xxxiv Kepailitan waktu yang ditetapkan lebih singkat yaitu 30 hari 1 bulan.
Dengan pertimbangan yang rasional maka, UUK dan PKPU memberikan batasan 60 hari 2 bulan dimana pengadilan wajib memberikan putusan
terhitung sejak tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan. Putusan atas permohonan pernyataan pailit wajib diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum dan wajib memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut serta memuat pula:
1 Pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan
danatau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili; dan
2 Pertimbangan hukum dan pendapat yang berbeda dari hakim anggota
atau ketua majelis. Salinan putusan pengadilan atas permohonan pernyataan pailit
wajib disampaikan oleh juru sita dengan surat kilat tercatata kepada debitur, pihak yang mengajukan permohonan pailit, kurator, dan hakim pengawas
paling lambat 3 tiga hari setelah tanggal putusan atas permohonan pernyataan pailit diucapkan.
B. Akibat Hukum Kepailitan
Kepailitan mengakibatkan seluruh kekayaan debitur serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan berada dalam sitaan umum sejak putusan
pernyataan pailit diucapkan. Namun tidak semua harta debitur dapat disita oleh
xxxv pengadilan, ada beberapa harta debitur yang diberikan pengecualian berdasarkan
Pasal 22 UUK dan PKPU yaitu:
24
1. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur sehubungan
dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang digunakan oleh
debitur dan keluarganya, yang terdapat ditempat itu. 2.
Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu
atau uang tunjangan , sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas. 3.
Uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi kewajiban memberi nafkah menurut undang-undang.
Tanggal putusan tersebut dihitung sejak pukul 00.00 waktu setempat. Sejak tanggal putusan pailit itu diucapkan, debitur yang pailit demi hukum tidak
mempunyai kewenangan lagi untuk menguasai dan mengurus harta kekayannya. Akantetapi debitur tidak sepenuhnya kehilangan hak untuk mengurus harta
kekayaannya, debitur hanya kehilangan haknya dalam lapangan hukum harta kekayaan. Dengan katalain debitur hanya kehilangan haknya terhadap harta pailit
saja. Yang dimaksud dengan harta pailit adalah objek pailit yang ada setelah adanya putusan pailit dan selama kuputusan pailit itu berlangsung.
Kepailitan juga dapat memberikan akibat terhadap pasangan suami istri. Dalam hal suami atau istri yang dinyatakan pailit, istri atau suaminya berhak
mengambil kembali semua benda bergerak dan tidak bergerak yang merupakan harta bawaan dari istri atau suami dan hartanya yang diperoleh masing-masing
24
Ibid, Hal. 107
xxxvi sebagai hadiah atau warisan. Jika benda milik istri telah dijual oleh istri atau
suami dan harganya belum dibayar atau uang hasil penjualan belum tercampur dalam harta pailit maka istri atau suami berhak mengambil kembali uang hasil
penjualan tersebut. Sedangkan akibat kepailitan terhadap seluruh perikatan yang dibuat oleh debitur yang terbit sesudah putusan pailit, tidak lagi dapat dibayar dari
harta pailit, kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta pailit. ketentuan ini dimuat dalam Pasal 25 UUK dan PKPU.
Tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator. Dalam hal tuntutan tersebut diajukan
atau diteruskan oleh atau terhadap debitur pailit maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan suatu penghukuman terhadap harta pailit Pasal 26 UUK dan
PKPU. Selama berlangsungnya kepailitan, tuntutan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit yang ditujukan terhadap debitur pailit,
hanya dapat diajukan dengan mendaftarkannya untuk dicocokkan Pasal 27 UUK dan PKPU.
Pasal 41 ayat 1 UUK dan PKPU dinyatakan secara tegas bahwa untuk kepentingan harta pailit, segala perbuatan hukum debitur yang telah dinyatakan
pailit, yang merugikan kreditur dan yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan dapat dimintai pembatalankepada pengadilan. Sedangkan Pasal
42 UUK dan PKPU memberikan batasan yang jelas mengenai perbuatan hukum debitur. Dari ketentuan kedua pasal tersebut, dapat diketahui bahwa sistem
pembuktian yang dipakai adalah sistem pembuktian terbalik, yang artinya beban pembuktian terhadap perbuatan hukum debitur sebelum putusan pernyataan
pailit tersebut adalah berada pada pundak debitur pailit dan pihak ketiga yang
xxxvii melakukan perbuatan hukum dengan debitur apabila perbuatan hukum debitur
tersebut dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sebelum putusan pernyataan pailit dan membawa kerugian bagi kepentingan kreditur.
