xv
E. Tinjauan Kepustakaan
Pengertian pailit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI berarti bangkrut, jatuh untuk perusahaan.
12
Sementara itu,dalam berbagai kepustakaan dijabarkan pengertian kepailitan, antara lain dalam kamus hukum Fockema
Andreae, dikemukakan Faillissement kepailitan. Kepailitan seorang debitur adalah keadaan yang ditetapkan oleh pengadilan bahwa debitur telah berhenti
membayar utang-utangnya yang berakibat penyitaan umum atas harta kekayaan dan pendapatannya demi kepentingan semua kreditur di bawah pengawasan
pengadilan.
13
Pendapat senada di kemukakan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio sebagai berikut, pailit berarti keadaan seorang debitur apabila ia telah
menghentikan pembayaran utang-utangnya. Suatu keadaan yang menghendaki campur tangan hakim guna menjamin kepentingan bersama dari para
krediturnya.
14
Pengaturan mengenai kepailitan mengacu pada Pasal 2 UUK dan PKPU yang menyenbutkan:
Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat dirumuskan perngertian kepailitan adalah suatu sitaan dan eksekusi atas seluruh kekayaan si
debitur orang-orang yang berutang untuk kepentingan krediturnya orang-orang berpiutang.
1. Debitur yang menpunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, edisi II Cet keempat, 1999.
13
Lihat Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae. Edisi Bahasa Indonesia, oleh Saleh Andiwinata, dkk, Binacipta, Bandung 1983.
14
Sentosa Sembiring, hukum kepailitan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kepailtan Bandung : Nuansa Aulia, 2006, hlm. 12.
xvi pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun
atas permohonan satu atau lebih krediturnya. 2.
Permohonan dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum. Penjelasan Pasal 2 ayat 1 di atas menyatakan bahwa yang di maksud
dengan kreditur adalah kreditur konkuren, kreditur separatis dan kreditur preferen. Kreditur konkuren Unsecured Creditor adalah kreditur yang harus berbagi
secara proporsional dari penjualan harta debitur. Dengan kata lain untuk jenis kategori ini kedudukannya sama dengan kreditur yang lain. Kreditur preferen
Secured Creditor adalah krediur yang didahulukan dari kreditur lainnya untuk pelunasan utang debitur, karena kreditur jenis ini mendapat hak istimewa yang
diberikan oleh undang-undang. kreditur separatis adalah kreditur pemegang hak jaminan kebendaan. Hak kebendaan yang dimiliki oleh kreditur tersebut
memberikan hak untuk menjual secara lelang kebendaan yang dijaminkan kepadanya dan selanjutnya memperoleh hasil penjualan kebendaan tersebut untuk
pelunasan piutang secara mendahului dari kreditur lainnya.
15
Objek UUK dan PKPU adalah debitur, yaitu debitur yang tidak membayar utang-utangnya kepada kreditur. Dalam Pasal 2 UUK dan PKPU
menyebutkan syarat-syarat seorang debitur dapat dinyatakan pailit, yaitu: 1.
Debitur mempunyai dua kreditur atau tidak dapat membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu pembayaran.
2. Paling sedikit harus ada 2 dua kreditur concurus creditorum.
3. Cukup satu utang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
15
Sentosa Sembiring. Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-Undangan Yang Terikat Dengan Kepailitan Bandung: CV Nuansa Aulia, 2006, hlm. 18
xvii 4.
Debitur harus dalam keadaan insolvent, yaitu tidak membayar lebih dari 50 utang-utangnya. Debitur harus telah berada dalam keadaan berhenti membayar
kepada para krediturnya, bukan sekedar tidak membayar kepada satu atau dua orang kreditur saja.
