xlviii tersebut aktivanya lebih besar daripada pasivanya maka warisan tersebut boleh
diterima oleh kurator. Tetapi apabila warisan tersebut pasivanya lebih besar maka kurator harus menolak warisan tersenbut.
14. Akibat kepailitan terhadap hak retensi Hak menahan
Menurut H.F.A. Vollmar hak menahan adalah hak untuk tetap memegang benda milik orang lain samapi piutang si pemegang mengenai benda tersebut telah
lunas.
29
C. Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit
Undang-undang kepailitan mengakui eksistensi hak retensi atau hak menahan. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 61 UUK dan PKPU. dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa meskipun dengan adanya putusan kepailitan, kreditur yang mempunyai hak retensi terhadap debitur pailit tetap diakui keberadaannya
sepanjang utang debitur pailit belum dibayar lunas. Selanjutnya Pasal 185 ayat 4 UUK dan PKPU menyebutkan kurator berkewajiban membayar piutang kreditur
yang mempunyai hak untuk menahan suatu benda sehingga benda tersebut dapat menguntungkan harta pailit.
Pengurusan harta pailit dilakukan oleh kurator dalam pengawasan hakim pengawas Pasal 65 dan Pasal 69 UUK dan PKPU. Pentingnya keberadaan hakim
pengawas dapat dilihat dari Keppres RI No. 97 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Pengadilan Niaga. Dalam Keppres ini dijelaskan, hakim pengawas adalah hakim
pada pengadilan niaga yang diangkat majelis hakim pemeriksa atau pemutus perkara.
29
H.F.A. Vollmar. Pengantar Studi Hukum Perdata Jilid I, diterjemahkan oleh I.S. Adiwimarta Jakarta: Rajawali Press, 1983, Hlm. 367
xlix Dengan adanya pernyataan pailit, debitur demi hukum terhitung sejak
hari pernyataan pailit secara langsung kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaan yang dimasukkan dalam kepailitan Pasal 24 ayat 1 UUK
dan PKPU. Selanjutnya yang berhak mengurus harta debitur pailit adalah kurator. Pengertian kurator menurut UUK dan PKPU adalah BHP atau orang perseorangan
yang diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitur pailit di bawah pengawasan hakim pengawas sesuai dengan undang-undang ini
Pasal 1 ayat 5 UUK dan PKPU Pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian kurator diatur dalam
Pasal 15 ayat UUK dan PKPU. Menurut ketentuan dalam pasal tersebut, kurator dapat diusulkan oleh debitur ataupun kreditur dan tidak dibatasi berapa banyak
calon yang bisa di usulkan. Jadi baik kreditur ataupun debitur dapat mengajukan lebih dari satu calon kurator ke pengadilan niaga. Selanjutnya pengadilan niaga
yang akan memutuskan siapa yang akan diangkat menjadi kurator dan berapa jumlah kuratornya. Namun menurut pasal 71 ayat 1 UUK dan PKPU
menjelaskan bahwa pengadilan setiap waktu dapat mengabulkan usul penggantian kurator, setelah memanggil dan mendengar kurator, dan mengangkat kurator lain
danatau mengangkat kurator tambahan atas: 1 permohonan kurator sendiri; 2 permohonan kurator lainnya, jika ada; 3 usulan hakim pengawas; atau 4
permintaan debitur pailit. Sedangkan mengenai pemberhentian kurator, menurut Pasal 71 ayat 2,
pengadilan harus memberhentikan atau mengangkat kurator atas permohonan atau atas usul kreditur konkuren berdasarkan putusan rapat kreditur yang
diselenggarakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 UUK dan PKPU, dengan
l persyaratan putusan tersebut diambil berdasarkan suara setuju lebih dari setengah
jumlah kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat dan yang mewakili lebih dari setengah jumlah piutang kreditur konkuren atau kuasanya
yang hadir dalam rapat. Kepailitan meliputi seluruh harta kekayaan debitur pada sat pernyataan
pailit dilakukan. Sejak pernyataan pailit diumumkan, selanjutnya pengurusan dan pemberesan harta debitur pailit diambil alih oleh kurator Pasal 21 dan 25 UUK
dan PKPU. dalam melaksanakan tuganya melakukan pengurusan dan pemberesan kurator memiliki tugas dan wewenang tersendiri yaitu:
30
1. Melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit.
2. Mengumumkan putusan hakim tentang pernyataan pailt dalam berita negara
dan surat-surat kabar yang ditetapkan oleh hakim pengawas. 3.