Dengan kata lain, apabila kurator menilai bahwa ada perbuatan ada perbuatan hukum tertentu dari debitur dengan pihak ketiga dalam jangka waktu
satu tahun sebelum putusan pernyataan pailit dimana perbuatan hukum tersebut merugikan kepentingan kreditur, maka debitur dan pihak ketiga wajib
membuktikan bahwa perbuatan hukum tersebut wajib dilakukan oleh mereka dan perbuatan hukum tersebut tidak merugikan harta pailit. sedangkan apabila
perbuatan hukum yang dilakukan oleh debitur dengan pihak ketiga dilakukan lebih dari satu tahun sebelum putusan pernyataan pailit, maka yang wajib
membuktikannya adalah kurator. 1.
Akibat kepailitan terhadap perjanjian timbal balik Subekti menerjemahkan istilah overeenkomst dari bahasa belanda
kedalam bahasa indonesia, yaitu “perjanjian”. Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selanjutnya disebut KUHPerdata memberikan definisi perjanjian
yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap suatu orang lain atau lebih.
25
25
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek, diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet. 33 Jakarta: Pradnya Paramita, 2003, Pasal 1313.
Rumusan tersebut memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak,
dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi debitur dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi kreditur. Masing-masing pihak tersebut
xxxviii terdiri dari satu orang atau lebih. Bahkan dengan berkembangnya ilmu hukum,
pihak tersebut dapat berupa satu atau lebih badan hukum. Penjelasan mengenai perjanjian timbal balik dapat dilihat dari pasal 1314
KUHPerdata yaitu: a.
Satu perjanjian dibuat dengan Cuma-Cuma atau atas beban. b.
Suatu perjanjian dengan Cuma-Cuma adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain,
tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri. c.
Suatu perjanjian atas beban, adalah suatu perjanjian yang mewajibkan masing-masing pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu. Dari rumusan pasal di atas dapat diketahui bahwa suatu perjanjian dapat
bersifat sepihak dan perjanjian yang bersifat timbal balik. Perjanjian yang bersifat sepihak yaitu perjanjian dimana hanya ada satu pihak yang mempunyai kewajiban
atas prestasi terhadap pihak lain. Contohnya perjanjian hibah. Sedangkan perjanjian yang bersifat timbal balik adalah suatu perjanjian di mana kedua belah
pihak saling berprestasi. Dalam perjanjian timbal balik bilateral, selalu ada hak dan kewajiban disatu pihak yang saling berhadapan dengan hak dan kewjiban
dipihak lain. Contohnya perjanjian jual beli, sewa-menyewa, perjanjian kerja, dan lain lain.
26
Pasal 36 ayat 1 UUK dan PKPU menentukan bahwa dalam hal pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan, terdapat perjanjian timbal balik yang
26
Riduan Syahrani. Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, cet. III, Bandung: Alumni, 1992, Hlm. 239.
xxxix belum atau baru sebagian dipenuhi, pihak yang mengadakan perjanjian dengan
debitur dapat meminta kepada kurator untuk memberikan kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan perjanjian tersebut dalam jangka waktu yang disepakati
oleh kurator dan pihak tersebut. Dalam hal kesepakatan mengenai jangka waktu tersebut tidak tercapai, hakim pengawas menetapkan jangka waktu tersebut Pasal
36 ayat 2 UUK dan Kepailitan. Apabila dalam jangka waktu tersebut, kurator tidak memberikan jawaban atau tidak bersedia melanjutkan pelaksanaan
perjanjian tersebut maka perjanjian berakhir dan pihak dalam perjanjian tersebut dapat menuntut ganti rugi dan diperlakukan sebagai kreditur konkuren Pasal 36
ayat 2 UUK dan PKPU. Apabila kurator menyatakan kesanggupannya atas pelaksanaan perjanjian
tersebut, kurator wajib memberikan jaminan atas kesanggupan untuk melaksanakan perjanjian tersebut. Pelaksanaan perjanjian tersebut tidak meliputi
perjanjian yang prestasinya harus dilaksanakan sendiri oleh debitur. Contohnya apabila debitur seorang pelukis atau penyanyi dimana kurator diwajibkan untuk
melukis atau bernyanyi dalam hal tersebut tidak mungkin bagi kurator untuk melaksanakan perjanjian.
