Birokrasi Ideal Max Weber

7. Pos jabatan adalah lapangan kerjanya sendiri atau lapangan kerja pokoknya. 8. Terdapat suatu struktur karir, dan promosi dimungkinkan berdasarkan senioritas maupun keahlian merit dan menurut pertimbangan keunggulan superior. 9. Pejabat mungkin tidak sesuai baik dengan posnya maupun dengan sumber-sumber yang tersedia di pos tersebut. 10. Ia tunduk pada sistem disipliner dan kontrol yang seragam. Kesepuluh ciri birokrasi yang ideal, murni atau paling rasional yang diperkenalkan oleh Max Weber ini merupakan suatu jenis staf administrasi yang seringkali diacukan pada tout court sebutan pasangannya sebagai “birokrasi”. Tidak diragukan lagi, masalah tersebut merupakan satu-satunya pernyataan terpenting dalam ilmu-ilmu sosial, yang pengaruhnya sangat besar. 14

B. Birokrasi Ideal Max Weber

Ciri-ciri pokok dari struktur birokrasi menurut Weber adalah sebagai berikut: 1. “Kegiatan sehari-hari yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi didistribusikan melalui cara yang telah ditentukan, dan dianggap sebagai tugas-tugas resmi”. Pembagian tugas secara tegas memungkinkan untuk mempekerjakan hanya ahli-ahli dengan kekhususan tertentu pada jabatan-jabatan tertentu dan membuat mereka bertanggung 14 Martin Albrow, Birokrasi, hal. 33-34. jawab atas pelaksanaan tugas masing-masing secara efektif. Tingkat spesialisasi yang tinggi ini telah menjadi bagian dari kehidupan sosio- ekonomi kita, sehingga kita cenderung lupa bahwa hal ini merupakan inovasi birokratis yang relatif baru dan belum pernah ditemui di masa- masa lalu. 15 2. Pengorganisasian kantor mengikuti prinsip hierarki; yaitu bahwa unit yang lebih rendah dalam sebuah kantor berada di bawah pengawasan dan pembinaan unit yang lebih tinggi”. Setiap pejabat yang berada dalam hierarki administrasi ini dipercayai oleh atasan-atasannya untuk bertanggung jawab atas semua keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bawahannya maupun dirinya sendiri. Agar dapat mempertanggungjawabkan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan bawahannya, ia diberi wewenang untuk mengatur nereca: ia mempunyai hak untuk memberi perintah-perintah, dan bawahan-bawahannya mempunyai kewajiban untuk mematuhinya. 3. Pelaksanaan tugas diatur oleh suatu “sistem peraturan-peraturan abstrak yang konsisten mencakup juga penerapan aturan-aturan ini di dalam kasus- kasus tertentu.” Sistem pedoman-pedoman ini dirancang untuk menjamin adanya keseragaman dalam pelaksanaan setiap tugas terlepas dari berapapun banyaknya pegawai yang terlibat di dalamnya dan untuk mengkoordinasikan tugas-tugas yang beraneka ragam. Peraturan dan perundang-undangan yang jelas memberi kejelasan tentang tanggung 15 Peter M. Blau dan Marshal W. Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, Jakarta: UI Press, 1987, hal. 27 jawab masing-masing anggota organisasi maupun tentang bagaimana menjalin hubungan antara satu sama lain. 16 4. “Seorang pejabat yang ideal melaksanakan tugas-tugasnya dengan semangat ‘Sine ira et studio’ formal dan tidak bersifat pribadi, tanpa perasaan-perasaan dendam atau nafsu dan oleh karena itu tanpa perasaan kasih sayang atau antusiasme. Agar pedoman-pedoman yang rasional bisa mempengaruhi jalannya pelaksanaan tugas tanpa dicampuri hal-hal yang bersifat pendirian pribadi, maka di dalam organisasi, seseorang harus menampilkan pendekatan yang tidak mempunyai ikatan. Jika seorang pejabat membiarkan di dalam dirinya berkembang perasaan-perasaan tertentu terhadap bawahan-bawahan atau klien-kliennya, ia akan menghadapi kesulitan untuk menghindar agar perasaan-perasaan tersebut tidak mempengaruhi dirinya dalam membuat keputusan-keputusan kedinasan. Sebagai akibat dan seringkali tanpa disadarinya, mungkin saja seorang pejabat dalam hal-hal tertentu akan bersikap lunak dalam menilai pekerjaan salah satu bawahannya atau bersikap diskriminatif dengan melakukan pilih kasih di antara klien-klliennya. Pengempingan pertimbangan-pertimbangan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas