Resiko yang Dihadapi Kurator Dalam Pengurusan Dan Pemberesan

lxxv dengan kepailitan dan penundaan kewwajiban pembayaran utang Pasal 4 ayat 2 Bab IV Kode Etik AKPI. Dalam melaaksanakan tugasnya masing-masing Anggota harus menghargai setiap hak serta menjunjung tinggi rasa kesetiakawanan antar sesama Anggota karena hal ini merupakan salah satu tujuan dibentuknya kode etik AKPI. Dilihat dari segi fungsinya, Kode Etik AKPI berfungsi sebagai norma dasar yang dapat dijadikan acuan oleh kurator untuk bertindak sebagai kurator yang profesional, akan tetapi dalam hal pengurusan dan pemberesan harta pailit Kode Etik AKPI ini dapat berfungsi sebagai pencegahan agar kurator dapat menjalankan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Bagi kurator yang melanggar etika profesi ini akan dikenakan sanksi dari AKPI berupa pencabutan izin praktek. Dengan adanya Kode Etik AKPI ini demikian sdapat terhindar dari tuntutan hukum baik dari debitur, kreditur ataupun pihak lain.

B. Resiko yang Dihadapi Kurator Dalam Pengurusan Dan Pemberesan

Harta Pailit Pengertian risiko dalam Wikipedia Bahasa Indonesia adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. 44 Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, kurator bertugas untuk mengurus danatau membereskanharta pailit pasca putusan pernyataan pailit diucapkan. 45 44 Dalam https:id.wikipedia.orgwikiRisiko , diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 45 asal 69 ayat 1 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang lxxvi proses pengurusan dan pemberesan tersebut, kurator harus profesional dan memiliki keahlian khusus dalam melakukan pengurusan danatau pemberesan harta pailit dan telah terdaftar pada departemen kehakiman sebagai kurator. 46 Berdasarkan Pasal 70 ayat 2 UUK dan PKPU menyebutkan kurator merupakan orang perorangan yang berdomisili di indonesia dan memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan embereskan harta pailit. Persyaratan memiliki keahli tersebut terkait dengan risiko yang dihadapi kurator dalam melaksanakan tugasnya, dimana kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan tugas yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit. 47 Jika dilihat dari tugas dan wewenang kurator dalam kepailitan, kurator memiliki wewenang yang cukup besar dalam proses kepailitan. kurator berhak mengurus seluruh harta kekayaan debitur pailit dari mulai putusan pailit di ucapkan hingga berakhirnya kepailita. Dengan demikian resiko yang dialami kurator juga cukup besar dalam melaksanakan tugasnya. Setiap profesi memiliki resiko profesi yang diemban. Resiko profesi kurator disebutkan dalam Pasal 72 UUK dan PKPU. Kurator bertanggunng jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan boedel pailit yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit. Kesalahan tersebut misalnya melakukan penjualan atas harta pailit jauh di bawah harga pasar untuk keuntungan pribadi. Atas kesalahan danatau kelalaiannya, kurator dapat dituntut secara pidana baik oleh debitur pailit danatau kreditur serta pihak ketiga lainnya 47 asal 72 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. lxxvii yang dirugikan oleh tindakan kurator. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan tuntutan adalah gugatan yang dilakukan oleh kurator atau pihak lain. Berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata mengenai perbuatan melawan hukum, kurator dapat digugat untuk bertanggung jawab secara pribadi oleh pihak- pihak yang dirugikan atas perbuatan kurator, bahkan kurator harus bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatannya itu walaupun kurator tersebut bekerja dibawah lembaga tertentu. Adapun resiko-resiko yang dialami kurator dalam menjalankan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit adalah: 1. Menghadapi debitur yang tidak kooperatif Debitur adalah pihak yang sanagat penting dalam kepailitan, diamna debitur merupakan pihak yang akan dipailitkan dan harus melunasi utang- utangnya kepada kreditur. Akan tetapi dalam proses pelunasan utang tersebut kurator harus menghadapi resiko kalau debitur tidak mau bertindak kooperatif. Tidak jarang debitur menembunyikan dan tidak mau memberitahu dimana harta kekayaan debitur, apabila kurator salah dalam mendata harta pailit maka kurator dapat digugat oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan atas tindakan kurator tersebut. Hal ini menjadikan resiko tersendiri bagi kurator dalam menjalankan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit. 2. Ancaman dari oleh pihak lain Seorang debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga, membawa konsekuensi hukum yaitu, bagi debitur dijatuhkan sita umum terhadap seluruh harta debitur pailit dan hilangnya kewenangan debitur pailit untuk menguasai dan mengurus harta pailitnya termasuk dalam mengurus kariawan-kariawannya apabila yang diapilitkan tersebut adalah suatu perusahaan. Karena kriyawan lxxviii tidak mendapatkan upah apabila proses kepailitan belum selesai. Karyawan yang merasa dirugikan atas proses kepailitan tersebut dapat melakukan ancaman kepada kurator untuk tidak mempailitkan perusahaan tempatnya bekerja agar tuntutan pailitnya dicabut dan kariawan kembali mendapatkan gaji dan bekerja sebagaimana mestinya. 3. Imbalan jasa kurator tidak tepat waktu Profesi kurator terkadang diindentikkan dengan upah yang sangat besar jumlahnya. Imbalan jasa yang diperoleh kurator berbeda dengan imbalan jasa yang lawyer yang didasarkan pada kesepakatan antara lawyer dengan klien. Di dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 1 Tahun 2013 diatur mengenai imbalan jasa Kurator yaitu sebesar 2 ½ dua setengah persen dari hasil penjualan atas asset debitur pailit yang dilakukan oleh kurator. Sebagai gambaran, apabila jumlah asset yang dijual oleh kurator berjumlah 1 Miliar Rupiah, maka imbalan jasa yang diperoleh kurator adalah sebesar 25 Juta Rupiah. Namun, jika terdapat lebih dari satu Kurator yang menangani kasus kepailitan tersebut, maka pembagian upah kurator sesuai dengan kesepakatan para kurator yang terlibat dalam kasus tersebut. Akan tetapi kreditur juga sering terlambat memberikan upah kepada kurator, sementara dalam pengurusan dan pemberesan kurator juga telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. 4. Hubungan korator dengan hakim pngawas Kurator memiliki hubungan erat dengan hakim pengawas dimana kurator selalu bertindak atas seizin hakim pengawas. Oleh karena itu kreditur ataupun debitur tidak jarang menuding kurator bersekongkol dengan hakim lxxix pengawas apabila terjadi kejanggalan dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit. Misalnya, jumlah harta yang dileleang oleh kurator ternyata lebih sedikit daripada jumlah harta debitur yang seharusnya sehngga tidak dapat melunasi utang kreditur. Dengan demikian kreditur menggugat kurator telah melakukan penggelapan terhadap harta debitur padahal bisa saja debitur yang telah salah dalam melaporkan hartanya ataupun debitur tersebut menyembunyikan hartanya. 5. Jabatan atau izin praktek dicabut Menghadapi tuntutan atau gugatan yang di layangkan kepada kurator, kurator harus lebih berhati-hati dalam melaksanakan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit. hal ini dikarenakan apabila kurator tidak dapat membuktikan bahwa kurator tersebut tidak bersalah maka kurator tersebut dapat dikenakan sanksi pencabutan izin praktek oleh AKPI. Kurator dapat digugat dan wajib membayar ganti kerugian apabila karena kelalaiannya, lebih-lebih lagi karena kesalahannya dilakukan dengan sengaja telah menyebabkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap harta pailit, terutama para kreditur konkuren dirugikan. Kerugian itu terutama apabila harta pailit berkurang nilainya, sehingga dengan demikian para kreditur konkuren memperoleh nilai pelunasan tagihannya kurang dari yang seharusya diterima dari hasil penjualan harta pailit, ketika nilai harta pailit tidak mengalami pengurangan sebagai akibat perbuatan kurator. Sebaiknya, para kreditur konkuren menunjuk kurator yang memiliki back up kemampuan keuangan yang cukup daripada eksekusi pengadilan tersebut yang akhirnya tak dapat terealisir dengan memuaskan. lxxx

C. Hambatan yang Dihadapi Kurator Dalam Pengurusan dan Pemberesan