27
2. Akibat kepailitan terhadap perjanjian hibah
Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya dengan Cuma-Cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali,
menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Undang-undang tidak mengakui lain-lain hibah selain hibah-hibah
27
Ibid, Jono. Hal. 112
xl di antara orang-orang yang masih hidup. Hibah diatur dalam Bab ke-10 mulai dari
Pasal 1666 sampai dengan Pasal 1693 KUHPerdata. Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa hibah merupakan perjanjian
sepihak. Dalam kaitannya dengan akibat hukum dari kepailitan terhadap perjanjian hibah diatur dalam Pasal 43 dan Pasal 44 UUK dan PKPU. berdasarkan
kedua pasal tersebut dapat diketahui bahwa hibah yang dilakukan debitur pailit yang akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur dapat dimintai pembatalan
perjanjian hibah oleh kurator kepada pengadilan. Untuk melakukan pembatalan perjanjian hibah tersebut perlu dibuktikan terlebih dahulu bahwa debitur
mengetahui perjanjian hibah tersebut mengakibatkan kerugian bagi kreditur. 3.
Akibat kepailitan terhadap perjanjian sewa-menyewa Sewa-menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak lain kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang
oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya. Kaita akibat kepailitan terhadap perjanjian sewa-menyewa dapat dilihat dari ketentuan dalam
Pasal 38 UUK dan PKPU. Ketentuan pasal tersebut menyebutkan bahwa dalam hal debitur telah menyewa suatu benda dalam hal ini debitur tidak bertindak
sebagai penyewa, maka baik kurator maupun pihak yang menyewakan barang dapat menghentikan perjanjian sewa, dengan syarat harus ada pemberitahuan
penghentian yang dilakukan sebelum berakhirnya perjanjian sewa tersebut sesuai dengan adat dan kebiasaan setempat.
xli Jangka waktu pemberitahuan penghentian tersebut harus menurut
perjanjian atau kelaziman dalam jangka waktu adalah paling singkat 90 hari. Dalam hal debitur telah membayar lunas uang sewa dimuka maka perjanjian sewa
tersebut tidak dapat dihemtikan lebih awal sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah dibayar uang sewa tersebut. Namun apabila uang sewa belum dibayar
atau belum lunas dibayar utang sewa debitur akan menjadi utang harta pailit Pasal 38 ayat 4 UUK dan PKPU dengan demikian orang yang menyewakan
tersebut dapat menjadi kreditur konkuren. 4.
Akibat kepailitan terhadap perjanjian dengan prestasi berupa penyerahan suatu benda dagang
Apabila dalam perjanjian timbal balik telah diperjanjikan penyerahan benda dengan yang biasa diperdagangkan dengan suatu jangka waktu, kemudian
pihak yang harus menyerahkan benda tersebut sebelum penyerahan dilaksanakan dinyatakan pailit maka perjanjian menjadi hapus dengan diucapkannya putusan
pernyataan pailit, dan dalam hal pihak lawan dirugikan karena penghapusan maka yang bersangkutan dapat mengajukan diri sebagai kreditur konkuren untuk
mendapat ganti rugi. Akan tetapi dalam hal harta pailit dirugikan karena penghapusan perjanjian tersebut maka pihak lawan wajib membayar ganti rugi
tersebut.. 5.
Akibat kepailitan terhadap perjanjian kerja antara debitur pailit dengan pekerja Penjelasan Pasal 39 ayat 1 UUK dan PKPU kepailitan menyatakan
bahwa ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja, kurator tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan. Berdasarkan Pasal
1 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
xlii selanjutnya disebut UUTK pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang danatau jasa baik untuk emenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Akibat kepailitan terhadap perjanjian kerja antara debitur pailit dengan pekerja dapat berupa putusnya hubungan kerja antar debitur pailit dengan
pekerjanya. Dalam UUK dan PKPU hanya terdapat satu pasal yang membahas mengenai hubungan kerja antara debitur pailit dengan pekerja, yaitu Pasal 39
UUK dan PKPU.dari pasal tersebut dapat diketahui bahwa pemutusan hubungan kerja pada saat debitur pailit dapat berasal dari inisiatif pekerja ataupun dari
kurator yang mengurus harta debitur pailit dengan catatan bahwa pemberhentian tersebut harus mengindahkan jangka waktu yang disetujui oleh kedua belah pihak
atau pemberitahuan paling singkat 45 hari sebelumnya. Pengaturan mengenai pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh pekerja menurut UUTK dapat
dilihat dalam Pasal 156 UUTK. Berdasarkan Pasal 165 UUK dan PKPU menyebutkan bahwa kurator
dapat melakukan pemutusan hubungan kerja antara debitur pailit dengan pekerja, dengan demikian jika kurator melakukan pemutusan hubungan kerja maka kurator
harus memperhatikan hak-hak pekerja baik berupa uang pesangon, uang penghargaan masa kerja maupun uang penggantian hak sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 156 UUK dan PKPU. 6.
