Kode Etik Profesi Kurator Dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta

lxv DANPEMBERESAHARTA PAILIT

A. Kode Etik Profesi Kurator Dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta

Pailit Etika berasal dari bahasa latin yaitu ethos yang berarti kesusilaan. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli tentang pengertian etika, menurut WJS. Poerwadarmita dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengemukakan bahwa pengertian etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak moral. Menurut Verkuyl, perkataan etika berasal dari “ethos” sehingga muncul kata-kata ethika. Perkataan ethos dapat diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin atau kecendrungan hati seseorang untuk berbuat kebaikan. 35 Disamping itu, James J. Spillane SJ. Mengungkapkan bahwa etika atau ethics memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas untuk menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain. 36 Etika dalam suatu profesi berkedudukan sebagai asas-asas atau norma dasar dalam suatu profesi, Terutama profesi hukum. Pengembangan profesi hukum haruslah memiliki keahlian yang berkeilmuan, khususnya dalam bidang itu, oleh karena itu setiap profesional harus secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat yang memerlukan pelayanan dalam bidang hukum. 35 http:www.academia.edu11595996Modul_1_ETIKA_MORAL_NILAI_DAN_NOR MA_1._Etika diakses pada tanggal 3 Juni 2015 36 Ibid. lxvi Untuk itu deperlukan keahlian yang berkeilmuan. Keseluruhan kaidah etika profesi hukum tersebut dimuat dalam susunan kode etik profesi. 37 Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik profesi adalah: 38 1. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab kepada klien, lembaga institution, dan masyarakat pada umumnya. 2. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesidalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaannya. 3. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-anggota tetentu. 4. Standar-standar etika mencerminkanmembayangkan pengharapan moral-moral dari komunitas. Dengan demikian, standar-standar etika menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati kitab undang-undang etika profesi dalam pelayanannya. 5. Standar-standar rtika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi berbeda dengan undang-undang , seorang ahli profesi yang melanggar kode etik profesi menerima sanksi dan atau denda dari induk organisasi profesinya. Sedangkan pelanggaran terhadap peraturan hukum dihakimidiadili oleh lembaga peradilan yang berwenang untuk 37 Ibid. Hal 6 38 Ibid. Hal 13 lxvii itu, seperti Pengadilan Negeri PN, Pengadilan Agama PA, Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN dan badan vertikalnya. Dengan adanya etika profesi hukum diharapkan para profesional hukum mempunyai kemampuan individu tertentu yang kritis, yaitu: 39 1. Kemampuan untuk kesadaran etis ethical sensibility 2. Kemampuan untuk berpikir secara etis ethical reasoning 3. Kemampuan untuk bertindak secara etis ethical conduct 4. Kemampuan untuk kepemimpinan etis ethical leadership Namun demikian prinsip-prinsip etika atau norma yang umum dirumuskan dalam suatu etika profesi akan berbeda-beda pada setiap profesinya. Hal ini dikarenakan setiap profesi memiliki tanggung jawab dan cara kerja yang berbeda-beda. Etika dalam profesi hakim tentu berbeda dengan etika dalam profesi dokter atau profesi kurator. Di indonesia yang memiliki peran membuat serta melaksanakan etika profesi kurator adalah Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia selanjutnya disebut AKPI. AKPI mempunyai peranan penting bagi kurator dan calon kurator. Salah satu perannya AKPI adalah sebagai penyelenggara pendidikanpelatihan calon kurator dan pengawas. Selain peran tersebut AKPI juga berperan sebagai wadah organisasi perofesi calon kurator dan pengurus, yakni memberikan rekomendasi dan memberikan tanda keanggotaan bagi calon kurator dan pengurus yang mendaftar pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia hal ini dilaksanakan berdasarkan untuk memenuhi ketentuan Pasal 3 huruf e dan huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 39 Ibid. Hal. 14 lxviii M.01-HT.05.09.10 tahun 2005 tentang Pendaftaran Kurator dan Pengurus. 40 Peraturan mengenai kode etik profesi kurator indonesia dimuat di dalam Kode Etik Profesi Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia. 41 Kode Etik Profesi Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia memberikan arahan standart praktek dan profesionalisme yang dituntut dari anggota dalam penunjukan dan pelaksanaan tugas sebagai kurator atau pengurus dalam kepailitan atau penundaan kewajiban pembayaran utang. Perbuatan atau sikap yang bertentangan dengan kode etik profesi dapat dikenakan sanksi berdasarkan Anggaran Dasar Asosiasi dan Kode Etik Profesi. Kode etik profesi berisi tentang prinsip etika profesi dan aturen etika profesional. Prinsip etika profesi merupakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pihak-pihak yang terkait dalam rangka kepailitan atau penundaan kewajiban pembayaran utang dan rekan seprofesi. Prinsip ini menjadi pedoman setia anggota dalam memnuhi tanggung jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar prilaku etika dan prilaku profesionalnya. Sedangkan aturan etika profesional adalah aturan tentang pola sika dan prilaku kurator dan pengurus penundaan kewajiban pembayaran utang dalam melaksanakan tugas dan pengabdiannya dalam rangka kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang yang wajib dijunjung tinggi dan ditaati. Prinsip-prinsip dalam etika profesi kurator dibagi atas dua prinsip yaittu: 1. Prinsip independansi 40 Kutipan dari sambutan Ketua Umum AKPI 41 Muhammad Ismak. Direktori Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia Jakarta: AKPI, 2009, Hal 3 lxix Setiap penunjukan yang diterima Anggota Asosiasi Pengurus Indonesia selanjutnya disebut Anggota harus independen dan bebas dari pengaruh siapapun. Prinsip yang sama berlaku terhadap siapa pun. Prinsip ini berlaku pada setiap ahli yang ditunjuk Anggota. 2. Benturan kepentingan Yang dimaksud dengan benturan kepentingan adalah keterkaitan antara kurator atau pengurus dengan debitur, kreditur danatau pihak lainyang dapat menghalangi elaksanaan tugasnya dengan penuh tanggung jawab sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Benturan kepentingan dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas kurator dan pengurus harus dihindarkan. Kurator dituntut untuk lebih profesional dalam melaksanakan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit, karena kurator memiliki wewewnang dan tanggung jawab yang cukup besar dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menjaga profesionalitas seorang kurator maka hendaknya seorang kurator dapat mematuhi etika profesinya agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum yang merugikan pihak-pihak tertentu. Selain itu peraturan-peraturan dalam etika profesi kurator dapat dijadikan pencegahan terjadinya tuntutan-tuntutan hukum terhadap kurator itu sendiri, karena perlindungan terhadap kurator belum jelas disebutkan dalam undang-undang. Pengertian prilaku profesional menurut kode etik AKPI diatur dalam Pasal 1 Bab I Kode Etik AKPI yang menyebutkan aturan berlaku profesional adalah pola sikap prilaku kurator dan pengurus penundaan kewajiban pembayaran utang bagi setiap anggota dalam melaksanakan tugas dan pengabdiannya dalam rangka kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang yang wajib lxx dijunjung tinggi dan dilatih oleh setiap Anggota. Pihak yang berwenang untuk mengawasi terselenggaranya aturan mengenai kode eetik profesi kurator ini adalah Dewan Kehormatan selanjutnya disebut Dewan. Dewan adalah suatu badan hukum yang anggota-anggotanya diangkat oleh rapat anggota asosiasi dan bertugas mengawasi dan menegakkan ketaatan Anggota terhadap kode etik profesi. 42 Aturan profesiolan ini berujuan untuk memberikan kerangka bagi Angogota dalam memberikan integritas moral, harkat, kewajiban dan maertabat Anggota dalam rangka menjalankan profesinya dengan penuh tanggung jawab Pasal 12 Kode Etik Profesi Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia. Prinsif etika profesi merupakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pihak-pihak yang terkait dalam rangka kepailitan atau penundaan kewajiban pembayaran utang dan rekan seprofesi. Prinsip ini menjadi pedoman setiap anggota dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini menuntut komitmen untuk berperilaku terhormat dan bilamana perlu dengan pengorbanan kepentingan pribadi. Adapun prinsip etika profesi kurator, antara lain: 43 1. Independensi dan benturan kepentingan Dalam setiap penunjukan yang diterima, Anggota Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia selanjutnya disebut “anggota” harus independen dan 42 Ibid. Hal. 5 43 https:sidbers.wordpress.com20110927standar-profesi-kurator-dan-pengurus- indonesia diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 lxxi bebas dari pengaruh siapapun. Prinsip yang sama berlaku terhadap ahli yang ditunjuk Anggota. Benturan kepentingan adalah keterkaitan antara kurator atau pengurus dengan debitur, kreditur danatau pihak lain yang dapat menghalangi pelaksanaan tugasnya dengan penuh tanggung jawab sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.Benturan kepentingan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas kurator dan pengurus harus dihindarkan, baik pada waktu sebelum maupun sesudah penunjukan kurator: a. Sebelum penunjukan Anggota harus menolak penunjukan jika ternyata bahwa pada saat penunjukan terdapat benturan kepentingan atau berdasarkan informasi yang diperoleh, anggota berpendapat bahwa benturan kepentingan mungkin akan muncul. b. Setelah penunjukan Anggota harus segera mengungkapkan kepada hakim pengawas, kreditur, komite kreditur jika ada dan debitur jika ternyata setelah penunjukan muncul benturan kepentingan. Pada waktu kurator diusulkan oleh debitur atau kreditur, sebelum menerima usulan tersebut, kurator wajib memeriksa kemungkinan adanya benturan kepentingan. Ketika memiliki benturan kepentingan, kurator wajib menolak usulan tersebut. Kemudian, jika kurator tidak diusulkan sebelumnya, namun langsung ditunjuk dalam pernyataan pailit, kurator tersebut wajib segera memeriksa apakah ada benturan kepentingan atau tidak, sebelum menerima penunjukan tersebut, apabila kurator tersebut memiliki benturan kepentingan, maka wajib mengundurkan diri dari penunjukan tersebut. Menurut Sutan Remi lxxii Sjahdeini, bahwa dianggap telah terjadi benturan kepentingan apabila terjadi antara lain hal-hal sebagai berikut: 1 Kurator menjadi salah satu kreditur. 