Pengertian Keberagamaan Definisi Agama Dan Birokrasi

agamanya, seberapa jauh aktivitasnya dalam menambah pengetahuan agama. d. Keterlibatan pengalaman experiental involvement, yang menunjukan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman yang spektakuler yang merupakan keajaiban dari Tuhan. e. Keterlibatan secara konsekuen consequential involvement, yaitu tingkatan sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran agamanya. 7

2. Pengertian Keberagamaan

Agama dan keberagamaan adalah dua istilah yang dapat difahami secara terpisah meskipun kedua mempunyai makna yang sangat erat. Mengenai definisi agama telah dijelaskan di atas sedangkan keberagamaan berarti pembicaran mengenai pengalaman atau fenomena yang manyangkut hubungan antar agama dengan penganutnya atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang penganut utama yang mendorong untuk bertingkah laku yang sesuai dengan agamanya. Kata keberagamaan berasal dari kata “beragama”. Kata beragama dalam Kamus Bahasa Indonesia yaitu antara lain : 1. Menganut memeluk agama 2. Beribadat, taat kepada agama baik hidupnya menurut agama, misalnya dia berasal dari keluarga yang taat beragama. 7 Masri Singarimbun, Sofian Efendi, Metodologi Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES, 1989, hal 126-127 Menurut Djamaluddin mendefinisikan keberagamaan sebagai “manifestasi” seberapa jauh individu penganut agama meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari- hari dalam semua aspek kehidupan. 8 Berkaitan dengan keberagamaan Islam, kualitas keberagamaan seseorang ditentukan oleh seberapa jauh individu memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran serta perintah Allah secara menyeluruh dan optimal. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan iman dan ilmu yang berkaitan dengan amal perbuatan sehingga fungsi sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam dapat dirasakan. Keberagamaan Islam meliputi jasmani dan rohani, pikir dan zikir, aqidah dan ritual, pribadatan, penghayatan dan pengamalan, akhlak, individu dan sosial masyarakat serta masalah duniawi dan akhirat. 9 Dalam dimensi keyakinan atau aqidah seseorang harus meyakini dan mengimani beberapa perkara dengan kokoh dan kuat, sehingga keyakinannya tersebut tidak dapat digoyahkan. Keyakinan seperti itu akan diperoleh oleh seseorang dengan argumentasi dalil aqli yang dapat dipertahankan. Keyakinan ini pada intinya berkisar pada keimanan kepada Allah dan hari Akhir. Selanjutnya dalam dimensi syariat adalah konsekuensi logis dan praktis dari keyakinan mengamalkan syariat representasi dari keyakinan sehingga sulit dipercaya jika seorang mengaku beriman kepada Allah dan hari Akhir tetapi tidak mengindahkan syariatnya, karena syariat merupakan kewajiban 8 Muhammad Djamaluddin, Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi, Yogyakarta : UGM Press, 1995 , h. 44 9 Susi Damayanti, skripsi: “Hubungan antara Religiusitas dengan Perilaku Prososial pada Santri Kelas II Aliyah Pondok Pesantren As-Shidiqiyah Jakarta Barat”, Jakarta : UIN, 2001, h. 30 dan larangan yang datang darinya. 10 Maksudnya ialah keyakinan harus disertai dengan pengamalan kepada Allah.

3. Dimensi Keberagamaan