Akibat kepailitan terhadap hak jaminan dan hak istimewa Sistem hukum jaminan indonesia mengenal 4 empat macam jaminan
yaitu:
xliii a.
Hipotek Hipotek diatur dalam Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 Bab
XXI KUHPerdata, yang pada saat ini hanya diberlakukan untuk kapal laut yang berukuran minimal 20 m
2
dan sudah terdaftar di Syahbandar dan pesawat terbang.
b. Gadai
Gadai diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 Bab XX KUHPerdata, yang diberlakukan terhadap benda-benda bergerak.
c. Hak tanggungan
Hak tanggungan diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Benda-Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah, yang merupakan jaminan atas hak-hak atas tanah tertentu berikut kebendaan yang melekat diatas tanah.
d. Fidusia
Hak fidusia diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Jaminan Fidusia, yang objek jaminannya berupa benda-benda yang
tidak dapat dijaminkan dengan gadai, hipotek, dan hak tanggungan. Berdasarkan Pasal 55 UUK dan PKPU kepailitan ditentukan bahwa
setiap kreditur pemegang jaminan gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak anggunan atas kebendaan lainnya dapat mengeksekusi haknya
seolah-olah tidak terjadi kepailitan, kecuali dalam hal penagihan suatu piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 dan 137 UUK dan PKPU,
kreditur separatis hanya dapat mngeksekusi setelah dicocokkan
xliv penagihannya dan hanya untuk mengambil pelunasan dari jumlah yang
diakui dari penagihan tersebut. 7.
Akibat kepailitan terhadap gugatan tuntutan hukum Akibat kepailitan terhadap gugatan terbagi atas 2 dua bagian yaitu:
a. Dalam hal debitur pailit sebagai penggugat
Selama proses kepailitan berlangsung, debitur pailit yang mengajukan gugatantuntutan hukum terhadap tergugat, maka atas
permohonan tergugat, perkara harus ditangguhkan untuk memberikan kesempatan kepada tergugat untuk memanggil kurator untuk mengambil
alih perkara dalam jangka waktu yang ditentukan oleh hakim. Dalam hal kurator tidak mengindahkan panggilan atau menolak mengambil alih
perkara tersebut, tergugat berhak memohon agar perkaranya digugurkan. b.
Dalam hal debitur pailit sebagai tergugat Gugatan atau tuntutan hukum yang diajukan terhadap debitur
sebagai tergugat sejauh bertujuan untuk memperoleh pemenuhan kewajiban dari harta pailit dan perkaranya sedang berjalan akan gugur demi hukum
dengan diucapkannya putusan pernyataan pailit Pasal 29 UUK dan PKPU. 8.
Akibat penyitaan terhadap penetapan penyitaan dan eksekusi pengadilan Putusan pernyataan pailit berakibat pada segala penetapan pelaksanaan
pengadilan terhadap setiap bagian dari kekayaan debitur yang telah dimulai sebelum kepailitan, harus dihentikan seketika itu tidak ada suatu putusan yang
dapat dilaksanakan. Debitur yang berada dalam penahanan gijzeling harus dilepaskan setelah pernyataan pailit diucapkan tanpa mengurangi berlakunya
xlv Pasal 93 UUK dan PKPU. penahanan disini adalah penahanan perdata atau
gijzeling.Gijeling adalah suatu upaya paksa agar debitur memenuhi kewajibannya. 9.
Akibat kepailitan terhadap perjumpaan utang Kompensasi Penjumpaan utang adalah suatu cara untuk menghapuskan suatu
perikatan. Hal ini diatur dalam Pasal 1381 KUHPerdata. Pengertian penjumpaan utang dapat dilihat dalam Pasal 1425 KUHPerdata yang menyebutkan
penjumpaan utang adalah jika dua orang saling berutang antara satu dengan yang lain, maka terjadilah antara mereka suatu perjumpaan, dengan mana utang-utang
antara kedua orang tersebut akan dihapuskan. Pasal 1426 KUHPerdata menyebutkan bahwa perjumpaan utang adalah
terjadi demi hukum, bahkan tanpa sepengetahuan orang-orang yang berutang, dan kedua utang itu satu menghaouskan yang lain dan sebaliknya. Dalam kepailitan
dimungkinkan seorang melakukan penjumpaan utang dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang. Pasal 51 UUK dan PKPU memberikan hak
kepada setiap orang yang mempunya utang atau piutang terhadap debitur pailit untuk memohon diadakannya penjumpaan utang, apabila utang atau piutang
tersebut diterbitkan sebelum putusan permohonan pailit diucapkan, atau akibat yang dilakukannya dengan debitur pailit sebelum putusan pernyataan pailit
diucapkan. Perjumpaan utang juga daoat dilakukan oleh setiap orang yang memperoleh utang atau piutang sebagai akibat dari pengalihan suatu utang atau
piutang dari pihak ke tiga. Semua utang yang diambil alih setelah putusan pernyataan pailit diucapkan tidak dapat dijumakan Pasal 52 ayat 2 UUK dan
PKPU.