kedinasan merupakan prasyarat untuk menghindarkan pilih kasih dan mengadakan efisiensi. Faktor-faktor yang membuat seorang pegawai pemerintah menjadi tidak populer di antara klien-kliennya yaitu bersikap menjauhkan diri dan kurang memberi perhatian khusus terhadap mereka sebagai sesama manusia, sebenarnya justru merupakan keuntungan bagi 16 Blau dan Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, hal. 28 klien-klien. Tidak adanya perhatian disinterestedness dan tidak adanya kepentingan pribadi berjalan seiring. Seorang pejabat yang tidak menjaga jarak sosial dan akhirnya mempunyai perhatian yang bersifat pribadi terhadap masalah-masalah yang dihadapi kliennya, cenderung melakukan pilih kasih dalam melayani klien-kliennya; tergantung pada klien mana yang lebih disenanginya. Menjauhkan hubungan-hubungan yang bersifat pribadi mendorong untuk memperlakukan semua orang secara adil, dan oleh karena itu menumbuhkan demokrasi dalam administrasi pemerintahan. 17 5. Pekerjaan dalam suatu organisasi birokratis didasarkan pada kualifikasi teknis dan dilindungi dari kemungkinan pemecatan oleh sepihak. “Pekerjaan dalam suatu organisasi birokratis mencakup suatu jenjang karir serta terdapat suatu ‘sistem kenaikan pangkat’ yang didasarkan atas senioritas atau prestasi maupun gabungan antara keduanya”. Kebijaksanaan-kebijaksanaan kepegawaian ini, yang tidak hanya ditemui pada organisasi-organisasi pemerintah civil serviece tetapi juga di dalam perusahaan-perusahaan swasta, mendorong pertumbuhan rasa kesetiaan terhadap organisasi serta rasa ikatan sebagai satu korps espirit de corps di antara sesama anggota. Dengan mengaitkan pegawai-pegawai secara terus menerus kepada organisasi, akan memberi motivasi kepada mereka untuk lebih mempergiat usaha mencapai kepentingan-kepentingan organisasi. Selain itu juga dapat menumbuhkan kecenderungan di dalam 17 Blau dan Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, hal. 29 diri mereka untuk berfikir bahwa mereka merupakan kelas tersendiri yang terpisah dan lebih unggul daripada anggota-anggota masyarakat lainnya. 18 6. “Pengalaman, secara universal cenderung mengungkapkan bahwa tipe organisasi administratif yang murni berciri birokrasi dilihat dari sudut pandang yang semata-mata bersfat teknis, mampu mencapai tingkat efisiensi yangt tertinggi”. “Perbedaan antara mekanisme birokratis yang telah berkembang secara penuh dengan organisasi-organisasi lainnya adalah ibarat mesin dengan cara-cara produksi yang nonmekanis’. Birokrasi mengatasi masalah menondol dalam organisasi, yakni bagaimana memaksimalkan efisiensi dalam organisasi – jadi tidak hanya mengatasi masalah-masalah individu-individu saja. 19 Efisiensi administratif yang sangat unggul dari birokrasi merupakan hasil yang diharapkan dari berbagai ciri birokrasi sebagaimaan yang digarisbawahi oleh Weber. Agar seseorang dapat bekerja secara efisien, ia harus memiliki keahlian- keahlian tertentu dan mengharapkannya secara giat dan rasional, akan tetapi untuk suatu organisasi prasyaratannya lebih banyak lagi. Setiap anggota harus ahli dalam keterampilan tertentu untuk dapat menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Inilah maksud dari diadakannya spesialisasi serta penerimaan pegawai yang didasarkan atas kualifikasi teknis, dan yang sering diharapkan pada berbagai ujian-ujian objektif. Akan tetapi, para ahli pun tidak terlepas dari pertimbangan-pertimbangan pribadi dalam membuat keputusan yang rasional. 18 Blau dan Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, hal. 30 19 Blau dan Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern, hal. 31 Walaupun tidak secara terang-terangan mengatakannya, Weber menyajikan suatu analisis fungsional tentang birokrasi. Dalam tipe analisis tersebut, suatu struktur sosial dijelaskan dengan cara menunjukkan bagaimana setiap unsurnya mempunyai peranan dalam mempertahankan keutuhannya serta dalam pelaksanaan tugas secara efektif. 20

C. Sistem Pembinaan Karir Birokrasi Di Indonesia