Aktivitas Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari

BAB IV HASIL PENELIITIAN

A. Aktivitas Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari

Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari ada tiga: 1 1. Dakwah Bil Maqal atau Bil Lisan: dakwah ini yang bersifat verbalistik, contohnya seperti Tabligh-tabligh, pidato, ceramah dan lain sebagainya. Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari selain menjadi pimpinan pondok pesantren Al-Amien juga menyampaikan dakwah bil lisan atau ceramah agama dibinaan jamaahnya, jama’ahnya dari kyai-kyai disekitar pondok pesantren Al-Amien dan ketua-ketua ta’mir. Dalam ceramahnya KH. Muhammad Idris Jauhari selalu mengajak jama’ahnya untuk melafadzkan kalimat-kalimat dzikir, dan kemudian dikembangkan kalimat dzikir tersebut dengan tausiyahnya terhadap kehidupan nyata, seperti keindahan alam semesta. Pada saat berdakwah KH. Muhammad Idris Jauhari menjelaskan kepada masyarakat untuk terlebih dahulu memantapkan hati dalam berdzikir kepada Allah, menjelaskan manfaat dan faedah dzikir, mengajak untuk melafadzkan kalimat-kalimat dzikir, untuk senantiasa selalu membasahi bibir dengan kalimat-kalimat dzikir yakni menyebut Asma Allah. 2 1 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan, Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010 2 Wawancara bersama Tokoh Masyarakat Pimpinan yayasan Al-Mu’ien Bluto Sumenep yang mengkuti Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari 58 59 KH. Muhammad Idris Jauhari dalam ceramah dan tausiyahnya selalu mengajak dan menerapkan para santrinya untuk selalu istiqomah dalam melaksanakan shalat-shalat sunnah Qobliyah dan Ba’diyah, shalat tahujjud dan shalat dhuha. Dan KH. Muhammad Idris Jauhari mengadakan pengajian bulanan yaitu acara pertemuan rutin bulanan yang diisi dengan ceramah agama bagi seluruh alumni dan wali santri Pondok Pesantren Al-Amien yang diisi juga dengan dzikir dan doa bersama. 3 2. Dakwah Bil Hal: dakwah yang langsung menyangkut praktek dilapangan, contohnya seperti mengadakan sunatan masal, Pengajian, kerja bakti sosial dan lain sebagainya. 4 Dakwah Bil Hal KH. Muhammad Idris Jauhari adalah berupa dakwah Lembaga Sosial yaitu melalui pendidikan sosial yang berbentuk Pesantren yang di dalamnya diajarkan ajaran Islam secara praktis atau praktek sehari- hari. Metode ini agar masyarakat menjadikan tradisi mengamalkan ajaran Islam secara sadar ataupun tidak sadar karena sudah menjadi kebiasaan yang diterapkan dalam sistem pendidikan pesantren tersebut, seperti prakata “Ala bisa karena biasa”. Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam lembaga sosialnya yaitu pondok pesantren berupa dakwah melalui kaderisasi atau pengkaderan santriwan dan santriwati dari PP. Al-Amien Prenduan Madura, ketika mereka berada di kelas 6 Mu’allimin yang setingkat dengan kelas 3 Madrasah Aliyah mereka disebar ke tempat-tempat sekitar Madura yang masih kurang ilmu ke- 3 Wawancara bersama H. Sunan Al-Huda Alumni Pondok Pesantren Al-Amien dan merupakan Wakil dari Pimpinan Pondok Pesantren Matlabul Ulum Jambu Sumenep 4 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan, Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010 60 Islamannya. Metode ini juga pernah dilakukan oleh para Wali Songo, contohnya seperti Sunan Ampel memerintahkan Raden Fatah untuk berhijrah ke hutan Bintara, membuka hutan tersebut dan membuat kota baru dan kota tersebut bernama Demak. Di dalam memimpin pondok pesantren Al-Amien KH. Muhammad Idris Jauhari menerapkan kepada santrinya untuk melaksanakan disiplin dzikir untuk membiasakan santrinya mempraktekkan dzikir kepada Allah baik sebelum maupun setelah melaksanakan shalat wajib yaitu dengan memberikan contoh-contoh bacaan dzikir, dan selalu membangkitkan semangat santrinya untuk berdzikir. KH. Muhammad Idris Jauhari Mewajibkan kepada seluruh santri untuk menghafalkan macam-macam dzikir dan doa melalui kegiatan Syurutul Kafaat yaitu merupakan syarat kenaikan kelas di pondok pesantren Al-Amien karena setelah lulus dari pesantren alumninya diharapkan dapat menjadi pewaris Ulama’ dan dapat berguna bagi ummat. 