Menyelamatkan harta pailit, antara lain menyita barang-barang perhiasan efek- efek, surat –surat berharga serta uang, dan menyegel harta benda si pailit atas
persetujuan hakim pengawas. 4.
Menyusun inventaris harta pailit. 5.
Menyusun daftar utang dan piutnag harta pailit. 6.
Berdasarkan persetujuan panitia kreditur, kurator dapat melanjutkan usaha debitur yang dinyatakan pailit.
7. Kurator berwenang untuk membuka semua surat dan kawat yang dialamatkan
kepada si pailit. kecuali surat atau kawat yang mengenai harta pailit diserahkan keada si pailit.
30
Ibid, Adrian. Hlm. 62
li 8.
Kurator berwenang untuk memberikan sejumlah uang nafkah bagi si pailit dan keluarganya dengan izin hakim pengawas.
9. Atas persetujuan hakim pengawas, kurator dapat memindahtangankan
menjual harta pailit sepanjang diperlukan untuk menutup ongkos kepailitan. 10.
Menyiapkan semua uang, barang-barang, efek dan surat berharga lainnya kecuali bila hakim pengawas menetapkan cara penyimpanan yang lain.
11. Membungakan uang tunai yang tidak diperlukan untuk mengerjakan
penguusan. 12.
Kurator setelah memperoleh nasihat dari panitia kredit, komite tersebut ada dan dengan persetujuan hakim pengawas berwenang untuk membuat
perdamaian atau untuk menyelesaikan perkara secara baik. 13.
Memanggil debitur untuk memberikan keterangan yang diperlukan oleh kurator.
14. Memberikan salinan surat-surat, yang ditempatkan di kantornya yang dapat
dilihat dengan Cuma-Cuma oleh umum, kepada kreditur atas biaya kreditur yang bersangkutan.
Selanjutnya Pasal 69 ayat 2 UUK dan PKPU menentukan bahwa dalam melakukan tugasnya kurator tidak harus memperoleh persetujuan dari atau
penyampaian pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur atau salah satu organ debitur dan dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, semata-mata dalam
rangka menungkatkan harta pailit.sehubungan dengan ketentuan pasal 72 UUK dan PKPU menyebutkan kurator bertanggung jawab atas kelalaian atau
kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan dan pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.
lii Kurator dapat digugat denngan wajib membayar ganti rugi apabila karena
kalalaiannya atau kesalahannya dilakukan dengan sengaja telah menyebabkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap harta pailit, terutama para kreditur
konkuren dirugikan. Berdasarkan penjelasan tersebut jelaslah betapa besar peran dan tanggung jawab kurator dalam mengurus dan memaksimalkan pengurusan
dan pemberesan harta pailit. Kurator adalah perseorangan atau persekutuan perdata yang memiliki
keahlian khusus sebagaimana diperlukan untuk mengurus dan membereskan harta pailit dan telah terdaftar pada Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Dalam menjalankan tugasnya kurator tidak hanya menyelamatkan harta pailit tetapi juga sedapat mungkin bisa meningkatkan nilai harta pailit tersebut.
Kurator dituntut untuk memiliki integritas yang berpedoman pada kebenaran dan keadilan serta seharusnya menaati standar profesi dan etika. Hal ini
untuk menghindari adanya benturan kepentingan dengan debitur maunpun kreditur. Namun pada prakteknya, kerja kurator menjadi terhalang oleh
permasalahan seperti debitur pailit tidak mengacuhkan putusan pengadilan bahkan menolah untuk dieksekusi.
