BAB II KAJIAN TEORI
A. Definisi Agama Dan Birokrasi
1. Pengertian Agama
Agama adalah suatu sistem sosial yang dibuat oleh penganut- penganutnya yang bergantung pada kekuatan-kekuatan non empiris yang
dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.
1
Dalam kamus sosiologi pengertian agama ada 3 tiga macam, yaitu: a.
Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual b.
Perangkat kepercayaan pada praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri
c. Ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural
2
Secara khusus agama dapat didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat dalam
menginterpretasi dan memberi respon terhadap apa yang dirasakan sebagai yang gaib dan suci dan bersumber dari wahyu Tuhan.
3
Definisi agama dari pandangan sosiologi agama yaitu, secara teoritis agama adalah suatu sistem kepercayaan dan secara praktis agama adalah suatu
sistem kaidah yang mengikat penganutnya. Dapat dikatakan bahwa individu yang beragama adalah individu yang memiliki kepercayaan dan keterikatan
1
Hendro Puspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1983, h. 29
2
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, 129
3
Roland Robertson, Agama; Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, Jakarta: RajaGrafindo Persada,1993, h. 295
terhadap agama yang dianutnya dan ia berinteraksi sosial sesuai dengan ajaran agamanya. Sedangkan pengertian keberagamaan dari sarasehan yang
dilakukan oleh fisikawan Fritjof Copra, teologiawan David Stindl Rast dan Thomas Matus yang membahas tentang agama, beragama dan kerohanian
telah menghasilkan pengertian tentang sifat beragama yaitu naluri yang disinggungkan oleh Tuhan dalam diri manusia.
4
Kehidupan manusia yang terbentang sepanjang sejarah selalu dibayang-bayangi oleh keberadaan agama.
5
Agama juga diyakini sebagai sumber motivasi bagi hidup manusia baik individu ataupun kelompok, agama merupakan tempat untuk mencari
makna hidup yang final dan ultimate. Pengalaman agama dari diri manusia juga akan terefleksikan pada tindakan sehari-hari dalam lingkungan sosial.
6
Menurut pendapat Glock dan Stark, untuk mengukur tingkat religiusitas seseorang dapat dipakai kerangka sebagai berikut :
a. Keterlibatan tingkat ritual ritual involvement, yaitu tingkat sejauh
mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual agama mereka. b.
Keterlibatan idiologis idieological involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatis dalam agama
mereka. c.
Keterlibatan inteklektual intelectual involvement, yaitu yang mengambarkan sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaran
4
Joachim Wach, Sosiology of Religion, Chicago, 1944, dikutip oleh: J, Milton Yinger, Religion Society and Individual, h. 12
5
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h. 199
6
M. Munandar Sulaiman, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung: PT Eresco, 1995, h. 218
agamanya, seberapa jauh aktivitasnya dalam menambah pengetahuan agama.
d. Keterlibatan pengalaman experiental involvement, yang menunjukan
apakah seseorang pernah mengalami pengalaman yang spektakuler yang merupakan keajaiban dari Tuhan.
e. Keterlibatan secara konsekuen consequential involvement, yaitu
tingkatan sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran agamanya.
7
2. Pengertian Keberagamaan