Walaupun tidak secara terang-terangan mengatakannya, Weber menyajikan suatu analisis fungsional tentang birokrasi. Dalam tipe analisis
tersebut, suatu struktur sosial dijelaskan dengan cara menunjukkan bagaimana setiap unsurnya mempunyai peranan dalam mempertahankan keutuhannya serta
dalam pelaksanaan tugas secara efektif.
20
C. Sistem Pembinaan Karir Birokrasi Di Indonesia
Peningkatan kualitas kebijakan publik pada gilirannya akan meningkatkan citra aparatur negara itu sendiri. Meskipun demikian, sejalan dengan
penyempurnaan di bidang perumusan kebijakan publik, perlu pula dirumuskan secara lebih jelas strategi untuk meningkatkan aparatur negara. Apabila berbaicara
mengenai strategi peningkatan aparatur negara, maka secara fundamental tidak bisa melepaskan diri dari upaya peningkatan profesionalisme aparatur negara
melalui proses pengadaan, pembinaan, hingga pensiun. Ketiga variabel ini merupakan satu kesatuan yang interdependensi dan tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Sejak pelita IV Kantor Menpen Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara
telah memantapkan sistem pembinaan karir pegawai yang memberi perhatian cukup besar pada tahap pengadaan pegawai. Masalah pengadaan atau rekruitmen
merupakan masalah yang sangat vital. Bila proses rekruitmen berjalan dengan baik, secara teoritis akan dapat dijaring calon-calon pegawai bermutu dan
qualified. Sebaliknya, jika proses rekruitmen tidak baik, maka akan didapat calon- calon pegawai atau pegawai yang tidak memenuhi syarat, dan sebagai akibatnya,
20
Peter M. Blau dan Marshal W. Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, Jakarta: UI Press, 1987, hal. 27-32.
pemerintah akan menanggung beban selama pegawai tersebut berdinas, bahkan sampai pensiun. Oleh karena itu, sistem rekruitmen pegawai negeri PNS perlu
terus menerus dibenahi sehingga pelaksanaannya dapat berjalan sebagaimana seharusnya. Kemudian, program pendidikan awal bagi PNS yang kita kenal
dengan Program Pelatihan Prajabatan yang menitikberatkan pada keseimbangan antara pelatihan fisik, mental, dan disiplin, perlu terus dimantapkan dan
ditingkatkan kualitasnya. Melalui program ini diharapkan terbentuk aparatur yang berwawasan luas dan berdisiplin tinggi serta didukung oleh fisik yang sehat.
Dari segi pembinaan yang meliputi pembinaan karir, diklat, dan peningkatan kesejahteraan, pembinaan PNS adalah suatu proses yang berlangsung
terus menerus hingga PNS tersebut memasuki masa purnabakti. Proses pembinaan karir dan diklat meliputi dua aspek, yaitu:
1. Melalui pola diklat umum maupun teknis fungsional
2. Melalui pola diklat struktural untuk mengisi jabatan struktural tertentu
Pada dasarnya untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memperlancar pelaksanaan tugasnya, PNS diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk mengikuti diklat, baik jangka pendek maupun jangka panjang, bahkan hingga mencapai gelar doktor S-3. Diklat tersebut selaih harus senantiasa
ditingkatkan sesuai dengan tuntutan dinamika pembangunan juga perlu diupayakan suatu pola yang memungkinkan pemanfaatan PNS hasil diklat
tersebut tidak termanfaatkan dengan optimal dan bahkan tidak berkaitan sama semaki dengan pola karir yang ada. Jelas masalah ini akan mengurangi motivasi
PNS tersebut dan pada akhirnya akan mengganggu tingkat produktivitas aparatur.
21
Hal ini tentu saja diharapkan agar para pejabat yang sudah mendapat berbagai macam pelatihan tersebut dapat meningkatkan kinerjanya, sehingga
dapat memberikan yang terbaik bagi negara dan bangsanya. Dan uang negara yang digunakan untuk membiayai mereka tidak terbuang begitu saja, apa lagi
hanya sekedar untuk bagi-bagi jatah. Upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan dengan melakukan
penyesuaian gaji secara bertahap sesuai dengan kondisi keuangan negara. Disamping kesejahteraan berupa materi, pemerintah juga berupaya memberikan
kemudahan PNS untuk memperoleh haknya seperti penyerdehanaan prosedur kenaikan pangkat, penerimaan gaji, pensiun, dan proses pemberian penghargaan
bagi yang berprestasi, maupaun penghargaan otomatis bagi PNS yang telah mengabdikan diri selama kurun waktu tertentu. Upaya peningkatakn kesejahteraan
tersebut harus dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
22
21
T.B. Silalahi, “Membangun Sosok Aparatur Profesional dalam Kompetisi Global”, dalam J.B. Kristiadi, et.all., Pemberdayaan Birokrasi Dalam Pembangunan, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1998, hal. 53-54.
22
T.B. Silalahi “Membangun Sosok Aparatur Profesional dalam Kompetisi Global”, h. 55
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat
Keberadaan Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Barat sejak otonomi daerah digulirkan 19981999. Di tingkat dinas adalah Dikmenti
atau Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi, sedangkan di tingkat kecamatan seksi Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Kecamatan. Sebelum bergulirnya
otonomi daerah, nama dinas ini berganti-ganti sesuai dengan menteri yang menjabat dinas ini. Ada Depdikbud, Depdiknas, dan lain sebagainya.
Otonomi di DKI tidak seperti daerah lainnya. Otonomi daerah ada UU nomor 34 tentang ibukota Negara, otonominya bersifat administratif. Hal ini
menjadikan para pejabat di lingkungan DKI adalah eselon III, beda dengan pejabat di daerah yang merupakan eselon II. Dinas pendidikan di Tangerang,
Bekasi itu eselon II. Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi tugasnya
menyelenggarakan pendidikan formal, nonformal, dan informal.
VISI
Mejadika system layanan pendidikan menengah, luar sekolah dan luar biasa sesuai kebutuhan masyarakat sekolah dan luar biasa sesuai kebutuhan masyarakat secara
demokratis, adil, mandiri dan berkualitas
MISI
1. Mengupayakan terwujudya system dan iklim pendidikan nasionalitas yang
demokratis dan berkualitas