1. Pengurusan harta pailit
Seperti yang telah di jelaskan pada pembahsan sebelumnya, hakim pengawas dan kurator memiliki peran yang sangat penting dalam pengurusan dan
pemberesan harta pailit. Dalam UUK dan PKPU tidak menyebutkan dengan jelas mengenai pengertian pengurusan, namun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
pengurusan adalah suatu proses atau cara atau perbuatan mengurus. Pengurusan
liii adalah menginventarisasi, menjaga dan memelihara agar harta pailit tidak
berkurang dalam jumlah, nilai dan bahkan bertambah dalam jumlah dan nilai. Jika ternyata kemudian putusan pailit tersebut dibatalkan oleh, baik putusan kasasi atau
peninjauan kembali , maka segala perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang putusan
pembatalan, tetap sah dan mengikat bagi debitur pailit.. Tahap pengurusan harta pailit adalah jangka waktu sejak debitur dinyatakan pailit. Kurator yang ditetapkan
dalam putusan pailit segera bertugas untuk melakukan pengurusan dan penguasaan boedel pailit. ada beberapa tahapan dalam pengurusan harta pailit,
yaitu:
31
a. Pembentukan panitia kreditur dan rapat kreditu.
pada awalnya pengadilan membentuk panitia kreditur sementara yang terdiri atas 3 tiga orang yang dipilih dari kreditur yang dikenal
dengan maksud memberikan nasihat kepada kurator. Panitia kreditur adalah pihak yang mewakili pihak kreditur sehingga panitia kreditur tentu akan
memperjuangkan segala kepentingan hukum dari pihak kreditur
32
Setelah ditetapkannya panitia kreditur tetap, selanjutnya dilakukan rapat kreditur. Ada 2 dua jenis rapat kreditur yaitu rapat kreditur yang
. Kedudukan panitia kreditur sementara ini akan berubah menjadi panitia
kreditur tetap setelah pencocokan utang selesai dilakukan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 80 UUK dan PKPU yang menyebutkan setelah
pencocokan utang selesai dilakukan hakim pengawas wajib menawarkan keapda kreditur untuk membentuk panitia kreditur tetap.
31
Sunarmi. Hukum Kepailita, Medan, USU Press, 2009, hlm. 19
32
http:www.hukumkepailitan.com20120816panitia-kreditor-dalam-kepailitan diakses pada tanggal 10 Oktober 2015
liv wajib diselenggarakan dan rapat kreditur yang diselenggarakan setiap saat,
juka memang diperlukan. Dalam rapat kreditur, hakim pengawas bertindak sebagai ketua dan kurator wajib hadir dalam setiap rapat kreditur Pasal 85
UUK dan PKPU. Pasal 86 UUK dan PKPU menyatakan bahwa hakim pengawas menentukan hari, tanggal, waktu dan tempat rapat kreditur
pertama yang harus diselenggarakan paling lambat dalam jangka waktu 30 hari setelah tanggal putusan pailit diucapkan. Dalam jangka waktu paling
lambat 5 lima hari setelah putusan pailit diterima oleh hakim pengawas dan kurator, hakim pengawas wajib memberitahukan penyelenggaraan rapat
kreditur kepada kreditur yang dikenal dengan surat tercatat melalui kurir, dan dengan iklan paling sedikit dalam 2 dua surat kabar harian Pasal 86
UUK dan PKPU. b.
Penahanan debitur pailit Pengadilan dapat memerintahkan supaya debitur pailit ditahan baik
itu ditempatkan di Rumah Tahanan Negara Rutan maupun di rumahnya sendiri dibawah pengawasan jaksa yang ditunjuk oleh hakim pengawas atas
usulan dari hakim pengawas, permintaan kurator, atau atas permintaan seorang kreditur atau lebih. Masa penahanan berlaku paling lama 30 hari
terhitung sejak penahanan dilaksanakan. Masa penahanan dapat diperpanjang 30 hari atas usul hakim pengawas atau atas permintaan
kurator atau seorang kreditur atau lebih setelah mendengar hakim pengawas. Penahanan dibebankan kepada harta pailit Pasal 93 UUK dan PKPU.
Permintaan untuk menahan debitur pailit harus dikabulkan, apabila permintaan tersebut didasarkan atas alasan bahwa debitur pailit dengan
lv sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaumana dimaksud dalam Pasal 98,
Pasal 110 dan Pasal 121 ayat 1 dan 2 UUK dan PKPU. Berkaitan dengan harta pailit, apabila diperlukan maka debitur pailit dapat diambil dari tempat
tahanan untuk dibawa ketempat tersebut. Perintah untuk ini di laksanakan oleh kejaksaan. Selama kepailitan, debitur tidak diperbolehkan
meninggalkan tempat tinggalnya tanpa izin dari hakim pengawas Pasal 97 UUK dan PKPU.
c. Penyegelan harta pailit
Kurator dapat meminta penyegelan harta pailit kepada pengadilan, berdasarkan alasan untuk mengamankan harta pailit, melalui hakim
pengawas. Penyelenggaraan dilakukan oleh juru sita di tempat harta tersebut berada dihadiri oleh 2 dua orang saksi yang salah satu diantaranya adalah
wakil pemerintah daerah setempat Pasal 99 UUK dan PKPU. yang dimaksud dengan wakil dari pemerintah daerah adalah lurah atau kepala
desa atau yang disebut dengan nama lain. d.