xlvi 10.
Akibat kepailitan terhadap pengembalian benda yang merupakan bagian dari harta debitur
Setiap orang yang telah menerima benda yang merupakan bagian dari harta debitur yang tercakup dalam perbuatan hukum yang dibatalkan, harus
mengembalikan benda tersebut kepada kurator dan dilaporkan kepada hakim pengawas. Dalam hal orang yang telah menerima benda tersebut tidak dapat
menerima benda yang telah diterima dalam keadaan semula wajib membayar ganti rugi kepada harta pailit. hak pihak ketiga atas benda yang diperoleh dengan
itikad baik dan tidak dengan Cuma-Cuma, harus dilindungi. 11.
Akibat kepailitan terhadap pembayaran dkepada debitur pailit Pembayaran kepada debitur pailit dilakukan berdasarkan Pasal 50 UUK
dan PKPU yaitu: a.
Sesudah putusan pernyataan pailit diucapkan tetapi belim diumumkan Apabila setiap orang membayar kepada debitur pailit untuk
memenuhi perikatan yang terbit sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan maka orang tersebut dibebaskan terhadap harta pailit sejauh
tidak dibuktikan bahwa yang bersangkutan mengetahui adanya putusan pernyataan pailit tersebut.
b. Sesudah putusan pernyataan pailit diucapkan dan diumumkan
Apabila setiap orang membayar kepada debiur pailit untuk memenuhi perikatan yang terbit sebelum putusan pernyataan pailit, maka
apabila orang yang membayar tersebut tidak dibebaskan dari harta pailit kecuali apabila orang yang membayar tersebut dapat membuktikan bahwa
xlvii pengumuman putusa,n pernyataan pailit yang dilakukan menurut undang –
undang tidak mungkin diketahui ditempat tinggalnya. 12.
Akibat kepailitan terhadap pembayaran utang Pembayaran suatu utang yang sudah dapat ditagih hanya dapat dibatalkan
apabila dibuktikan bahwa: a.
penerima pembayaran mengetahui bahwa permohonan pernyataan pailit debitur sudah didaftarkan.
b. Dalam hal pembayaran tersebut merupakan akibat dari persekongkolan
antara debitur dengan maksud menguntungkan kreditur tersebut melebihi kreditur lainnya
28
Ketentuan Pasal 46 ayat 1 UUK dan PKPU ditemukan bahwa pembayaran yang telah diterima oleh pemegang surat pengganti atau surat atas
tunjuk yang karena hubungan hukum dengan pemegang terdahulu wajib menerima pembayaran. Pembayaran tersebut tidak dapat diminta kembali, maka
orang yang mendapat keuntungan sebagai akibat diterbitkannya surat pengganti atau surat atas tunjuk.
13. Akibat kepailitan terhadap warisan
Sebagaimana telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya bahwa kepailitan mengakibatkan debitur pailit tidak dapat melakukan perbuatan hukum
dalam lapangan harta kekayaan termasuk persoalan waris. Oleh karena itu, kurator harus bertindak mengurus persoalan suatu warisan yang jatuh kepada debitur
pailit. dari Pasal 40 UUK dan PKPU dapat diketahui bahwa jika dalam warisan
28
Ibid, Jono, Hal 129
xlviii tersebut aktivanya lebih besar daripada pasivanya maka warisan tersebut boleh
diterima oleh kurator. Tetapi apabila warisan tersebut pasivanya lebih besar maka kurator harus menolak warisan tersenbut.
14. Akibat kepailitan terhadap hak retensi Hak menahan
Menurut H.F.A. Vollmar hak menahan adalah hak untuk tetap memegang benda milik orang lain samapi piutang si pemegang mengenai benda tersebut telah
lunas.
29
C. Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit