Pengertian Da’i Materi Dakwah

14 Artinya: Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk . QS. an-Nahal: 125 Dalam ayat ini dijelaskan bahwa metode dakwah terdiri dari tiga bentuk yaitu, hikmah artinya metode dakwah dengan mempertimbangkan kemampuan rasional akal si penerima dakwah, mau’idzoh hasanah artinya metode menggunakan dalil dan argumentasi yang tepat sehingga mad’u menjadi puas menerima materi yang diberikan. Mujadalah billati hiya aahsan yaitu metode tukar pikiran atau diskusi menjawab bila mad’u menanyakan kebenaran materi dakwah. 6. Atsar efek dakwah sering juga disebut dengan feedback atau umpan balik dari sebuah proses dakwah. efek sangat berguna untuk menentukan langkah selanjutnya dalam menjalani dakwah.

C. Pengertian Da’i

Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasilembaga. 15 Secara umum kata dai ini sering disebut dengan sebutan mubaligh orang yang menyampaikan ajaran Islam, namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah agama, khatib orang yang berkhotbah dan sebagainya. Siapa saja yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi seorang dai. Dengan demikian, wajib baginya untuk mengetahui kandungan dakwah baik dari sisi akidah, syariah, maupun dari akhlak. Berkaitan dengan hal-hal yang memerlukan ilmu dan keterampilan khusus, maka kewajiban berdakwah, dibebankan kepada orang-orang tertentu. Nasaruddin Lathief mendefinisikan bahwa dai adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah waad, mubaligh mustamain juru penerang yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam. 10 Dai juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode- metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng. 11

D. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan dai kepada madu. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi materi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. 10 H.M.S. Nasaruddin Lathief, hal. 20 11 Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al- Qardawi Harmoni antara Kelembutan dan Ketegasan , Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997, hal. 18 16 Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu: 1. Masalah Akidah Keimanan Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiah. 12 Aspek akidah ini yang akan membentuk moral atau akhlak manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan. Di mana seorang dai mengajak mad’u untuk mengimani hanya kepada Allah. 2. Masalah Syariah Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syariah merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syariah inilah yang akan selalu menjadi kekuatan peradaban dikalangan kaum muslim. 13 Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak- hak umat muslim dan non muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. 12 Akidah aqidah secara harafiah berarti sesuatu yang terbuhul atau tersimpul secara erat atau kuat. Wacana tersebut lalu dipakai dalam istilah agama Islam,yang mengandung pengertian “Pandangan pemahaman, atau ide tentang realitas yang diyakini kebenarannya oleh hati. Yakni, diyakini kesesuainnya dengan realitas itu sendiri. Apabila suatu pandangan, pemahaman, atau ide diyakini kebenarannya oleh hati seseorang, maka berarti pandangan, paham, atau ide itu telah terikat di dalam hatinya. Dengan demikian, hal itu disebut sebagai akidah bagi pribadinya. Hubungan apa yang diyakini oleh hati seseorang dan apa yang diperbuat amalnya bersifat kualitas; akidah menjadi sebab dan amal perbuatan menjadi akibat. Lihat, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve, 2002, hal. 9-11. 13 Ismail R. Al-Faruqi, Menjelajah Atlas Dunia Islam, Bandung: Mizan, 2000, hal. 305. Disebutkan pula bahwa hukum yang membentuk syariat itu dibagi menjadi berapa bagian, yaitu ibadah dan peribadatan, status pribadi, kontrak, kesalahan atau kerugian, hukum pidana, hukum konstitutional, perpajakan dan keuangan publik, hukum administrasi, hukum tanah, hukum perdagangan, hukum internasional, etika, dan perilaku pribadi. 17 Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna. Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas dibidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubbah dibolehkan, dianjurkan mandub, makruh dianjurkan supaya tidak dilakukan, dan haram dilarang. Karya tulis KH. Muhammad Idris Jauhari yaitu Dzikrullah sepanjang waktu yaitu termasuk pada materi yang membahas tentang syariah, bagaimana seorang muslim menjalankan perintah dan hukum- hukum Allah. 3. Masalah Mu’amalah Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar porsinya dari pada urusan ibadah. Muamalah disini seperti bagaimana manusia berhubungan dengan Allah, dengan sesama manusia dan lain sebagainya. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial dari pada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam muamalah di sini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. 4. Masalah Akhlak Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari Khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau 18 tabi’at. Ilmu akhlak bagi oleh Al-Farabi, tidak lain dari bahasan tentang keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan dan tentang berbagai kejahatan atau kecurangan yang dapat merintangi usaha pencapaian tujuan tersebut. 14 Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Akhlak dalam Islam bukanlah norma ideal yang tidak dapat diimplementasikan dan bukan pula sekumpulan etika yang terlepas dari kebaikan norma sejati. 15 Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan buruk, akal, dan kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui kebiasaan masyarakat. Karena ibadah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan akhlak. Dengan demikian, orang bertakwa adalah orang yang mampu menggunakan akalnya dan mengaktualisasikan pembinaan akhlak mulia yang menjadi ajaran paling dasar dalam Islam. 16

E. Metode Dakwah