5 3. Dakwah Bil Kitabah: yaitu dakwah melalui tulisan. Dakwah melalui karya tulis atau dakwah bil kibah menurut KH. Muhammad Idris Jauhari adalah bersifat abadi karena tidak mudah hilang terhapus zaman dan waktu meski sang da’i telah tiada, dapat dibaca oleh sebanyak-banyaknya orang, bjek dakwahnya lebih luas, tidak tebatas tempat, dan bisa dibaca kapan saja oleh pembaca Mad’u. 6 Sejalan dengan perintah Allah dalam wahyu pertama yang berisi isyarat Iqra’ bacalah dalam surat al-‘Alaq yang berisi perintah terhadap 5 Wawancara bersama H. Sunan Al-Huda Alumni Pondok Pesantren Al-Amien dan merupakan Wakil dari Pimpinan Pondok Pesantren Matlabul Ulum Jambu Sumenep 6 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan, Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010 61 hambanya untuk selalu membaca, yang mana perintah membaca sudah tentu pula selalu diiringi dengan menulis sebagai adanya bahan yang akan dibaca. Seperti perintah dalam ayat tersebut yakni perintah untuk banyak membaca maka selayaknya untuk kaum intelektual Islam terutama seorang da’i untuk menyalurkan pengetahuannya dan pemikirannya tentang ajaran Islam dalam sebuah tulisan. Dari sinilah KH. Muhammad Idris Jauhari selain memiliki bakat dalam tulis menulis juga berdakwah melalui tulisannya, menggali pemikiran dan pemahamannya tentang Islam yang dituangkan dalam sebuah karya tulis agar dapat dibaca oleh orang lain yakni mad’u sehingga dapat mengajak pembacanya menuju pencerahan spiritual dan agar dapat mengajak pembaca melalui karya tulisnya untuk meningkatkan kualitas keimanannya. Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam bukunya yang berjudul Dzikrullah sepanjang waktu mengajak pembaca atau mad’u akan pentingnya melakukan dzikrullah secara situasional yakni malakukan dzikrullah kapan saja baik dalam keadaan sibuk maupun senggang dan dalam keadaan apa saja baik dalam keadaan sedih maupun senang. Konsep dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari adalah untuk melanjutkan risalah yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam melaksanakan dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari terikat dengan cara-cara Rosulullah dalam menyampaikan Risalah, maka referensi utama KH. Muhammad Idris Jauhari dalam berdakwah adalah Rosulullah melalui sejarah Beliau ketika menyampaikan Risalah. 62 Mengapa KH. Muhammad Idris Jauhari menjadikan Rosulullah sebagai referensi utamanya, pada konsep-konsep dan metode Rosulullah dalam melaksanakan dakwah ke masyarakat?. Karena menurut KH. Muhammad Idris Jauhari, dakwah adalah lanjutan dari risalah dan pelaksanaannya untuk melanjutkan risalah tersebut maka sebagai referensinya dalam berdakwah adalah KH. Muhammad Idris Jauhari meneladani Rosulullah ketika menyampaikan Risalah. 7 Tujuan dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari adalah pada agama Islam itu sendiri. Dakwah itu tidak hanya kepada orang non muslim tapi juga kepada orang Islam. Dan tujuan dakwah menurut KH. Muhammad Idris Jauhari adalah mengajak seseorang untuk masuk Islam hal itu untuk orang yang non muslim, sedangkan dakwah yang ditujukan untuk seorang muslim yaitu mengajak seseorang untuk menjalankan nilai-nilai dan syariat agama Islam dengan baik dan benar. Sosiologis dakwah menurut KH. Muhammad Idris Jauhari adalah tentang subjek dan objek dakwah, yaitu tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan subjek dan objek dakwah atau ilmu-ilmu tentang kemasyarakatan yang ada kaitannya dengan dakwah, itulah yang disebut dengan sosiologi dakwah. Nilai-nilai dasar dakwah menurut KH. Muhammad Idris Jauhari adalah karena dakwah adalah lanjutan dari risalah maka nilai-nilai dasarnya sama dengan Risalah. Misalnya jika Risalah bersumber dari kejujuran, keikhlasan, niat yang benar, nilai-nilai tauhid dan lain sebagainya, maka nilai-nilai 7 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan, Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010 63 dakwahpun juga memiliki nilai-nilai sama seperti nilai-nilai yang digunakan Rosulullah dalam menjalan Risalah. Jadi apa yang telah ditetapkan oleh Rosulullah ketika menyampaikan Risalah, dari nilai-nilai dasar itulah seorang da’i melanjutkan dalam bentuk dakwah. Karena dakwah adalah lanjutan dari Risalah itu sendiri. 8

B. Analisis Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari Dalam Buku