeslagaan secara massal dilakukan agar aset debitur dapat dibagi secara proporsional dalam membayar utang-utangnya. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1131 KUHPerdata disebutkan, segala kebendaan pihak yang berhutang baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru ada di kemudian hari menjadi tanggungan segala perikatannya perseorangan. Selanjutnya, dalam Pasal 1132 KUHPerdata disebutkan, kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali di antara para pihak yang berpiutang itu ada alasan yang sah untuk didahulukan. Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata kiranya dapat dikemukakan oleh para ahli hukum disebut sebagai dasar hukum dalam kepailitan. 1 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang selanjutnya disebut UUK dan PKPU menyebutkan bahwa kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas. Dari pasal tersebut dapat dilihat, bahwa kurator memiliki peran penting di dalam proses kepailitan, karena berwenang dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit demi kepentingan pihak kreditur dan debitur pailit. Pelaksanaan pengurusan dan pemberesan atas harta 1 Sentosa Sembiring. Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-Undangan yang Terkait dengan Kepailitan Bandung: Nuansa Aulia, 2006, hlm. 14. ix pailit tersebut diserahkan kepada kurator yang diangkat oleh pengadilan, dengan diawasi oleh hakim pengawas yang ditunjuk oleh hakim pengadilan. Berdasarkan Pasal 16 UUK dan PKPU, terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, maka kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan atas harta pailit, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Menurut UUK dan PKPU, jika ternyata kemudian putusan pernyataan pailit tersebut dibatalkan oleh putusan kasasi atau peninjauan kembali, maka segala perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan tetap sah dan mengikat bagi debitur pailit. 2 Tujuan utama kepailitan adalah pembagian kekayaan debitur pailit oleh kurator kepada semua kreditur. Kepalitan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama, sehingga kekayaan debitur dapat dibagikan kepada semua kreditur sesuai dengan hak masing-masing. 3 Seorang debitur dapat dinyatakan pailit apabila telah memenuhi syarat- syarat kepailitan, yaitu: 4 1. Debitur mempunyai dua atau lebih kreditur; 2 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnis Kepailitan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 62. 3 Imran Nating. Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 9. 4 Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 2 ayat 1. x 2. Tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Kepalitan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama, sehingga kekayaan debitur dapat dibagikan kepada semua kreditur sesuai dengan hak masing-masing. 5 Adanya pernyataan pailit mengakibatkan debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimasukkan dalam kepailitan terhitung sejak tanggal kepailitan itu, termasuk juga untuk kepentingan perhitungan hari pernyataannya itu sendiri. 6 Pasal 69 ayat 1 UUK dan PKPU, menerangkan bahwa kuratorlah yang berwenang melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. Dengan demikian, debitur kehilangan hak menguasai harta yang masuk dalam kepailitan dan tidak kehilangan hak atas harta kekayaan yang berada di luar kepailitan. 7 Tentang harta pailit, lebih lanjut dalam Pasal 21 UUK dan PKPU menerangkan bahwa harta pailit meliputi semua harta kekayaan debitur yang ada pada saat pernyataan pailit diucapkan, serta semua kekayaan yang diperolehnya selama kepailitan. Harta pailit adalah harta milik debitur yang dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan. 8 5 Imran Nating. Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 9. Kendati telah ditegaskan bahwa dengan dijatuhkannya putusan kepailitan, harta kekayaan debitur pailit akan diurus dan dikuasai kurator, namun tidak semua kekayaan debitur pailit diserahkan ke 6 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 24. 7 Imran Nating, Op.Cit., hlm. 45. 8 Gunawan Widjaja. Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 94. xi kurator. Selain itu, hak-hak pribadi debitur yang tidak dapat menghasilkan kekayaan, atau barang-barang milik pihak ketiga yang kebetulan berada di tangan debitur pailit tidak dapat dikenakan eksekusi, misalnya hak pakai dan hak mendiami rumah. Kurator juga harus paham bahwa tugasnya tidak hanya untuk menyelamatkan harta pailit yang berhasil dikumpulkannya untuk kemudian dibagi kepada para kreditur, tetapi juga sedapat mungkin bisa meningkatkan nilai harta pailit tersebut. Kemampuan kurator harus disertai dengan integritas. Integritas berpedoman pada kebenaran dan keadilan serta keharusan untuk mentaati standar profesi dan etika sesuai isi dan semangatnya. Integritas merupakan salah satu ciri yang fundamental bagi pengakuan terhadap profesionalisme yang melandasi kepercayaan publik serta patokan benchmark bagi anggota kurator dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. 9 Integritas mengharuskan kurator untuk antara lain bersikap jujur dan dapat dipercaya serta tidak mengorbankan kepercayaan publik demi kepentingan pribadi. Integritas mengharuskan kurator untuk bersikap objektif dan menjalankan profesinya secara cerdas dan saksama. 10 Berdasarkan Pasal 69 ayat 2 UUK dan PKPU menegaskan bahwa dalam melakukan tugasnya, kurator tidak memerlukan persetujuan dari organ debiturperseroan pailit, walaupun di luar kepailitan persetujuan tersebut disyaratkan. Namun perlu diketahui, tugas kurator tidak mudah atau dapat berjalan dengan mulus seperti yang telah ditentukan dalam UUK dan PKPU. Persoalan yang dihadapi oleh kurator sering kali menghambat proses kinerja kurator yang semestinya, seperti menghadapi debitur yang tidak dengan sukarela 9 Imran Nating, Op.Cit., hlm. 14. 10 Kode Etik Profesi Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia, Bagian Pertama, Prinsip Kelima xii menjalankan putusan pengadilan, misalkan debitur tidak memberi akses data dan informasi atas asetnya yang dinyatakan pailit. 11 Kurator memiliki kewenangan yang sangat luas dalam proses kepailitan, sehingga sering kali menimbulkan permasalahan dalam pelaksanaannya, bahkan tidak jarang kurator dituntut oleh kreditur dalam proses penhurusan dan pemberesan harta pailit. Dalam Pasal 21 UUK dan PKPU menyebutkan kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang di peroleh selama kepailitan. Selain itu, dalam pasal 26 ayat 1 UUK dan PKPU menyebutkan tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator. Berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit seorang kurator dapat dituntut secara hukum oleh kreditur, akan tetapi perlindungan bagi kurator terhadap tuntutan hukum tersebut tidak di atur jelas dalam UUK dan PKPU. Diperlukan seorang kurator yang memiliki keahlian dan bertanggung jawab terhadap tugasnya, agar tercipta kepastian hukum, terutama dalam hukum kepailita.

B. Perumusan Masalah