Pencatatanpendaftaran harta pailit Kurator harus membuat pencatatan harta pailit paling lambat 2
dua hari setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai kurator. Pencatatan dapat dilakukan di bawah tangan oleh kurator dengan
persetujuan hakim pengawas anggota panitia kreditur sementara dapat mengnhadiri pencatatan tersebut. Pasal 100 UUK dan PKPU. Informasi
pertama yang akan diperoleh tentang harta kekayaan debitur adalah dari putusan pengadilan niaga, karena dalam pertimbangan hukumnya
lvi pengadilan niaga akan menyebutkan baik harta kekayaan maupun utang
debitur dan siapa-siapa yng menjadi krediturnya. Selain itu, informasi mengenai harta kekayaan debitur dapat
diketahui dari Badan Pertanahan Nasional BPN, kantor-kantor bank, baik bank swasta maupun negeri untuk mengetahui simoanan debitur.
e. Melanjutkan usaha debitur
Melanjutkan usaha debitur pailit atas persetujuan panitia kreditur sementara walaupun ada kasasi atau peninjauan kembalki. Bila tidak ada
panitia kreditur sementara maka diperlukan izin hakim pengawas. Pasal 104 UUK dan PKPU.
f. Membuka surat-surat dan telegram debitur pailit
Kurator berwenang untuk membuka surat dan telegram yang dialamatkan kepada debitur pailit. surat atau telegram yang tidak berkaitan
dengan harta pailit harus segera di sampaikan kepada debitur pailit. semua surat pengaduan dan keberatan yang berkaitan dengan harta pailit ditujukan
kepada kreditur Pasal 105 UUK dan PKPU. g.
Mengalihkan harta pailit Pengalihan dapat dilakukan sepanjang itu diperlukan intuk
menutup biaya kepailitan atau apabila penahanannya akan mengakibatkan kerugian kapada harta pailit meskipun ada kasasi dan peninjauan kembali.
h. Melakukan penyimpanan
lvii Uang, perhiasan, efek dan surat berharga lainnya wajib disimpan
oleh kurator, kecuali ditentukan oleh hakim pengawas. Uang tunai wajib disimpan di bank Pasal 108 UUK dan PKPU.
i. Mengadakan perdamaian
Mengadakan perdamaian guna mengakhiri suatu perkara yang sedang berjalan atau mencegah timbulnya suatu perkara. Pasal 109 UUK
dan PKPU. yang dimaksud dengan perdamaian perkara adalah perkara yang sedang berjalan di pengadilan.
j. Melakukan pemanggilan kepada kreditur.
Pemanggilan kepada kreditur ini diperlukan untuk memasukkan bukti-bukti tagihan kepada kurator. Dalam hal ini hakim pengawas akan
menentukan batas akhir penjualan tagihan, batas akhir verifikasi pajak, hari, tanggal, waktu dan tempat rapat kreditur untuk melakukan rapat pencocokan
piutang. Pemanggilan tersebut dapat dilakukan dengan surat dan pengiklanan dalam surat kabar umum sebagai maksud dalam Pasal 15 ayat
4 UUK dan PKPU. k.
Mendaftarkan tagihan para kreditur Setelah para kreditur memasukkan tagihan-tagihannya, maka
kurator akan mencocokan dengan catatan yang telah dibuat sebelumnya dan keterangan debitur pailit. berunding dengan kreditur jika terdapat keberatan
terhadap penagihan yang diterima. Tagihan-tagihan yang disetujui aka dimasukan kedalam sebuah daftar yang disebut dengan “Daftar Piutang
Yang Sementara Diakui” sedangkan tagihan yang dibantah oleh kurator
lviii akan dimasukan kedalam sebuah daftar tersendiri beserta alasan-alasannya.