2 Kurator memiliki hubungan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali atau dengan pengurus dari perseroan debitur. 3 Kurator memiliki saham lebih dari 10 pada salah satu perusahaan kreditur atau pada perseroan debitur. 4 Kurator adalah pegawai, anggota direksi atau anggota komisaris dari salah satu perusahaan kreditur atau dari perusahaan debitur. 2. Tindakan sehubungan dengan harta pailit Anggota, rekan, pegawai, saudara dalam arti luas tidak boleh mendapatkan barang atau mendapatkan kepentingan atas harta pailit yang dikuasai anggota tanpa persetujuan Hakim Pengawas terhadap siapa semua fakta harus diungkapkan, kecuali dalam hal pemberesan melalui pelelangan umum. 3. Tanggung jawab profesi Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pihak yang terkait sehubungan dengan tugas mereka sebagai kurator atau pengurus. Anggota harus mempunyai tanggung jawab tak terputus untuk bekerja sama dengan sesama anggota mengembangkan profesi kurator dan pengurus, memelihara kepercayaan masyarakat dan untuk menjalankan tanggung jawab profesionalnya dalam mengatur dirinya sendiri. lxxiii Usaha anggota secara bersama-sama diperlukan untuk memlihara dan meningkatkan tradisi profesionalisme. 4. Kepentingan masyarakatumum Ciri utama dari profesi kurator dan pengurus adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat secara umum, khususnya kepada semua pihak yang terkait dengan kepailitan atau penundaan kewajiban pembayaran utang. Bilamana dalam menjalankan profesinya anggota mengalami benturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, maka dalam mengatasi benturan ini anggota harus bertindak dengan integritas tinggi sesuai dengan standar profesi dan prinsip-prinsip etika profesinya. Tanggung jawab anggota tidak semata-mata untuk memenuhi ketertiban dalam rangka kepailitan atau penundaan kewajiban pembayaran utang, namun harus pula mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada kepentingan umum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Integritas Integritas berpedoman pada kebenaran dan keadilan serta keharusan untuk mentaati standar profesi dan etika sesuai isi dan semangatnya. Integritas merupakan salah satu ciri yang fundamental bagi pengakuan terhadap profesionalisme yang melandasi kepercayaan publik serta menjadi patokan benchmark bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan anggota untuk, antara lain bersikap jujur dan dapat dipercaya serta tidak mengorbankan kepercayaan publik demi kepentingan pribadi. Integritas mengharuskan anggota untuk bersikap objektif dan menjalankan profesinya secara cermat dan seksama. lxxiv 6. Objektifitas Objektifitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari kepentingan atau pengaruh orangpihak lain. Bilamana anggota dihadapkan pada situasi yang mengakibatkan ia mendapat tekanan-tekanan, ukuran kewajaran harus dipergunakan sebagai patokan untuk menilai dan menyikapi situasi-situasi yang kelihatannya merusak objektifitas anggota tersebut. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk melanggar objektifitas harus dihindari. Anggota wajib untuk memastikan bahwa pihak- pihak terkait yang terlibat dalam pemberian jasa professional mematuhi prinsip objektifitas. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan janji, uang, hadiah, fasilitas atau segala sesuatu yang patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan danatau perilaku profesional. 7. Perilaku profesional Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada pihak-pihak yang terkait dalam rangka kepailitan danatau penundaan kewajiban pembayaran utang. 8. Standar profesi Standar Profesi yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia. pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik. Masing-masing Anggota wajib menaati dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh segala peraturan perundang-undangan yang berlaku sehubungan lxxv dengan kepailitan dan penundaan kewwajiban pembayaran utang Pasal 4 ayat 2 Bab IV Kode Etik AKPI. Dalam melaaksanakan tugasnya masing-masing Anggota harus menghargai setiap hak serta menjunjung tinggi rasa kesetiakawanan antar sesama Anggota karena hal ini merupakan salah satu tujuan dibentuknya kode etik AKPI. Dilihat dari segi fungsinya, Kode Etik AKPI berfungsi sebagai norma dasar yang dapat dijadikan acuan oleh kurator untuk bertindak sebagai kurator yang profesional, akan tetapi dalam hal pengurusan dan pemberesan harta pailit Kode Etik AKPI ini dapat berfungsi sebagai pencegahan agar kurator dapat menjalankan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Bagi kurator yang melanggar etika profesi ini akan dikenakan sanksi dari AKPI berupa pencabutan izin praktek. Dengan adanya Kode Etik AKPI ini demikian sdapat terhindar dari tuntutan hukum baik dari debitur, kreditur ataupun pihak lain.

B. Resiko yang Dihadapi Kurator Dalam Pengurusan Dan Pemberesan