Budaya Pejabat Birokrasi AGAMA DAN BIROKRASI

Selain menambah pengalaman baru, bekerja di Suku Dinas Pendidikan Tinggi dan Menengah juga dapat menambah wawasan ilmu dan meningkatkan karir. Sebagaimana yang diungkapkan oleh EW “Saya bekerja di sini untuk menambah wawasan ilmu yang saya miliki serta untuk meningkatkan karir. Dengan meningkatnya karir, tentu penghasilan juga akan semakin meningkat dan pengetahuan saya juga akan semakin bertambah.” 31 Bekerja sebagai seorang pegawai negeri memang membutuhkan pengetahuan dan wawasan yang tinggi. Dengan pengetahuan yang ada, seseorang dapat memperoleh pengetahuan baru di tempat kerja. Banyak hal baru yang dapat ditemui di tempat bekerja. Juga dengan banyaknya rekan kerja, semakin menambah pengetahuan dan wawasan yang dimiliki seseorang. Dalam hidup, ilmu tidak akan pernah habis-habisnya untuk terus dipelajari dan diketahui. Semakin banyak ilmu yang diperoleh, seseorang akan semakin menyadari bahwa ia semakin bodoh karena ilmu Allah SWT begitu luasnya.

B. Budaya Pejabat Birokrasi

Sebagai salah satu elemen dalam menjalankan negara, pejabat birokrasi memiliki peranan yang cukup penting dalam menjalankan kewajibannya. Mereka diharapkan dapat memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya terhadap masyarakat. Suku Dinas Pendidikan Tinggi dan Menengah mempunyai peran untuk memberikan dan mengatur jalannya pendidikan di tingkat tingg dan menengah. Para pejabat yang mengemban amanat tersebut mempunyai tanggung jawab untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan. 31 Wawancara pribadi dengan EW, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007 Proses perkembangan dan pemajuan pendidikan di Indonesia, khususnya di Jakarta lebih baik bila dibandingkan di daerah-daerah lain. Berbagai fasilitas dan akses diperoleh lebih cepat dan lebih efisien. Seharusnya proses perkembangan dan pemajuan tersebut lebih cepat lagi. Namun ada beberapa kendala yang menghambat proses tersebut. Beberapa di antaranya adalah budaya yang ada di lingkungan para pejabat birokrasi. Sering kali para pejabat birokrasi di Indonesia tidak menjalankan pekerjaannya dengan sepenuh hati. Mereka menganganggap bahwa apapun yang terjadi tidak akan meningkatkan karir mereka jika tidak disertai dengan “usaha-usaha” tertentu. Hal ini sudah menjadi rahasia umum, bahwa bila ingin mendapatkan suatu jenjang karir yang lebih tinggi, seseorang harus melakukan “usaha-usaha” tertentu. Anggapan masyarakat mengenai hal di atas bisa benar dan bisa juga salah. Karena tidak semua pejabat birokrasi mempunyai budaya demikian. Berbagai godaan yang terdapat dalam menjalankan pekerjaan bisa diatasi dan juga bisa membuat seseorang ikut di dalamnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan J: “Dalam menghadapi berbagai godaan yang ada dalam pekerjaan saya berpegang pada aturan. Hidup harus berpegang pada aturan, contohnya: terhadap iming-iming yang ditawarkan oleh oknum dalam suatu proyek, bila tidak kuat iman dan berpegang pada prinsip, maka akan dengan mudah terpengaruh dan ikut menjadi bagian dari permainan itu.” 32 Apa yang disampaikan oleh informan J sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Glock dan Stark yang memberikan indikator untuk dapat mengukur tingkat religiusitas seseorang yang salah satunya dalah keterlibatan ideologis, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatis 32 Wawancara pribadi dengan J, Jakarta, tanggal 6 Juli 2007 dalam agama mereka. Salah satu dogma dalam Islam adalah bahwa korupsi itu dilarang. Demikian halnya dengan informan S, yang mengatakan bahwa untuk menghadapi cobaan yang ada dalam pekerjaan, seseorang harus berpegang pada aturan agama disertai dengan permohonan perlindungan kepada Tuhan. Seperti yang diungkapkannya: “Untuk mengatasi godaan tersebut, kita harus berpegang pada ajaran agama yang kita anut. Dengan berpegang pada aturan agama tersebut, disertai terus memohon perlindungan kepada Tuhan, saya yakin akan dapat mengatasi berbagai godaan yang ada. Hanya saja manusia terkadang khilaf atau lupa sehingga mereka dengan begitu mudahnya tergoda untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleha gama. Seperti misalnya korupsi, kolusi dan nepotisme.” 33 Dengan demikian, peran agama dalam membentengi seseorang untuk melakukan perbuatan yang tidak diperbolehkan agama berjalan. Agama memberikan rambu-rambu mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Sehingga manusia memiliki pedoman dalam hidup agar dapat selamat di dunia dan di akhirat.

C. Praktek Keberagamaan dan Implikasinya dalam Kinerja Para Pejabat