Dalam cacatan tersebut disebutkan pula cacat apakah termasuk piutang yang diistimewakan atau yang di jamin dengan gadai, fidusia, hak tanggungan,
hipotek hak agunan atas kebendaan lainnya atau hak untuk menahan benda bagi tagihan yang bersangkutan dapat dilaksanakan.
Daftar tagihan tersebut diletakkan di papan pengumuman selama 7 tujuh hari untuk dapat dilihat oleh yang berkepentingan atau siapaun yang
menghendakinya. Peletakan daftar tersebut diberitahukan kepada seluruh kreditur oleh kurator serta memberitahukan bahwa debitur ada menasukkan
rencana perdamaian kepada kurator Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118 dan Pasal 119 UUK dan PKPU.
l. Rapat pencocokan
Jawal rapat pencocokan ditetapkan oleh hakim pengawas. Hakim pengawas hadir dalam rapat pencocokan dan bertindak sebagai pemimpin
rapat yang dihadiri oleh kurator, para kreditur dan oleh debitur. Kehadiran debitur dalam rapat pencocokan piutang sangat penting, karena debitur
dapat memberikan keterangan yang diminta oleh hakim pengawas mengenai sebab musabab kepailitan dan keadaan harta pailit. debitur lebih mengetahui
dan dapat memberikan keterangan –keterangan tentang kebenaran dari piutang-piutang kreditur kepadanya, siapa-siapa yang menjadi kreditur
dalam kepailitan dan besarnya tagihan dari masing-masing kreditur. Hakim pengawas membacakan “Daftar Piutang Yang Diakui
Sementara” dan “Daftar Tagihan Yang Dibantah”. Sedangkan kurator akan
lix memberikan keterangan-keterangan tentang status dari para kreditur, apakah
sebagai kreditur separatis, kreditur preferen, ataupun kreditur konkuren. Namun, apabila dalam rapat pencocokan tidak ditawarkan rencana
perdamaian, rencana perdamaian tidak di terima atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh hukum
tetap maka demi hukum harta pailit dalam keadaan insolvensi m.
Memberitahukan hasil rapat pencocokan piutang kepada kreditur. Setelah berakhirnya pencocokan piutang, kurator wajib
memberikan laporan mengenai keadaan harta pailit, dan selanjutnya kepada kreditur wajib diberikan semua keterangan yang diminta oleh mereka.
Laporan mengenai harta pailit serta berita acara rapat pencocokan piutang wajib disediakan di kepaniteraan dan kantor kurator agar dapat diketahui
oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Pemberesan Harta Pailit
Kurator dalam kepailitan adalah pihak yang telah ditetapkan oleh undang-undang untuk melakukan penguasaan dan pengurusan harta pailit.
Sedangkan pemberesan merupakan salah satu tugas yang dilakukan oleh kurator terhadap pengurusan harta debitur pailit, dimana pemberesan baru dapat dilakukan
setelah debitur pailit benar-benar dalam keadaan tidak mampu membayar insolvensi setelah adanya putusan pernyataan pailit.
33
33
https:junetbungsu.wordpress.com20121121pemberesan-dalam-kepailitan diakses
pada tanggal 10 Oktober 2015
lx Kurator memulai pemberesan harta pailit setelah harta pailit dalam
keadaan tidak mampu membayar dan usaha debitur dihentikan. Kurator memutuskan cara pemberesan harta pailit dengan selalu memperhatikan nilai
terbaik pada waktu pemberesan.Konsekuensi yuridis dari insolven debitur pailit adalah harta pailit akan segera dilakukan pemberesan. Kurator akan mengadakan
pemberesan dan menjual harta pailit dimuka umum atau di bawah tangan serta menyusun daftar pembagian dengan ijin Hakim Pengawas, Hakim Pengawas juga
dapat mengadakan rapat kreditur untuk menentukan cara pemberesan. ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam proses pemberesan harta pailit, yaiut:
34
a. Mengusulkan dan melaksanakan penjualan harta pailit
Dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 15 ayat 1, kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit tanpa perlu
memperoleh perseujuan atau bantuan debitur apabila: 1
Usul untuk mengurus perusahaan debitur tidak diajukan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau usul tersebut telah diajukan tetapi
ditolak. 2
Pengurusan terhadap perusahaan debitur dihentikan Pasal 184 UUK dan PKPU.