Apabila seorang debitur telah memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut di atas maka permohonan pailit dapat diajukan ke pengadilan niaga. Pihak-pihak
yang dapat mengajukan permohonan pailit adalah kreditur, debitur itu sendiri, Bank Indonesia, Meteri Keuangan, Badan Pengawas Pasar ModalOJK dan jaksa
yang dilakukan demi kepentingan umum. Setelah suatu permohonan pailit diterima dan kemudian diperiksa dan
diadili oleh majelis hakim pengadilan niaga maka pemeriksaan terhadap permohonan tersebut dinyatakan selesai dengan dijatuhkannya putusan pailit oleh
pengadilan maka debitur kehilangan sebahagian haknya dalam mengurus harta kekayaannya. Selanjutnya yang berwenang mengurus harta kekayaan debitur
adalah kurator. Menurut Pasal 70 UUK dan PKPU kurator adalah BHP atau orang perorangan yang diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan membereskan
harta debitur pailit di bawah pengawasan hakim pengawas. Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan pemberesan
harta pailit sejak tanggal putusan pailit diucapkan meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Terhadap pengangkatan kurator,
apabila kreditur atau debitur tidak mengajukan usul pengangkatan kurator ke pengadilan maka BHP bertindak sebagai kurator, namun apabila diangkat kurator
yang bukan BHP maka kurator tersebut harus independen dan tidak mempunyai kepentingan dengan pihak kreditur atau debitur.
xviii Seorang kurator perlu memilah kewenangan yang dimilikinya
berdasarkan undang-undang yaitu: 1.
Kewenangan yang dapat dilaksanakan tanpa diperlukannya persetujuan dari instansi atau pihak lain; dan
2. Kewenangan yang dapat dilaksanakan setelah memperoleh persetujuan dari
pihak lain dalam hal ini hakim pengawas.
16
Kurator memiliki kewenangan dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit. dalam pelaksanaan pengurusan dan pemberesan harta pailit, kurator diawasi
oleh hakim pengawas. Dalam pengurusan harta pailit kurator harus: 1.
Menginventarisasi harta kekayaan debitur pailit untuk kemudian menentukan mana yang termasuk harta pailit dan mana yang bukan.
2. Menginventarisir harta kekayaan debitur Pailit untuk kemudian menentukan
mana yang masuk harta pailit, mana yang bukan, mengingat adanya pengecualian yang diatur dalam undang-undang.
3. Membuat daftar kreditur dari debitur Pailit dengan menyebutkan sifat dan
jumlah utang debitur atau piutang kreditur beserta nama dan tempat tinggalnya. 4.
Mengadakan verifikasi dari piutang kreditur dari debitur pailit dalam rapat verifikasi yang dipimpin oleh Hakim Pengawas.
5. Membuat daftar pembayaran piutang pada kreditur sesuai peraturan hukum
yang berlaku tingkatan para kreditur. Dalam hal pemberesan harta pailit dapat terlihat bahwa tugas Kurator sangat berat karena Kurator bertanggung jawab
16
Marjan E. Pane. Permasalahan Seputar Kurator. Jakarta: makalah dalam Lokakarya KuratorPengurus dan Hakim Pengawas: Tinjauan Secara Kritis, Jakarta, 30-31 Juli 2002.
xix atas kesalahan atau kelalaiannya dalam menjalankan tugas pengurusan danatau
pemberesan yang yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit. Sehubungan dengan hal tersebut maka Kurator dapat digugat dan wajib
membayar ganti kerugian apabila karena kelalaiannya atau terutama karena kesengajaannya telah menyebabkan harta pailit mengalami kerugian, dan dapat
dituntut secara pribadi. Kurator memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjalankan tugasnya, hal ini ditegaskan di dalam Pasal 72 UUK dan PKPU,
bahwa kurator bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan yang menyebabkan
kerugian terhadap harta pailit. Perlindungan hukum terhadap kurator tidak diatur jelas dalam UUK dan
PKPU, akan tetapi berdasarkan Pasal 50 Kitab Undang Undang Hukum Pidana selanjutnya disebut KUHPidana yang menyatakan barang siapa melakukan
perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak di pidana, dapat dijadikan landasan perlindungan terhadap kurator yang menjalankan tugas sesuai
dengan ketentuan dan undang-undang yang berlaku.
F. Metode Penelitian