Dalam rangka membiayai tindakan-tindakan pengurusan dan pemberesan termasuk jasa kurator diperlukan dana dan dana tersebut
diperoleh dari hasil penjualan harta kekayaan pailit baik barang-barang bergerak maupun tidak bergerak. Semua benda harus dijual dimuka umum
sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-
34
Ibid, Sunarmi. Hlm. 123
lxi undangan. Bila penjualan di muka umum tidak tercapai maka dapat
dilakukan penjualandi bawah tangan dengan izin hakim pengawas Pasal 185 UUK dan PKPU.
Semua benda yang tidak segera atau sama sekali tidak dapat dibereskan maka kurator yang memutuskan tindakan yang harus dilakukan
terhadap benda tersebut atas izin hakim pengawas. Izin hakim pengawas ini dituangkan dalam suatu penetapan. Izin penetapan ini diperoleh setelah
kurator terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk melakukan penjualan harta pailit dan dapat dilakukan secara lelang didepan umum
maupun secara di bawah tangan. b.
Membuat daftar pembagian Kurator wajib menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan
persetujuan pada hakim pengawas. Daftar pembagian memuat rincian penerimaan dan pengeluaran termasuk didalamnya upah kurator, nama
kreditur, jumlah yang dicocokkan dari tiap-tiap piutang dan bagian yang wajib diterimakan kepada kreditur. Daftar bagian ini dapat dibuat sekali atau
lebih dari sekali dengan memperhatikan kebutuhan. Daftar pembagian yang telah disetujui oleh hakim pengawas wajib disediakan di kepaniteraan
pengadilan agar dapat dilihat oleh kreditur selama tenggang waktu yang ditetapkan oleh hakim pengawas pada waktu daftar tersebut disetujui dan
diumumkan oleh kurator dalam surat kabar. Daftar pembagian ini dapat dilawan oleh kreditur dengan mengajukan surat keberatan disertai alasan
kepada panitera pengadilan dengan menerima tanda bukti penerimaan.
lxii Hakim pengawas akan menetapkan hari untuk memeriksa perlawanan
disidang pengadilan yang terbuka untuk umum. Dalam sidang tersebut hakim pengawas memberi laporan tertulis,
sedangkan kurator dan setiap kreditur atau kuasanya dapat mendukung atau membantah daftar pembagian tersebut dengan mengemukakan alsannya.
Atas alasan tersebut dalam jangka waktu paling lambat 7 tujuh hari wajib memberikan putusan yang disertai dengan pertimbangan hukum yang
cukup. Terhadap putusan pengadilan ini dapat diajukan permohonan kasasi. Setelah berakhirnya tenggang waktu untuk melihat daftar
pembagian atau setelah putusan akibat diajukan perlawanan diucapkan, kurator wajib segera membayar pembagian yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, setelah kurator selesai melaksanakan pembayaran kepada masing-masing kreditur berdasarkan daftar pembagian maka berakhirlah
kepailitan. Kurator melakukan pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan surat kabar.
Kerentuan mengenai berakhirnya kepailitan ini terdapat dalam Pasal 201 dan 202 UUK dan PKPU.
c. Memuat daftar perhitungan dan pertanggungjawaban pengurusan dan
pemberesan kepailitan kepada hakim pengawas Kurator wajib memberikan pertanggungjawaban mengenai
pengurusan dan pemberesan yang telah dilakukannya kepada hakim pengawas paling lama 30 hari setelah berakhirnya kepailitan. Semua buku
lxiii dan dokumen mengenai harta pailit wajib diserahkan kepada debitur dengan
tanda bukti penerimaannya. Pasal 202 ayat 3 dan 4 UUK dan PKPU. Bila sudah diadakan pembagian penutup, ada pembagian yang
tadinya dicadangkan jatuh kembali dalam harta pailit atau apabila ternyata masih terdapat bagian harta pailit yang sewaktu diadakan pemberesan tidak
diketahui maka atas perintah pengadilan, kurator membereskan dan membaginya berdasarkan daftar pengadilan yang dahulu Pasal 203 UUK
dan PKPU Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan dan kelalaiannya
dalam melaksanakan tugas pengurusan tugas danatau pemberesan harta pailit yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit. Pasal 72 UUK dan
PKPU.
lxiv
BAB III RESIKO YANG DIHADAPI KURATOR DALAM PENGURUSAN
lxv
DANPEMBERESAHARTA PAILIT
A. Kode Etik Profesi Kurator Dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta